Skip to main content

Jodoh, di tangan Tuhan atau Manusia (Bagian 1)

Kita tentunya sering mendengar ungkapan “Jodoh itu di tangan Tuhan.” Jadi, kemanapun kamu mencari jodoh, jika Tuhan tidak menentukan dia sebagai jodohmu, maka kamu tidak akan bisa bersatu. Hampir semua orang Kristen percaya bahwa jodoh memang di tangan Tuhan. Itu sebabnya ketika mereka menikah, maka itulah jodoh yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Saat pacaran, semua terasa indah. Saling memberi perhatian dan merasa saling ada kecocokan. Ketika ada keributan pun, timbul kerinduan yang mendalam sehingga akhirnya saling meminta maaf dan bersatu kembali. Lalu mereka menikah. Diawal pernikahan, semua masih berjalan dengan indah. Tapi seiring waktu berlalu, pertengkaran tidak hentinya terus terjadi. Mulai timbul kekesalan dan kekecewaan. Lalu mulai berpikir “Mungkin aku telah salah pilih, mungkin dia sebenarnya BUKAN JODOHKU”.

Semua orang Kristen percaya bahwa Tuhan yang memberkati pernikahan. Mereka percaya Tuhan yang telah mempersatukan/menjodohkan mereka. Lalu ketika timbul keributan, kekacauan dalam keluarga yang terus menumpuk, mereka merasa sudah salah memilih jodoh dan timbul keinginan untuk berpisah/bercerai. Lucu bukan? Anda tidak bisa melihat kelucuannya? Lucunya adalah mereka percaya jodoh di tangan Tuhan, pernikahan mereka diberkati dan dipersatukan oleh Tuhan, mereka percaya apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak bisa dipisahkan manusia. Tapi nyatanya, ketika timbul kekacauan dalam keluarga, mereka merasa sudah salah pilih. Anda mengerti?

Tidak ada satu pun keluarga Kristen yang berani mempersalahkan Tuhan ketika keluarga mereka ternyata tidak harmonis. Tidak ada yang berani mengatakan Tuhan yang telah salah menjodohkan mereka, Tuhan telah salah memberkati pernikahan mereka, Tuhan telah salah mempersatukan mereka. Ketika keluarganya tidak harmonis, mereka akan saling menyalahkan pasangannya masing-masing dan merasa sudah salah memilih jodoh. JADI, JODOH DI TANGAN TUHAN ATAU MANUSIA?

Mario Teguh, di acaranya Mario Teguh Golden Ways, pernah mengatakan kurang lebih seperti ini : “Jodoh itu ditangan manusia, dan Tuhan mengijinkan pernikahan sesuai dengan pilihanmu. Itu sebabnya ketika SALAH memilih jodoh, kamu tidak bisa mempersalahkan Tuhan. Tuhan sudah memberikan kriteria pasangan yang baik itu seperti apa, jika kamu tetap memilih diluar kriteria Tuhan, Tuhan tetap mengijinkan dan merestui pilihanmu. Itu sebabnya ketika ternyata kamu salah pilih, maka Tuhan tidak bersalah, kamulah yang bersalah. Tuhan mengijinkan kamu memilih yang salah.” Benarkah pernyataan Mario Teguh ini?

Saya tertegun ketika menonton acara Mario teguh di televisi dan mendengar penjelasannya ini. Ini sebuah jawaban yang sangat bagus. Kita tidak bisa mempersalahkan Tuhan atas salahnya pilihan kita. Apa yang dikatakan Mario Teguh cukup menjawab orang-orang yang selama ini percaya jodoh di tangan Tuhan, tapi ketika menikah merasa mendapatkan jodoh yang salah.

