Kita tentunya sering mendengar ungkapan “Jodoh
itu di tangan Tuhan.” Jadi, kemanapun kamu mencari jodoh, jika
Tuhan tidak menentukan dia sebagai jodohmu, maka kamu tidak akan bisa
bersatu. Hampir semua orang Kristen percaya bahwa jodoh memang di
tangan Tuhan. Itu sebabnya ketika mereka menikah, maka itulah jodoh
yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Saat pacaran, semua terasa indah. Saling
memberi perhatian dan merasa saling ada kecocokan. Ketika ada
keributan pun, timbul kerinduan yang mendalam sehingga akhirnya
saling meminta maaf dan bersatu kembali. Lalu mereka menikah. Diawal
pernikahan, semua masih berjalan dengan indah. Tapi seiring waktu
berlalu, pertengkaran tidak hentinya terus terjadi. Mulai timbul
kekesalan dan kekecewaan. Lalu mulai berpikir “Mungkin aku telah
salah pilih, mungkin dia sebenarnya BUKAN JODOHKU”.
Semua orang Kristen percaya bahwa Tuhan yang
memberkati pernikahan. Mereka percaya Tuhan yang telah
mempersatukan/menjodohkan mereka. Lalu ketika timbul keributan,
kekacauan dalam keluarga yang terus menumpuk, mereka merasa sudah
salah memilih jodoh dan timbul keinginan untuk berpisah/bercerai.
Lucu bukan? Anda tidak bisa melihat kelucuannya? Lucunya adalah
mereka percaya jodoh di tangan Tuhan, pernikahan mereka diberkati dan
dipersatukan oleh Tuhan, mereka percaya apa yang telah dipersatukan
Tuhan tidak bisa dipisahkan manusia. Tapi nyatanya, ketika timbul
kekacauan dalam keluarga, mereka merasa sudah salah pilih. Anda
mengerti?
Tidak ada satu pun keluarga Kristen yang berani
mempersalahkan Tuhan ketika keluarga mereka ternyata tidak harmonis.
Tidak ada yang berani mengatakan Tuhan yang telah salah menjodohkan
mereka, Tuhan telah salah memberkati pernikahan mereka, Tuhan telah
salah mempersatukan mereka. Ketika keluarganya tidak harmonis, mereka
akan saling menyalahkan pasangannya masing-masing dan merasa sudah
salah memilih jodoh. JADI, JODOH DI TANGAN TUHAN ATAU MANUSIA?
Mario Teguh, di acaranya Mario Teguh Golden
Ways, pernah mengatakan kurang lebih seperti ini : “Jodoh itu
ditangan manusia, dan Tuhan mengijinkan pernikahan sesuai dengan
pilihanmu. Itu sebabnya ketika SALAH memilih jodoh, kamu tidak bisa
mempersalahkan Tuhan. Tuhan sudah memberikan kriteria pasangan yang
baik itu seperti apa, jika kamu tetap memilih diluar kriteria Tuhan,
Tuhan tetap mengijinkan dan merestui pilihanmu. Itu sebabnya ketika
ternyata kamu salah pilih, maka Tuhan tidak bersalah, kamulah yang
bersalah. Tuhan mengijinkan kamu memilih yang salah.” Benarkah
pernyataan Mario Teguh ini?
Saya tertegun ketika menonton acara Mario teguh
di televisi dan mendengar penjelasannya ini. Ini sebuah jawaban yang
sangat bagus. Kita tidak bisa mempersalahkan Tuhan atas salahnya
pilihan kita. Apa yang dikatakan Mario Teguh cukup menjawab
orang-orang yang selama ini percaya jodoh di tangan Tuhan, tapi
ketika menikah merasa mendapatkan jodoh yang salah.
