Skip to main content

Amin Khouw Menggugat, Judy Husin Menjawab



Sumber gambar : https://biblicalproof.wordpress.com

Membaca judul yang saya berikan, mungkin anda mempertanyakan, siapakah Amin Khouw dan siapakah Judy Husin. Untuk itu, saya akan jelaskan terlebih dahulu.

Siapakah Amin Khouw? Jika saya menyebutkan nama ini, banyak yang tidak mengenalnya, ia bukan seorang pejabat negara, dan memang bukan orang terkenal, tapi hanya salah satu pelayan Tuhan di sebuah Gereja. Meskipun banyak yang tidak mengenalnya, namun di kalangan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), nama Amin Khouw saya rasa cukup di kenal.

Saya mengenalnya sudah lebih dari 10 tahun yang lalu, mungkin 14 atau 15 tahun yang lalu. Saat itu saya masih melayani di Gereja Reformed Injili Indonesia. Saya di babptiskan di Gereja tersebut oleh Pdt. DR. Stephen Tong. Sampai saat ini saya masih terdaftar sebagai anggota GRII pusat, meskipun saya sudah sekitar 10 tahun ini tidak pernah lagi bergereja disana. Saat ini saya beribadah di Gereja Injili Indonesia Hok Im Tong di Jakarta. Amin Khouw juga adalah seorang Diaken yang turut hadir dalam Pemberkatan Nikah saya dan istri.

Seusai di baptis di GRII, biasanya setiap orang diarahkan untuk melayani, dan disitulah untuk pertama kalinya saya melayani di Gereja. Pelayanan saya saat itu hanya sebagai kolektan yang tugasnya mengumpulkan uang persembahan. Nah, disinilah saya mengenal Amin Khouw yang sudah lebih dulu berada di GRII dan salah satunya membimbing dalam pelayanan ini. Mudah-mudahan saya tidak salah cerita, karena sudah lama sekali.

Amin Khouw bersekolah di Institut Reformed Jakarta. Saat itu beliau juga bekerja di kantor GRII pusat. Istri saya yang juga bekerja disana (saat itu kami belum menikah) sudah mengenal beliau lebih dahulu. Jadi Amin Khouw bukanlah sekedar orang biasa atau jemaat awam biasa, pengetahuan mengenai Alkitab dan kebenaran pasti cukup bagus. Amin Khouw saat ini melayani di GRII Palembang.

Siapakah Judy Husin? Kalau anda tidak mengenal Amin Khouw, apalagi Judy Husin. Judy Husin adalah nama saya. Saya hanya seorang biasa, jemaat awam yang tidak pernah sekolah teologi. Pengetahuannya tentang Alkitab juga tidak banyak, tapi pengetahuannya tentang kebenaran Alkitab siap untuk diadu, alias untuk dibongkar kesalahan saya karena masih banyaknya ketidakmengertian saya tentang Alkitab hehehe...

Saya bertumbuh di Gereja Reformed Injili Indonesia, yaitu di GRII Pusat. Saya suka mendengar pengajaran Pdt. DR Stephen Tong, bahkan mengaguminya. Beliaulah yang secara tidak langsung turut membentuk saya seperti saat ini. Satu pengajaran beliau yang tetap saya pegang sampai hari ini, yaitu “Kembali kepada Alkitab”. Alkitab adalah sumber kebenaran, didalamnya saya bisa mendapatkan kebenaran. Meskipun masih banyak kebenaran yang belum saya mengerti, dan saya sendiri-pun bukan seorang yang benar-benar rajin membaca Alkitab, namun ketika saya membaca Alkitab saya bisa menikmatinya dan sadar Alkitab bukanlah buku biasa, tapi buku yang penuh dengan keindahan. Itu sebabnya pegangan saya tentang kebenaran adalah Alkitab, bukan tata cara ibadah, pelayanan, termasuk doktrin.