Jika jodoh di tangan Tuhan, dan anda percaya jodoh di tangan Tuhan, maka ketika anda merasa pasangan anda adalah jodoh yang salah, itu berarti Tuhan-lah yang telah memberikan jodoh yang salah kepada anda, maka silakan mempersalahkan Tuhan. Tapi nyatanya, seperti yang dikatakan Mario Teguh, jodoh itu adalah pilihanmu sendiri, Tuhan telah memberikan kriterianya jodoh yang baik itu seperti apa di dalam kitab suci. Jika kamu tidak mau mengikuti seperti kriteria yang diberikan Tuhan, maka itu adalah salahmu sendiri, bukan salah Tuhan. Tuhan itu sangat menghargai manusia, itu sebabnya Ia tetap mengijinkan dan merestui pernikahanmu, meskipun tahu pilihanmu salah. Jadi, kalau kemudian kamu merasa salah mendapatkan jodoh, itu adalah salahmu sendiri dan tidak bisa kamu mempersalahkan Tuhan.

Saya terusik dengan apa yang disampaikan Mario Teguh. Banyak orang yang mengagumi Mario Teguh dan pengajarannya, termasuk orang-orang Kristen. Saya sendiri juga menganggap Mario Teguh adalah seorang Motivator yang baik dan ajarannya patut untuk di dengarkan.

Sayangnya untuk hal ini, saya mempunyai pendapat yang berbeda. Penjelasan Mario teguh sepertinya menjawab pertanyaan keluarga-keluarga yang tidak harmonis. Tidak harmonis berarti salah memilih jodoh. Kalau salah memilih jodoh, maka saya ingin memperbaikinya, bagaimana cara memperbaikinya? Caranya adalah dengan mencari dan menemukan jodoh yang tepat. Tapi sebelum itu, anda harus men-CERAI-kan dahulu jodoh yang salah ini.

Saya tidak mengatakan apa yang dikatakan oleh Mario teguh itu salah, karena Mario Teguh juga ingin memberikan solusi tanpa harus mempersalahkan Tuhan. Tapi menurut saya, jika anda seorang Kristen, dan mempercayai perkataan Mario Teguh ini, itu berarti anda yang salah. Mengenai perjodohan ini, saya harus melihatnya dari Alkitab. Saya mempercayai Alkitab sebagai standar kebenaran saya. Cukup banyak orang kristen yang juga suka menonton dan mendengarkan ajaran Mario teguh, termasuk saya sendiri. Oleh sebab itu saya juga yakin, banyak orang Kristen yang mengakui apa yang dikatakan Mario Teguh menjawab banyak pertanyaan orang-orang Kristen.

Alkitab mengatakan, apa yang disatukan oleh Tuhan tidak bisa dipisahkan manusia. Tuhan sejak awal menciptakan laki-laki, lalu menjadi perempuan sebagai pasangannya. Tuhan menentukan pasangan untuk Adam. Seiring semakin banyaknya manusia, pernikahan mulai banyak terjadi. Tuhan seolah memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk memnentukan pilihannya sendiri dan Tuhan mengajarkan kriterianya. Jadi jodoh itu adalah pilihan manusia, namun Tuhan memberikan kriteria jodoh yang baik.

Nyatanya adalah, Alkitab mencatat banyak peristiwa dimana Tuhan turut bekerja dalam menjodohkan seseorang. Meskipun Tuhan menentukan kriteria, namun Tuhan juga menentukan jodoh.

Hosea menikah dengan seorang perempuan pelacur. Hosea 1:2


Ketika Tuhan mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi Tuhan.” (Hosea 1:2)

Hosea mengawini seorang perempuan sundal (pelacur). Hosea adalah seorang pilihan Tuhan, bahkan Tuhan memakainya untuk menyampaikan firman Tuhan. Pantaskah seorang seperti Hosea menikah perempuan pelacur. Hosea menikah seorang perempuan yang berada diluar kristeria yang Tuhan tetapkan. Banyak kalangan yang menilai bahwa Hosea tidak pantas menikahi seorang pelacur, oleh sebab itu ada yang beranggapan bahwa “perempuan sundal” yang dimaksudkan pada kitab Hosea bukanlah pelacur, melainkan perempuan penyembah berhala. Ada juga yang beranggapan pada waktu menikahinya perempuan tersebut belum menjadi pelacur, tapi setelah menikah baru menjadi pelacur. Bahkan ada yang beranggap bahwa itu hanyalah penglihat Hosea saja, bukan nyata terjadi.