Jika jodoh di tangan Tuhan, dan anda percaya
jodoh di tangan Tuhan, maka ketika anda merasa pasangan anda adalah
jodoh yang salah, itu berarti Tuhan-lah yang telah memberikan jodoh
yang salah kepada anda, maka silakan mempersalahkan Tuhan. Tapi
nyatanya, seperti yang dikatakan Mario Teguh, jodoh itu adalah
pilihanmu sendiri, Tuhan telah memberikan kriterianya jodoh yang baik
itu seperti apa di dalam kitab suci. Jika kamu tidak mau mengikuti
seperti kriteria yang diberikan Tuhan, maka itu adalah salahmu
sendiri, bukan salah Tuhan. Tuhan itu sangat menghargai manusia, itu
sebabnya Ia tetap mengijinkan dan merestui pernikahanmu, meskipun
tahu pilihanmu salah. Jadi, kalau kemudian kamu merasa salah
mendapatkan jodoh, itu adalah salahmu sendiri dan tidak bisa kamu
mempersalahkan Tuhan.
Saya terusik dengan apa yang disampaikan Mario
Teguh. Banyak orang yang mengagumi Mario Teguh dan pengajarannya,
termasuk orang-orang Kristen. Saya sendiri juga menganggap Mario
Teguh adalah seorang Motivator yang baik dan ajarannya patut untuk di
dengarkan.
Sayangnya untuk hal ini, saya mempunyai
pendapat yang berbeda. Penjelasan Mario teguh sepertinya menjawab
pertanyaan keluarga-keluarga yang tidak harmonis. Tidak harmonis
berarti salah memilih jodoh. Kalau salah memilih jodoh, maka saya
ingin memperbaikinya, bagaimana cara memperbaikinya? Caranya adalah
dengan mencari dan menemukan jodoh yang tepat. Tapi sebelum itu, anda
harus men-CERAI-kan dahulu jodoh yang salah ini.
Saya tidak mengatakan apa yang dikatakan oleh
Mario teguh itu salah, karena Mario Teguh juga ingin memberikan
solusi tanpa harus mempersalahkan Tuhan. Tapi menurut saya, jika anda
seorang Kristen, dan mempercayai perkataan Mario Teguh ini, itu
berarti anda yang salah. Mengenai perjodohan ini, saya harus
melihatnya dari Alkitab. Saya mempercayai Alkitab sebagai standar
kebenaran saya. Cukup banyak orang kristen yang juga suka menonton
dan mendengarkan ajaran Mario teguh, termasuk saya sendiri. Oleh
sebab itu saya juga yakin, banyak orang Kristen yang mengakui apa
yang dikatakan Mario Teguh menjawab banyak pertanyaan orang-orang
Kristen.
Alkitab mengatakan, apa yang disatukan oleh
Tuhan tidak bisa dipisahkan manusia. Tuhan sejak awal menciptakan
laki-laki, lalu menjadi perempuan sebagai pasangannya. Tuhan
menentukan pasangan untuk Adam. Seiring semakin banyaknya manusia,
pernikahan mulai banyak terjadi. Tuhan seolah memberikan kebebasan
kepada setiap orang untuk memnentukan pilihannya sendiri dan Tuhan
mengajarkan kriterianya. Jadi jodoh itu adalah pilihan manusia, namun
Tuhan memberikan kriteria jodoh yang baik.
Nyatanya adalah, Alkitab mencatat banyak
peristiwa dimana Tuhan turut bekerja dalam menjodohkan seseorang.
Meskipun Tuhan menentukan kriteria, namun Tuhan juga menentukan
jodoh.
Hosea menikah dengan seorang perempuan pelacur. Hosea 1:2
Ketika Tuhan mulai berbicara dengan
perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: “Pergilah,
kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak
sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi Tuhan.”
