Skip to main content

Iman Seperti Seorang Anak Kecil

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut aku.” (Matius 18:1-5)

Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (Matius 18:6)

“Berimanlah seperti seorang anak kecil, karena iman seperti anak kecillah yang empunya Kerajaan Sorga. Anak kecil adalah anak yang percaya penuh kepada kedua orang tuanya dan taat melakukan yang diperintahkan kepadanya tanpa banyak tanya, lakukan saja. Anak kecil memiliki sifat kepolosan, mereka jujur apa adanya, tidak manipulasi, itu sebabnya Yesus memberikan contoh agar kita beriman seperti seorang anak kecil. Karena kepolosannya ini, meskipun mereka tidak tahu apa-apa dan belum mengerti banyak hal, mereka taat melakukan apa yang diperintah orangtuanya, mereka juga percaya penuh. Jadi percaya dan taat dicontohkan oleh seorang anak kecil. Itu sebabnya Yesus mau kita beriman seperti seorang anak kecil.

Begitulah kita selama ini diajarkan oleh pendeta/hamba Tuhan di Gereja kita bukan?

Menjadi Seperti Anak Kecil atau Orang Bodoh

Mengapa Yesus kita menjadi seperti seorang anak kecil? Apa keunikannya. Jawaban anda yang termudah adalah seperti kalimat awal di atas, karena selama ini itu juga yang kita dapatkan selama ini dari gereja kita. Intinya adalah percaya dan taat, jangan terlalu banyak tanya, banyak argumen, apalagi berdebat. Firman Tuhan itu untuk dilakukan bukan untuk diperdebatkan. Dari dulu saya tidak yakin dengan jawaban seperti ini. Percaya dan taat bukanlah sifat atau karakter anak kecil. Saya lebih menilai “percaya dan taat” adalah sifat dan karakter orang bodoh.

Pernahkah anda memperhatikan anak-anak kecil. Jika anda adalah orang tua yang memiliki anak kecil atau setidaknya pernah memiliki anak kecil (karena mungkin sekarang anak anda sudah dewasa), cobalah ingat-ingat dan perhatikan anak anda sewaktu kecil. Saya punya satu pertanyaan, apakah anak anda adalah anak yang benar-benar selalu “percaya dan taat” kepada anda?

Saya tidak yakin anda menjawab “YA”. Tapi, jika anda yakin jawabannya “YA”, coba berpikir lagi, pernahkah anak anda tidak taat kepada anda, pernahkah ia melawan, pernahkah ia ngeyel karena tidak percaya dengan kata-kata anda? Untuk ini saya yakin anda menjawab “YA”.

“Yaa..., tapi itu kan tidak selalu, cuma kadang-kadang saja.” itu alasan anda. Kalau begitu saya bertanya lagi “Kadang-kadangnya itu seberapa sering?”

Kalau anda memperhatikan anak kecil, baik itu anak sendiri ataupun anak orang lain, anda terkadang melihat anak-anak yang melawan orangtuanya. Melawan orangtua tidak saya maksudkan pasti sesuatu yang ekstrim sekali, hanya saja harus di akui anak-anak tidak sepenuhnya menurut orang tuanya. Itu sebabnya menurut saya menjadi seperti anak kecil berarti “percaya dan taat” adalah sebuah kesalahan dan pembodohan.


Hanya Orang Kristen Bodoh yang Percaya Yesus

Karakter “percaya dan taat”, karakter apakah itu. Pernahkah anda diminta untuk percaya dan taat saja? Apa yang terjadi? Meskipun anda memiliki keraguan dan anda tahu ada kesalahan, tapi anda hanya “percaya dan taat”, anda menjadi seperti orang bodoh bukan? Orang bodoh adalah yang yang tidak berpengetahuan atau setidaknya pengetahuan dia masih sedikit. Itu sebabnya juga orang bodoh seringkali main ikut-ikutan orang lain saja, itulah “percaya dan taat” saja, karena memang ia tidak tahu apa-apa.