Namun kitab Hosea ini menjelaskan dengan tepat bahwa memang Hosea menikahi seorang pelacur, dan Tuhan yang sengaja memerintahkan hal ini. Perhatikan Hosea 1:2 di atas, saya akan tambahkan dengan Hosea 3:1.

Berfirmanlah Tuhan kepadaku” “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti Tuhan juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis. (Hosea 3:1)

Lalu apakah Hosea mendapatkan jodoh yang salah? Apakah Tuhan salah memberikan jodoh? Saya rasa tidak, Tuhan bahkan menetapkan nama anak-anak yang dilahirkan oleh perempuan pelacur ini.

Simson menikahi perempuan Filistin (Hakim-hakim 14:1-4)

Simson pergi ke Timna dan di situ ia melihat seorang gadis Filistin. Ia pulang dan memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: "Di Timna aku melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku. Tetapi ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: "Tidak adakah di antara anak-anak perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin, orang-orang yang tidak bersunat itu ?" Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai." Tetapi ayahnya dan ibunya tidak tahu bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya : sebab memang Simson harus mencari gara-gara terhadap orang Filistin. Karena pada masa itu orang Filistin menguasai orang Israel. (Hakim-hakim 14:1-4)

Kisah Simson dan Delila merupakan kisah Alkitab yang cukup populer. Simson menikahi seorang gadis Filistin yang menjajah Israel saat itu. Pernikahan ini yang akhirnya menyebabkan Simson buta dan mati tertimpa bangunan yang dirobohkannya. Pada Hakim-hakim 14 ayat 4, dikatakan bahwa keinginan Simson menikahi perempuan Filistin ini berasal dari Tuhan.

Orang tua Simson berusaha membujuk Simson agar tidak menikahi perempuan Filistin itu, karena memang ada ketetapan Tuhan saat itu yang melarang pernikahan dengan perempuan diluar dari orang Israel. Tapi Tuhan jelas dengan sengaja mengatur agar Simson menikah dengan perempuan Filistin. Apakah Simson mendapatkan jodoh yang salah? Pernikahan ini mengakibatkan Simson buta, dipenjara dan akhirnya mati. Apakah jodoh ini dipilih oleh Simpson sendiri? Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Tuhanlah yang mengatur perjodohan ini.


Saya hanya mengambil dua contoh ini untuk memperlihatkan bahwa jodoh memang ditangan Tuhan. Masih ada contoh lainnya yang bisa anda temukan di Alkitab yang jelas menunjukkan bahwa jodoh di tangan Tuhan.

Jika jodoh di tangan Tuhan, maka tanpa melakukan apapun, setiap kita akan menemukan jodoh kita bukan? Jadi untuk apa Tuhan menentukan kriteria, untuk apa kita susah payah mencari jodoh? Tunggu saja, karena jodoh kita di tangan Tuhan.

Jika anda berpikir seperti ini, silakan saja berdiam diri tanpa melakukan apapun dan berharap datang jodoh yang baik padamu. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa kita harus bertindak. Tuhan mau manusia aktif, bukannya pasif. Jika keselamatan sudah ditentukan oleh Tuhan, untuk apalagi kita berusaha, bahkan kita tidak perlu percaya Yesus, percaya Yesus akan menjadi sia-sia bukan? Karena semua Tuhan yang tentukan. Jika kita dipilih selamat, maka kita pasti selamat. Jika kita dipilih tidak selamat, maka usaha apapun yang kita lakukan tetap tidak akan selamat bukan? Jika anda berpikir demikian, silakan berdiam diri dan tidak perlu percaya Yesus, itu terserah anda.