(Hosea 1:2)
Hosea mengawini seorang perempuan sundal
(pelacur). Hosea adalah seorang pilihan Tuhan, bahkan Tuhan
memakainya untuk menyampaikan firman Tuhan. Pantaskah seorang seperti
Hosea menikah perempuan pelacur. Hosea menikah seorang perempuan yang
berada diluar kristeria yang Tuhan tetapkan. Banyak kalangan yang
menilai bahwa Hosea tidak pantas menikahi seorang pelacur, oleh sebab
itu ada yang beranggapan bahwa “perempuan sundal” yang
dimaksudkan pada kitab Hosea bukanlah pelacur, melainkan perempuan
penyembah berhala. Ada juga yang beranggapan pada waktu menikahinya
perempuan tersebut belum menjadi pelacur, tapi setelah menikah baru
menjadi pelacur. Bahkan ada yang beranggap bahwa itu hanyalah
penglihat Hosea saja, bukan nyata terjadi.
Namun kitab Hosea ini menjelaskan dengan tepat
bahwa memang Hosea menikahi seorang pelacur, dan Tuhan yang sengaja
memerintahkan hal ini. Perhatikan Hosea 1:2 di atas, saya akan
tambahkan dengan Hosea 3:1.
Berfirmanlah Tuhan kepadaku” “Pergilah
lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti
Tuhan juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada
allah-allah lain dan menyukai kue kismis. (Hosea 3:1)
Lalu apakah Hosea mendapatkan jodoh yang salah?
Apakah Tuhan salah memberikan jodoh? Saya rasa tidak, Tuhan bahkan
menetapkan nama anak-anak yang dilahirkan oleh perempuan pelacur ini.
Simson menikahi perempuan Filistin
(Hakim-hakim 14:1-4)
Simson
pergi
ke Timna
dan
di situ ia melihat seorang gadis Filistin. Ia pulang dan
memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: "Di Timna aku melihat
seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku.
Tetapi
ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: "Tidak adakah di antara
anak-anak perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa
kita
seorang
perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri
dari
orang Filistin, orang-orang yang tidak bersunat
itu
?"
Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab
dia kusukai." Tetapi ayahnya dan ibunya tidak tahu bahwa hal itu
dari pada TUHAN
asalnya
:
sebab memang Simson harus mencari gara-gara terhadap orang Filistin.
Karena pada masa itu orang Filistin menguasai orang Israel.
(Hakim-hakim
14:1-4)
Kisah Simson dan Delila merupakan kisah Alkitab
yang cukup populer. Simson menikahi seorang gadis Filistin yang
menjajah Israel saat itu. Pernikahan ini yang akhirnya menyebabkan
Simson buta dan mati tertimpa bangunan yang dirobohkannya. Pada
Hakim-hakim 14 ayat 4, dikatakan bahwa keinginan Simson menikahi
perempuan Filistin ini berasal dari Tuhan.
Orang tua Simson berusaha membujuk Simson agar
tidak menikahi perempuan Filistin itu, karena memang ada ketetapan
Tuhan saat itu yang melarang pernikahan dengan perempuan diluar dari
orang Israel. Tapi Tuhan jelas dengan sengaja mengatur agar Simson
menikah dengan perempuan Filistin. Apakah Simson mendapatkan jodoh
yang salah? Pernikahan ini mengakibatkan Simson buta, dipenjara dan
akhirnya mati. Apakah jodoh ini dipilih oleh Simpson sendiri? Alkitab
dengan jelas mencatat bahwa Tuhanlah yang mengatur perjodohan ini.
Saya hanya mengambil dua contoh ini untuk
memperlihatkan bahwa jodoh memang ditangan Tuhan. Masih ada contoh
lainnya yang bisa anda temukan di Alkitab yang jelas menunjukkan
bahwa jodoh di tangan Tuhan.
Jika jodoh di tangan Tuhan, maka tanpa
melakukan apapun, setiap kita akan menemukan jodoh kita bukan? Jadi
untuk apa Tuhan menentukan kriteria, untuk apa kita susah payah
mencari jodoh? Tunggu saja, karena jodoh kita di tangan Tuhan.