Itu sebabnya saya juga menyebut “HANYA ORANG KRISTEN BODOH YANG PERCAYA YESUS”

Saat kita baru mengenal Yesus, masih banyak hal yang belum kita ketahui tentang Yesus. Dalam ketidaktahuan (kebodohan) kita, Yesus menawarkan dirinya untuk di “PERCAYA”. “Maukah engkau percaya padaKU”, kira-kira seperti itulah tawarannya. Ia berani memberikan penawaran seperti itu, karena memang Ia bisa dipercaya. Jika anda mau percaya kepadaNya, maka ia akan menunjukkan bahwa diriNya benar-benar bisa dipercaya. Lalu, selanjutnya Ia akan meminta anda untuk belajar darinya dan menjadi muridnya.

Anda tahu alasannya, itu karena anda masih bodoh, dengan belajar dariNya dan menjadi muridNya, perlahan-lahan anda akan mengerti mengapa Yesus bisa di percaya. Jika anda mau belajar dariNya, anda bukan lagi sekedar percaya, tapi mengetahui alasan mengapa IA bisa dipercaya. Anda akan mengenal kebenaran-kebenarannya. Saat itulah anda mulai menjadi pintar dan kebodohan akan tersingkir dari anda. Orang Kristen yang hanya bisa mengatakan “percaya dan taat” saja tapi tidak mau belajar adalah orang Kristen BODOH.

Tapi bukankah percaya dan taat sudah menjadi syarat yang cukup untuk masuk surga? Saya katakan pada anda, anda mungkin bisa percaya, tapi anda tidak mungkin TAAT, karena bukankah “belajar padaNya dan menjadi muridnya” adalah perintah Yesus? Pernahkah anda perhatikan:

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan. (Matius 11:28-30)

Pertama kali Yesus memberikan penawaran bahwa Ia akan memberi kelegaan, kalau anda mau datang dan percaya padaNya. Selanjutnya Ia meminta anda mengenakan kuk dan belajar padaNya, karena dari sinilah jiwa anda akan mendapat ketenangan. “Marilah kepadaKu” merupakan penawaran Yesus yang menunjukkan Ia bisa dipercaya. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaku” merupakan perintah setelah anda mempercayaiNya.

Jika anda hanya mau percaya, anda hanya mendapat kelegaan. Jika anda tidak mau memikul kuk, apalagi belajar, itu berarti anda tidak mau taat. Bukankah yang selama ini anda katakan “percaya dan taat”, anda hanya menjalankan percayanya saja. Itu sebabnya tidak mengherankan kalau jiwa anda selalu gelisah dan tidak pernah mendapat ketenangan, penyebab utamanya adalah karena anda tidak mau belajar.

Yesus sangat menginginkan anda belajar dariNya dan menjadi muridnya, bukan sekedar percaya. Itu sebabnya dalam amanat terakhirnya Ia memerintahkan kepada murid-muridnya untuk menjadi segala bangsa muridnya, agar setiap orang yang percaya kepadanya mau BELAJAR mengenal dia yang memang bisa dipercaya. BELAJAR itu intinya.


Anak Kecil Banyak Tanya

Kita kembali lagi membahas mengenai anak kecil. Setelah mengetahui karakter “percaya dan taat” lebih cenderung merupakan karakter orang bodoh daripada karakter anak kecil, maka kita akan lihat penjelasan selanjutnya yang biasanya juga kita dengar di mimbar Gereja. “Anak kecil itu tidak banyak tanya dan berdebat, tapi hanya melakukan saja. Firman Tuhan bukan untuk dipertanyakan apalagi diperdebatkan, tapi untuk dilakukan.”

Saya mau bertanya lagi kepada anda, benarkah anak kecil tidak pernah banyak tanya kepada anda sebagai orangtuanya? Benarkah anak kecil tidak pernah mendebat anda, tapi hanya taat saja? Sebagian besar anda pasti menjawab, anak-anak juga kadang banyak tanya dan suka berdebat jika ia melihat ada yang berbeda dengan yang selama ini ia ketahui. Tapi bagi anda yang mengatakan anak anda tidak banyak tanya dan hanya menurut saja, itu artinya ada yang salah dengan anak anda atau cara anda mendidik.