Sejak semula Tuhan sudah menetapkan bahwa manusia harus bekerja. Sejak semula Tuhan sudah menetapkan bahwa manusia harus aktif bukan pasif. Kita dibentuk serupa dengan gambar Tuhan. Tuhan kita adalah Tuhan yang aktif, maka kitapun harus aktif. Berdiam diri bukanlah solusi ketaatan kepada Tuhan, berdiam diri bukan solusi kedaulatan Tuhan. Manusia yang dipilih Tuhan untuk diselamatkan pasti akan mengerjakan keselamatannya itu, pasti akan memiliki kerinduan akan Yesus, pasti akan mencari kebenaran. Manusia yang dijodohkan oleh Tuhan untuk memiliki pasangan, pasti akan mencari pasangan dan menginginkan teman hidup yang terbaik.

Hosea diperintahkan Tuhan untuk mengawini seorang perempuan sundal, lalu apakah perempuan sundal itu datang dengan sendirinya kepada Hosea? Alkitab mencatat bahwa Hosea kemudian pergi dan mengawini Gomer binti Diblaim.

Maka pergilah ia dan mengawini Gomer binti Diblaim, lalu mengandunglah perempuan itu dan melahirkan baginya seorang anak laki-laki. (Hosea 1:3)

Ketika Tuhan menentukan siapa yang harus dinikahi oleh Hosea, Hosea tidak lantas berdiam diri, tapi pergi mencari. Mengapa Hosea memilih Gomer? Saya tidak tahu dan Alkitab tidak mencatatnya. Tapi Tuhan telah memerintahkan Hosea untuk mengawini seorang perempuan sundal, saya yakin Tuhan juga yang telah menentukan Gomer adalah orang yang akan dipilih oleh Hosea.

Simson tidak mendapatkan perintah apa-apa untuk menikahi seorang perempuan Filistin. Simson hanya menlihat seorang perempuan di Timna dan jatuh hati padanya. Simson ingin menikahi perempuan Filistin itu. Meskipun kedua orangtuanya berusaha menolak, namun Simson tetap berkeras, dan kemudian kita mengetahui bahwa Tuhanlah yang mengatur semuanya ini.

Bagaimana dengan mereka yang “sudah mencari” namun masih belum mendapatkan pasangan? Ketika mencari pasangan, apa yang anda cari? Apa kriteria yang anda tentukan sendiri? Ada banyak yang mengaku selalu mencari namun tidak pernah menemukan, makanya timbul istilah “perawan tua” dan “bujang lapuk”. Apakah orang-orang seperti ini berarti tidak diberikan Tuhan jodoh? Ataukah mereka sebenarnya sudah diberikan jodoh oleh Tuhan, tapi menolaknya karena kriteria pribadi yang terlalu tinggi? Tuhan punya kedaulatan menentukan jodoh, namun saya sendiri tidak memahami sepenuhnya pengaturan Tuhan ini. Alkitab mencatat manusia memiliki jodohnya, namun ada juga yang tidak mendapatkannya, Tuhan yang mengatur semuanya sesuai dengan maksud baik-Nya.

Jodoh di tangan Tuhan, itu sebabnya Hosea dan Simson di atur oleh Tuhan untuk mendapatkan jodoh yang sepertinya tidak tepat. Bukankah itu mengecewakan? Jika anda menikah, dan ternyata orang yang anda nikahi sepertinya tidak ada kecocokan dengan anda, apakah Tuhan yang salah menjodohkan anda? Kalau demikian, bukankah anda berhak untuk mempersalahkan Tuhan atas jodoh anda?