Jika anda berpikir seperti ini, silakan saja
berdiam diri tanpa melakukan apapun dan berharap datang jodoh yang
baik padamu. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa kita harus bertindak.
Tuhan mau manusia aktif, bukannya pasif. Jika keselamatan sudah
ditentukan oleh Tuhan, untuk apalagi kita berusaha, bahkan kita tidak
perlu percaya Yesus, percaya Yesus akan menjadi sia-sia bukan? Karena
semua Tuhan yang tentukan. Jika kita dipilih selamat, maka kita pasti
selamat. Jika kita dipilih tidak selamat, maka usaha apapun yang kita
lakukan tetap tidak akan selamat bukan? Jika anda berpikir demikian,
silakan berdiam diri dan tidak perlu percaya Yesus, itu terserah
anda.
Sejak semula Tuhan sudah menetapkan bahwa
manusia harus bekerja. Sejak semula Tuhan sudah menetapkan bahwa
manusia harus aktif bukan pasif. Kita dibentuk serupa dengan gambar
Tuhan. Tuhan kita adalah Tuhan yang aktif, maka kitapun harus aktif.
Berdiam diri bukanlah solusi ketaatan kepada Tuhan, berdiam diri
bukan solusi kedaulatan Tuhan. Manusia yang dipilih Tuhan untuk
diselamatkan pasti akan mengerjakan keselamatannya itu, pasti akan
memiliki kerinduan akan Yesus, pasti akan mencari kebenaran. Manusia
yang dijodohkan oleh Tuhan untuk memiliki pasangan, pasti akan
mencari pasangan dan menginginkan teman hidup yang terbaik.
Hosea diperintahkan Tuhan untuk mengawini
seorang perempuan sundal, lalu apakah perempuan sundal itu datang
dengan sendirinya kepada Hosea? Alkitab mencatat bahwa Hosea kemudian
pergi dan mengawini Gomer binti Diblaim.
Maka pergilah ia dan mengawini Gomer binti
Diblaim, lalu mengandunglah perempuan itu dan melahirkan baginya
seorang anak laki-laki. (Hosea 1:3)
Ketika Tuhan menentukan siapa yang harus
dinikahi oleh Hosea, Hosea tidak lantas berdiam diri, tapi pergi
mencari. Mengapa Hosea memilih Gomer? Saya tidak tahu dan Alkitab
tidak mencatatnya. Tapi Tuhan telah memerintahkan Hosea untuk
mengawini seorang perempuan sundal, saya yakin Tuhan juga yang telah
menentukan Gomer adalah orang yang akan dipilih oleh Hosea.
Simson tidak mendapatkan perintah apa-apa untuk
menikahi seorang perempuan Filistin. Simson hanya menlihat seorang
perempuan di Timna dan jatuh hati padanya. Simson ingin menikahi
perempuan Filistin itu. Meskipun kedua orangtuanya berusaha menolak,
namun Simson tetap berkeras, dan kemudian kita mengetahui bahwa
Tuhanlah yang mengatur semuanya ini.
Bagaimana dengan mereka yang “sudah mencari”
namun masih belum mendapatkan pasangan? Ketika mencari pasangan, apa
yang anda cari? Apa kriteria yang anda tentukan sendiri? Ada banyak
yang mengaku selalu mencari namun tidak pernah menemukan, makanya
timbul istilah “perawan tua” dan “bujang lapuk”. Apakah
orang-orang seperti ini berarti tidak diberikan Tuhan jodoh? Ataukah
mereka sebenarnya sudah diberikan jodoh oleh Tuhan, tapi menolaknya
karena kriteria pribadi yang terlalu tinggi? Tuhan punya kedaulatan
menentukan jodoh, namun saya sendiri tidak memahami sepenuhnya
pengaturan Tuhan ini. Alkitab mencatat manusia memiliki jodohnya,
namun ada juga yang tidak mendapatkannya, Tuhan yang mengatur
semuanya sesuai dengan maksud baik-Nya.