Saya memiliki anak yang masih kecil. Saya mengajarinya mengenal anggota-anggota tubuh, baik tubuhnya sendiri ataupun dari gambar. Ia sudah dapat mengenali anggota tubuh dengan baik, tapi kadang masih sering bertanya, entah itu untuk menguji orangtuanya atau hanya sekedar iseng. Suatu kali ada sebuah stiker kecil berbentuk manusia lengkap. Anak saya bertanya “Ini apa pi?” (sambil menunjuk bagian tangan). Saya jawab “itu tangan”. Begitu juga dengan anggota tubuh lainnya. Sampai satu kali anak saya bertanya “Itu yang hitam apa pi?” (sambil menunjuk bagian muka). Saya tidak dapat melihat dengan jelas, jadi saya kira anak saya menunjuk bagian rambut, dan saya jawab “itu rambut”. Anak saya protes dan bertanya lagi “Itu yang hitam apa?” sambil menunjuk bagian yang sama dan saya kembali menjawab “itu rambut”. Anak saya protes lagi. Setelah beberapa kali protes, anak saya akhirnya berkata “Itu mata pi”. Ternyata yang ia tunjuk berwarna hitam adalah bagian mata, karena kecil saya tidak melihatnya, itu sebabnya ia protes.

Inilah yang saya maksudkan dengan berdebatnya anak kecil. Ini bukan berdebat untuk saling ngotot, tapi karena ada yang berbeda dengan yang selama ini ia ketahui. Pernah juga anda saya berdebat untuk hal yang sebenarnya ia salah. Disini saya harus bisa menjelaskan kesalahannya, baru ia akan mengerti dan tidak berdebat lagi.

Bagaimana dengan bertanya? Anak saya banyak bertanya. Banyak hal-hal yang ia pertanyakan apalagi jika ada hal-hal baru. Saya terkadang kesulitan untuk menjawabnya, tapi tetap berusaha untuk saya jawab.

Anak kecil tidak banyak tanya dan hanya melakukan saja, itu bukanlah anak kecil atau anak kecil tersebut memiliki kelainan. Orang tua yang memiliki anak-anak yang normal, pasti anak-anaknya banyak bertanya. Jadi pendeta atau hamba Tuhan yang mengatakan anak kecil tidak banyak tanya dan hanya melakukan saja, itu adalah SALAH.

Masih banyak karakter yang sesungguhnya bukan karakter anak kecil, tapi dikatakan sebagai karakter anak kecil di atas mimbar. Saya tidak tahu apakah ini karena pendetanya bodoh atau sengaja membodohi jemaatnya agar ajarannya tidak dipertanyakan apalagi didebat oleh pengikutnya.


Mengapa Harus Menjadi Anak Kecil?

Lalu, apa yang dilihat oleh Yesus dari seorang anak kecil? Mengapa Ia mau kita menjadi seperti anak kecil? Yesus tidak menjelaskan alasannya, tapi saya melihat, ada satu hal yang pasti dilakukan oleh setiap anak kecil.
Pernahkah anda memperhatikan anak kecil, baik itu anak anda sendiri atau anak orang lain. Yang menjadi orangtua pasti pernah terkagum-kagum melihat anaknya. Anak yang sewaktu bayi hanya bisa tidur-tidur, kemudian anda di buat kagum ketika bayi anda dapat tengkurap sendiri. Lalu anda dibuat kagum ketika bayi anak dapat duduk, berdiri, dan dalam pertumbuhannya, anak anda kemudian belajar berbicara.

Anda bisa terkagum-kagum dan terheran-heran sambil tersenyum bangga “Darimana dia dapat kata-kata itu?”, “Darimana dia tahu cara membuka pintu?”, “Darimana dia tahu itu permen?”, dan masih banyak lainnya lagi. Terkadang anak anda juga mengikuti tingkah laku yang anda lakukan. Anak saya suka mengikuti istri saya menyapu atau mengepel lantai. Anak anda juga mulai banyak bertanya, dan melakukan banyak hal lainnya. Darimana anak anda dapat melakukan semuanya itu?