Pernahkah anda merasa salah mendapatkan jodoh? Kalau anda belum pernah, maka saya pernah. Saya pernah merasa salah mendapatkan jodoh, dan mengira saya salah mendapatkan jodoh. Itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Karena keributan yang sering terjadi dengan istri saya, saya-pun merasa salah mendapatkan jodoh, namun tidak berniat meninggalkan istri saya. Saya hanya memohon kepada Tuhan bagaimana harus memperlakukan istri saya. Dan akhirnya Tuhan mengajarkan saya banyak hal bahwa istri saya adalah jodoh yang tepat dari Tuhan. Sampai hari ini, saya berani mengatakan seburuk apapun tingkah laku dan perbuatan istri saya terhadap saya, saya akan selalu kembali padanya, dan bersyukur sampai hari ini istri saya tetap mendampingi saya.

Istri saya percaya jodoh itu dari Tuhan. Saya pernah katakan kepadanya,”Kalau kamu percaya jodoh dari Tuhan, lalu merasa salah jodoh karena menikah dengan saya, maka SALAHKANLAH TUHAN. Kalau kamu percaya jodoh adalah pilihanmu sendiri dan Tuhan yang merestui, maka salahkanlah dirimu mengapa menerima saya.”

Jadi, ketika kita merasa salah memilih jodoh, adalah BODOH kalau kita mempersalahkan suami/istri kita. Bagaimanapun pasangan kita TIDAK MUNGKIN ada di posisi yang salah ketika kita merasa mendapatkan jodoh yang SALAH. Letak kesalahannya tinggal dua yaitu Tuhan atau diri sendiri.

Kalau kita tidak bahagia atas pernikahan kita, Tuhankah yang salah, karena salah memberikan teman hidup kepada kita? Jika Tuhan yang memberikan jodoh, salahkah Tuhan ketika pernikahan kita tidak bahagia? Atau kalau anda percaya dengan perkataan kata Mario Teguh, anda sendiri yang salah memilih jodoh.

Mempersalahkan Tuhan Karena Salah Jodoh?


Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Matius 19:5-6)

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (Kejadian 2:24)

Kalau memang jodoh di tangan Tuhan, maka ketika saya merasa mendapatkan jodoh yang salah, itu berarti saya berhak mempersalahkan Tuhan.

Kutipan ayat-ayat di atas menyatakan bahwa laki-laki yang menikah dengan perempuan akan menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua melainkan satu. Mereka bukan hanya diikat oleh pernikahan, namun dipersatukan oleh Tuhan. Pernikahan yang dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia.

Setiap orang Kristen percaya bahwa pernikahan orang Kristen di berkati dan dipersatukan oleh Tuhan. Tuhan sendiri yang hadir dalam pernikahan Kristen. Pernikahan yang dipersatukan oleh Tuhan berarti diikat oleh Tuhan. Tuhan mengikat sebuah pernikahan, yang diikat adalah laki-laki dan perempuan, bukan binatang atau benda mati. Laki-laki dan perempuan adalah manusia yang memiliki akal budi. Dengan akal budinya, manusia seringkali ingin bebas tanpa ikatan. Manusia yang ingin bebas tanpa ikatan, tanpa sadar seringkali berusaha melepaskan ikatan itu. Ikatan itu bisa mengendur bahkan terlepas, padahal Tuhan sudah mengatakan “apa yang telah dipersatukan Tuhan TIDAK BOLEH diceraikan manusia.

Jika ikatan laki-laki dan perempuan semakin mengendur bahkan terlepas, itu akan membuat laki-laki dan perempuan mulai dan semakin menjauh satu sama lain bahkan menjauh dari Tuhan dan inilah yang disebut dengan “bercerai”.

Siapa yang mempersatukan? Jawabannya Tuhan
Siapa yang menceraikan? Jawabannya Manusia

Jika Tuhan yang mempersatukan, lalu anda sebagai manusia yang menceraikan, pantaskah anda mempersalahkan Tuhan atas tercerainya anda dengan pasangan anda?