Jodoh di tangan Tuhan, itu sebabnya Hosea dan
Simson di atur oleh Tuhan untuk mendapatkan jodoh yang sepertinya
tidak tepat. Bukankah itu mengecewakan? Jika anda menikah, dan
ternyata orang yang anda nikahi sepertinya tidak ada kecocokan dengan
anda, apakah Tuhan yang salah menjodohkan anda? Kalau demikian,
bukankah anda berhak untuk mempersalahkan Tuhan atas jodoh anda?
Pernahkah anda merasa salah mendapatkan jodoh?
Kalau anda belum pernah, maka saya pernah. Saya pernah merasa salah
mendapatkan jodoh, dan mengira saya salah mendapatkan jodoh. Itu
terjadi bertahun-tahun yang lalu. Karena keributan yang sering
terjadi dengan istri saya, saya-pun merasa salah mendapatkan jodoh,
namun tidak berniat meninggalkan istri saya. Saya hanya memohon
kepada Tuhan bagaimana harus memperlakukan istri saya. Dan akhirnya
Tuhan mengajarkan saya banyak hal bahwa istri saya adalah jodoh yang
tepat dari Tuhan. Sampai hari ini, saya berani mengatakan seburuk
apapun tingkah laku dan perbuatan istri saya terhadap saya, saya akan
selalu kembali padanya, dan bersyukur sampai hari ini istri saya
tetap mendampingi saya.
Istri saya percaya jodoh itu dari Tuhan. Saya
pernah katakan kepadanya,”Kalau kamu percaya jodoh dari Tuhan, lalu
merasa salah jodoh karena menikah dengan saya, maka SALAHKANLAH
TUHAN. Kalau kamu percaya jodoh adalah pilihanmu sendiri dan Tuhan
yang merestui, maka salahkanlah dirimu mengapa menerima saya.”
Jadi, ketika kita merasa salah memilih jodoh,
adalah BODOH kalau kita mempersalahkan suami/istri kita. Bagaimanapun
pasangan kita TIDAK MUNGKIN ada di posisi yang salah ketika kita
merasa mendapatkan jodoh yang SALAH. Letak kesalahannya tinggal dua
yaitu Tuhan atau diri sendiri.
Kalau kita tidak bahagia atas pernikahan kita,
Tuhankah yang salah, karena salah memberikan teman hidup kepada kita?
Jika Tuhan yang memberikan jodoh, salahkah Tuhan ketika pernikahan
kita tidak bahagia? Atau kalau anda percaya dengan perkataan kata
Mario Teguh, anda sendiri yang salah memilih jodoh.
Mempersalahkan Tuhan Karena Salah Jodoh?
Dan
firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
(Matius 19:5-6)
Sebab itu
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (Kejadian
2:24)
Kalau memang jodoh di tangan Tuhan,
maka ketika saya merasa mendapatkan jodoh yang salah, itu berarti
saya berhak mempersalahkan Tuhan.
Kutipan ayat-ayat di atas menyatakan
bahwa laki-laki yang menikah dengan perempuan akan menjadi satu
daging. Mereka bukan lagi dua melainkan satu. Mereka bukan hanya
diikat oleh pernikahan, namun dipersatukan oleh Tuhan. Pernikahan
yang dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia.
Setiap orang Kristen percaya bahwa
pernikahan orang Kristen di berkati dan dipersatukan oleh Tuhan.
Tuhan sendiri yang hadir dalam pernikahan Kristen. Pernikahan yang
dipersatukan oleh Tuhan berarti diikat oleh Tuhan. Tuhan mengikat
sebuah pernikahan, yang diikat adalah laki-laki dan perempuan, bukan
binatang atau benda mati. Laki-laki dan perempuan adalah manusia yang
memiliki akal budi. Dengan akal budinya, manusia seringkali ingin
bebas tanpa ikatan. Manusia yang ingin bebas tanpa ikatan, tanpa
sadar seringkali berusaha melepaskan ikatan itu. Ikatan itu bisa
mengendur bahkan terlepas, padahal Tuhan sudah mengatakan “apa yang
telah dipersatukan Tuhan TIDAK BOLEH diceraikan manusia.