Jawabannya adalah karena Anak anda BELAJAR. Itulah yang dilakukan anak kecil. Anak-kecil adalah anak yang selalu belajar. Mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi. Ilmu kedokteran mengatakan bahkan sejak dari dalam kandung bayi sudah mulai belajar. Apakah anda akan mengatakan “orang dewasa juga belajar”. Jawabannya orang dewasa banyak yang malah belajar. Banyak orang dewasa belajar dengan tujuan menyombongkan diri, kedudukan, kehormatan, apalagi jika bisa mendapatkan sederet titel yang lebih panjang dari namanya sendiri.

Anak kecil belajar karena rasa ingin tahu. Akan kebenaran yang dicari oleh seorang anak kecil yang belajar. Antusiasme mereka bukan karena tujuan titel, kedudukan, kebanggaan, tapi karena rasa ingin tahu. Itulah anak kecil.

Jadi, mengapa Yesus ingin kita menjadi seperti anak kecil? Jawaban saya adalah karena anak kecil adalah Manusia yang BELAJAR dengan rasa ingin tahu untuk mendapatkan kebenaran. Ini hanya dugaan saya, karena Yesus tidak menjelaskannya, tapi ada ayat lanjutan yang bisa saya jadikan pegangan setelah ayat Matius 18:1-5, yaitu ayat Matius 18:6 yang sudah dipisahkan judul perikop dari ayat sebelumnya :

Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (Matius 18:6)

ANAK KECIL ADALAH MANUSIA YANG BELAJAR. Itu sebabnya Yesus sangat membenci jika ada orang yang mengajarkan ajaran yang sesat kepada anak-anak yang mau BELAJAR ini. Saya kira ayat ini mendukung dan menunjukkan penilaian Yesus mengapa Ia mau kita menjadi seperti seorang anak kecil, yaitu agar kita mau BELAJAR sungguh-sungguh dengan antusias yang tinggi untuk mengenal kebenaran, dengan Alkitab sebagai standar kebenaran kita.

Lihat lagi bagian yang berjudul Hanya Orang Kristen Bodoh yang Percaya Yesus diatas. Yesus konsisten dengan ajarannya bukan?. Ia mau kita BELAJAR dan bukan sekedar PERCAYA dan TAAT saja.

Comments

Unknown said…
begghhh....
sekarang begi aja, buat apa menghakimi atau menilai gereja2 lain, Tuhan Yeus sudah jelas bilang, tidak semua org yang memanggil Dia Tuhan akan masuk surga, tapi org yang melakukan kehendak Bapa lh yang akan di terima,
so, buat apa pusing2 mikiri hal2 itu.
parahh...
Judy Husin said…
@ramdoni cristian, orang seperti anda yang mungkin akan terus menjadi orang kristen bodoh dan tidak pernah menjadi pintar. Anda percaya Alkitab? Harusnya anda tau kenapa saya suka menghakimi dan menilai Gereja? Kalo ga tau, coba baca disini http://judyhusin.blogspot.com/2012/06/jangan-menghakimi-jurus-andalan-orang.html
Anonymous said…
Mantap kk (y).. jdi orang Kristen jangan kayak orang bodoh yg cuma ikut2an, tpi terus belajar kayak anak kecil yang sllu belajar.
Thx infonya GBU (:
Anonymous said…
2 Timotius 2:23-26 (TB) Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran,
sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar
dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran,
dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.
Unknown said…
Intinya alkitab tidak boleh ditafsirkan dengan logika tetapi dengan iman sama halnya TUHAN YESUS melakukan muzizat.menyembuhkan orang sakit.hendaklah berpikir dengan iman kepercayaan supaya baik hasilnya
Unknown said…
Tepat sasaran. GBU
Denis Desmanto said…
Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini

Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )


Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
🕎✡️🤚🏻👁️📜🕯️🕍✝️🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