Anda jangan mengartikan bahwa yang dimaksudkan dengan “bercerai” itu adalah benar-benar bercerai dalam arti putus hubungan suami istri. Yang dimaksudkan dengan bercerai adalah mulai terpisahnya anda dengan pasangan anda. Untuk lebih mudahnya, anda tentunya tahu peribahasa “Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh”. Inilah yang saya maksudkan.

Siapa yang mengendurkan ikatan suami-istri? Yang pasti bukan Tuhan, karena ayat di atas jelas menunjukkan bahwa Tuhan mempersatukan. Yang menceraikan adalah manusia, itu berarti suami atau istri yang menceraikan atau keduanya.

“Perceraian” seperti ini akan mulai menimbulkan konflik, karena ikatan yang mengendur itu. Ketika konflik semakin besar, lalu anda merasa salah mendapatkan jodoh. Jika jodoh di tangan Tuhan, dan Tuhan yang mempersatukan, maka yang salah adalah anda sendiri. Mengapa demikian? Karena seperti yang saya jelaskan diatas, “tidak mungkin anda mempersalahkan pasangan anda jika anda merasa mendapatkan jodoh yang salah”.

Lalu anda berkata,”Tetapi yang mengendurkan ikatan Tuhan itu adalah pasangan saya, bukan saya”. Sadarilah, jika anda merasa salah mendapat jodoh, maka itu pasti anda ikut ambil bagian dalam usaha melepaskan ikatan Tuhan. Mengapa demikian? Karena kalau anda sadar ikatan itu kendur, dan anda sadar Tuhan yang mempersatukan, maka yang seharusnya anda lakukan adalah menghampiri Tuhan memohon agar ikatan suami-istri itu diperkuat kembali dan bukannya mempersalahan “salah mendapat jodoh”.

Ketika akan menikah dengan kekasih pilihan anda, bukankah anda dan kekasih anda datang dengan sukarela kepada Tuhan untuk diikat dan dipersatukan dalam pernikahan, lalu mengapa ketika ikatan itu mengendur, anda tidak mau dengan sukarela lagi datang kepada Tuhan, baik itu seorang diri atau bersama suami/istri anda. Jikalau anda menghampiri Tuhan ketika ikatan itu mengendur, meskipun pasangan anda semakin menjauh, anda akan temukan kesadaran mengapa Tuhan menjodohkan anda dengan teman hidup anda tersebut.

Ajaklah suami/istri anda untuk kembali mendekat kepada Tuhan, namun jika ia tidak mau, anda tidak perlu memaksanya. Jika suami/istri anda tidak mau datang kepada Tuhan, mulailah dari diri anda dahulu, hampiri Tuhan dengan kerelaan anda untuk diikat dan dipersatukan lagi oleh Tuhan. Jika pada saat akan menikah anda bisa datang dengan sukarela, mengapa setelah menikah anda tidak mau datang dengan sukarela. Datanglah dengan sukarela kepada Tuhan untuk kembali berserah dan belajar pada-Nya. Pengajaran Tuhan itu indah, dan semakin anda belajar dengan sungguh-sungguh, anda akan semakin menyadari tentang diri anda.

Seringkali, yang terjadi adalah anda merasa sudah datang kepada Tuhan, sudah berdoa berkali-kali, sudah taat kepada Tuhan, bahkan ketaatan anda ditunjukkan dengan rajin membaca Alkitab, rajin melayani, bahkan rajin memberitakan Injil. Itu sebabnya anda merasa bukan anda yang salah, tapi suami/istri andalah yang salah.