Jika ikatan laki-laki dan perempuan
semakin mengendur bahkan terlepas, itu akan membuat laki-laki dan
perempuan mulai dan semakin menjauh satu sama lain bahkan menjauh
dari Tuhan dan inilah yang disebut dengan “bercerai”.
Siapa yang mempersatukan? Jawabannya
Tuhan
Siapa yang menceraikan? Jawabannya
Manusia
Jika Tuhan yang mempersatukan, lalu
anda sebagai manusia yang menceraikan, pantaskah anda mempersalahkan
Tuhan atas tercerainya anda dengan pasangan anda?
Anda jangan mengartikan bahwa yang
dimaksudkan dengan “bercerai” itu adalah benar-benar bercerai
dalam arti putus hubungan suami istri. Yang dimaksudkan dengan
bercerai adalah mulai terpisahnya anda dengan pasangan anda. Untuk
lebih mudahnya, anda tentunya tahu peribahasa “Bersatu kita teguh,
Bercerai kita runtuh”. Inilah yang saya maksudkan.
Siapa yang mengendurkan ikatan
suami-istri? Yang pasti bukan Tuhan, karena ayat di atas jelas
menunjukkan bahwa Tuhan mempersatukan. Yang menceraikan adalah
manusia, itu berarti suami atau istri yang menceraikan atau keduanya.
“Perceraian” seperti ini akan mulai
menimbulkan konflik, karena ikatan yang mengendur itu. Ketika konflik
semakin besar, lalu anda merasa salah mendapatkan jodoh. Jika jodoh
di tangan Tuhan, dan Tuhan yang mempersatukan, maka yang salah adalah
anda sendiri. Mengapa demikian? Karena seperti yang saya jelaskan
diatas, “tidak mungkin anda mempersalahkan pasangan anda jika anda
merasa mendapatkan jodoh yang salah”.
Lalu anda berkata,”Tetapi yang
mengendurkan ikatan Tuhan itu adalah pasangan saya, bukan saya”.
Sadarilah, jika anda merasa salah mendapat jodoh, maka itu pasti anda
ikut ambil bagian dalam usaha melepaskan ikatan Tuhan. Mengapa
demikian? Karena kalau anda sadar ikatan itu kendur, dan anda sadar
Tuhan yang mempersatukan, maka yang seharusnya anda lakukan adalah
menghampiri Tuhan memohon agar ikatan suami-istri itu diperkuat
kembali dan bukannya mempersalahan “salah mendapat jodoh”.
Ketika akan menikah dengan kekasih
pilihan anda, bukankah anda dan kekasih anda datang dengan sukarela
kepada Tuhan untuk diikat dan dipersatukan dalam pernikahan, lalu
mengapa ketika ikatan itu mengendur, anda tidak mau dengan sukarela
lagi datang kepada Tuhan, baik itu seorang diri atau bersama
suami/istri anda. Jikalau anda menghampiri Tuhan ketika ikatan itu
mengendur, meskipun pasangan anda semakin menjauh, anda akan temukan
kesadaran mengapa Tuhan menjodohkan anda dengan teman hidup anda
tersebut.
Ajaklah suami/istri anda untuk kembali
mendekat kepada Tuhan, namun jika ia tidak mau, anda tidak perlu
memaksanya. Jika suami/istri anda tidak mau datang kepada Tuhan,
mulailah dari diri anda dahulu, hampiri Tuhan dengan kerelaan anda
untuk diikat dan dipersatukan lagi oleh Tuhan. Jika pada saat akan
menikah anda bisa datang dengan sukarela, mengapa setelah menikah
anda tidak mau datang dengan sukarela. Datanglah dengan sukarela
kepada Tuhan untuk kembali berserah dan belajar pada-Nya. Pengajaran
Tuhan itu indah, dan semakin anda belajar dengan sungguh-sungguh,
anda akan semakin menyadari tentang diri anda.