Belajar kepada Tuhan bukan dilihat seberapa besar anda melayani Tuhan, bukan dilihat seberapa rajin anda berdoa, bukan dilihat seberapa sering anda membaca Alkitab, dan bukan dilihat seberapa besar pengorbanan yang anda lakukan untuk Tuhan. Jika seperti ini ukuran anda, sampai kapanpun anda sebenarnya tidak akan pernah belajar sama sekali dari Tuhan, tapi hanya merasa sudah belajar. Dan ketahuilah, hal ini sangat BERBAHAYA sekali, karena ini adalah awal mula kesesatan anda yang tidak disadari. Apabila ini terjadi dalam hubungan pernikahan anda, maka pernikahan anda akan semakin hancur, sementara anda terus merasa sudah sebegitu taatnya kepada Tuhan. Pada satu waktu anda merasa Tuhan seperti tidak peduli lagi pada pernikahan anda, tapi karena tidak berani mempersalahkan Tuhan dan merasa diri sudah benar, maka yang akan terus anda persalahkan adalah suami/istri anda. Menyedihkan sekali.

Belajar kepada Tuhan bukan masalah ketaatan anda, bukan masalah apa yang anda lakukan untuk Tuhan. Belajar kepada Tuhan adalah masalah kesungguhan dan kerinduan anda untuk belajar pada-Nya. Tuhan lebih suka ketika Ia mengajar, anda duduk diam dikakinya, memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang diajarkannya. Itu sebabnya Tuhan lebih menyukai cara Maria yang duduk diam di kaki Tuhan dan bukannya kesibukan pelayanan Martha untuk-Nya.

Kembali kepada Tuhan, anda sendiri atau bersama suami/istri anda, itulah solusi untuk menyelesaikan masalah dalam pernikahan anda. Sampai saat ini, saya belum menemukan cara lain untuk menyelesaikan masalah pernikahan dan saya percaya inilah satu-satunya cara menyelesaikan masalah “salah memilih jodoh”.


Bagaimana jika hanya anda sendiri dan suami/istri anda tidak mau kembali mendekat kepada Tuhan, apalagi memohon untuk dipersatukan kembali? Apakah kemudian PERCERAIAN akan menjadi solusinya?


Comments

Ev. Wahyudi said…
Mohon penjelasannya terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, "Kapankah kita tahu bahwa seseorang itu jodoh kita?
Pertama, Apakah saat diberkati di gereja? Bagaimana kalau pernikahannya bukan di gereja? Bagaimana kalau pasangannya tidak seiman atau dulunya menikah dalam kondisi tidak percaya Yesus (dalam agama lain)?
Kedua, Bagaimana dengan kasus seksual seperti perkosaan? Atau hubungan seksual di luar nikah? Apakah itu lantas menjadikan orang yang telah berhubungan seksual menjadi jodoh?
Ketiga, Bagaimana dengan pernikahan kembali (dalam kasus sesuai Firman seperti ketka pasangan sudah meninggal), jadi apakah bisa seseorang punya dua atau tiga jodoh waktu di dunia karena pasangan sebelumnya sudah meninggal?
Terima kasih buat jawabannya, maaf banyak pertanyaan yang masih membingungkan tentang topik ini, terima kasih sekali lagi
Judy Husin said…
@Adryan Wahyudi, terlalu panjang jika saya harus menjawab disini, oleh sebab itu saya buatkan satu artikel khusus untuk menjawab pertanyaan anda. Anda bisa membacanya di http://judyhusin.blogspot.co.id/2015/09/menjawab-pertanyaan-tentang-jodoh.html
Anonymous said…
Saya sedang menghadapi pergumulan. Saya sedang menjalin hubungan dengan seorang lelaki yg seiman. Seiring berjalannya waktu, saya yakin dia jodoh dari Tuhan. Tetapi permasalahan ny orang tua saya tidak setuju karena asumsi yg muncul akibat salah paham yg dibiarkan. Saya membaca cerita tentang Simson. Apakah jika orang tua tidak setuju, saya harus memutuskan hubungan? Atau saya harus memaksa seperti Simson?
Juneth said…
Hi Pak Judy, i am looking for your email address to discuss, but I can not find it. Terima kasih.
Judy Husin said…
@Juneth, I.m sorry, I didn't received notification from your comment. What do you want to discuss? I am not a marriage counselor. I write about marriage based on my thoughts and experiences. But, you can send email to sekilascatatanku@gmail.com.