Seringkali, yang terjadi adalah anda
merasa sudah datang kepada Tuhan, sudah berdoa berkali-kali, sudah
taat kepada Tuhan, bahkan ketaatan anda ditunjukkan dengan rajin
membaca Alkitab, rajin melayani, bahkan rajin memberitakan Injil. Itu
sebabnya anda merasa bukan anda yang salah, tapi suami/istri andalah
yang salah.
Belajar kepada Tuhan bukan dilihat
seberapa besar anda melayani Tuhan, bukan dilihat seberapa rajin anda
berdoa, bukan dilihat seberapa sering anda membaca Alkitab, dan bukan
dilihat seberapa besar pengorbanan yang anda lakukan untuk Tuhan.
Jika seperti ini ukuran anda, sampai kapanpun anda sebenarnya tidak
akan pernah belajar sama sekali dari Tuhan, tapi hanya merasa sudah
belajar. Dan ketahuilah, hal ini sangat BERBAHAYA sekali, karena ini
adalah awal mula kesesatan anda yang tidak disadari. Apabila ini
terjadi dalam hubungan pernikahan anda, maka pernikahan anda akan
semakin hancur, sementara anda terus merasa sudah sebegitu taatnya
kepada Tuhan. Pada satu waktu anda merasa Tuhan seperti tidak peduli
lagi pada pernikahan anda, tapi karena tidak berani mempersalahkan
Tuhan dan merasa diri sudah benar, maka yang akan terus anda
persalahkan adalah suami/istri anda. Menyedihkan sekali.
Belajar kepada Tuhan bukan masalah
ketaatan anda, bukan masalah apa yang anda lakukan untuk Tuhan.
Belajar kepada Tuhan adalah masalah kesungguhan dan kerinduan anda
untuk belajar pada-Nya. Tuhan lebih suka ketika Ia mengajar, anda
duduk diam dikakinya, memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang
diajarkannya. Itu sebabnya Tuhan lebih menyukai cara Maria yang duduk
diam di kaki Tuhan dan bukannya kesibukan pelayanan Martha untuk-Nya.
Kembali kepada Tuhan, anda sendiri atau
bersama suami/istri anda, itulah solusi untuk menyelesaikan masalah
dalam pernikahan anda. Sampai saat ini, saya belum menemukan cara
lain untuk menyelesaikan masalah pernikahan dan saya percaya inilah
satu-satunya cara menyelesaikan masalah “salah memilih jodoh”.
Bagaimana jika hanya anda sendiri dan
suami/istri anda tidak mau kembali mendekat kepada Tuhan, apalagi
memohon untuk dipersatukan kembali? Apakah kemudian PERCERAIAN akan
menjadi solusinya?
Comments
Pertama, Apakah saat diberkati di gereja? Bagaimana kalau pernikahannya bukan di gereja? Bagaimana kalau pasangannya tidak seiman atau dulunya menikah dalam kondisi tidak percaya Yesus (dalam agama lain)?
Kedua, Bagaimana dengan kasus seksual seperti perkosaan? Atau hubungan seksual di luar nikah? Apakah itu lantas menjadikan orang yang telah berhubungan seksual menjadi jodoh?
Ketiga, Bagaimana dengan pernikahan kembali (dalam kasus sesuai Firman seperti ketka pasangan sudah meninggal), jadi apakah bisa seseorang punya dua atau tiga jodoh waktu di dunia karena pasangan sebelumnya sudah meninggal?
Terima kasih buat jawabannya, maaf banyak pertanyaan yang masih membingungkan tentang topik ini, terima kasih sekali lagi
Post a Comment