Saya di didik di Gereja dengan doktrin Reformed Calvin. Saya mengagumi sosok Calvin yang mampu menguraikan Alkitab dengan sangat baik. Sebagai orang awan saya cukup memahami doktrin Calvin terutama TULIP  atau yang juga disebut dengan 5 poin Calvinisme. Tapi, pengajaran Pdt. DR. Stephen Tong yang selalu saya ingat menyadarkan saya Alkitab-lah yang paling utama, bukan doktrin.

Biasanya, saya tidak menanggapi atau membalas respon-respon negatif terhadap saya. Saya seorang penulis blog, terkadang bahkan cukup sering saya mendapat komentar-komentar yang tidak enak di dengar. Saya kadang disebut sesat, tidak beriman, tidak percaya mujizat, dll, namun saya selalu membiarkan karena jika mereka tidak menunjukkan kesalahan saya, dimata saya mereka hanya orang-orang bodoh. Tapi jika mereka menunjukkan kesalahan saya, maka itu adalah kesempatan saya untuk mendapatkan kebenaran yang sejati.

Mengapa saya harus merespon komentar seorang Amin Khouw yang tidak jelas? Itu karena saya mengenal Amin Khouw. Amin Khouw bukanlah orang bodoh. Ia seorang lulusan sekolah teologi dan lebih dari 15 tahun melayani untuk Gereja. Itu sebabnya saya percaya melalui penjelasannya saya bisa mendapatkan kebenaran sejati, tapi sayangnya juga, Amin Khouw justru salah respon dan hanya diam. Itu sebabnya saya menjawab gugatannya disini.

Apologetika adalah ilmu tentang pembelaan. Apologetika Kristen adalah ilmu tentang pembelaan Iman Kristen. Saya lebih suka menyebutnya “Pembelaan Iman terhadap apa yang saya Imani.” Amin Khouw pasti tahu tentang Apologetika Kristen. Ia pasti tahu bahwa Iman Kristen yang dimilikinya harus bisa dibela olehnya. Oleh sebab itu, saat ini saya sedang ber-Apologetika dengan Amin Khouw untuk membela apa yang saya Imani, dan Amin Khouw pasti tahu saya sedang membela Iman saya, dan berharap beliau-pun demikian.

Itu sekilas tentang Amin Khouw dan saya. Selanjutnya yang tidak mengetahui maksud dari judul yang saya berikan, tentunya akan bertanya-tanya, apa maksudnya Amin Khouw Menggugat, Judy Husin menjawab? Berikut kronologisnya :

Amin Khouw Mengugat :

Dimulai ketika istri saya mengungkapkan perasaannya di status facebooknya terhadap acara yang saya ikuti di Gereja GII Hok Im Tong yaitu Camp Pria Murid Sejati, tapi di respon secara salah oleh Amin Khouw dari Gereja GRII. Karena saya merasa terbawa dalam masalah ini, maka saya berharap Amin Khouw bisa menjelaskan dengan lebih rinci.

Berikut saya sampaikan beberapa urutan status dan komentar yang berhubungan dengan masalah ini.

Cecilya (status awal istri saya):
"Hari pertama setelah usai mengikuti Camp Pria Murid Sejati di Sentul, Bogor, malamnya, setelah anak-anak kami tidur, aku mendengarkan cerita suamiku mengenai pengalamannya selama disana. Tanpa sadar sampai tengah malam kami sharing, dan tanpa sadar aku terus melihat airmata yg terus turun mengalir dari matanya. Keterbukaannya membuat aku kaget dan terdiam. Tidak ada airmata di mataku. Tapi, setelah suamiku menceritakan lagi padaku banyak hal yang sebelumnya tidak pernah terpikir olehku, aku tertegun karena penuturun firman Tuhan yang suamiku katakan, akhirnya airmatakupun mengalir. Bukan karena kecewa, bukan karena sedih, bukan juga karena benci. Tapi karena aku melihat seorang laki-laki, bapak dari 2 anak gadis kecilku, suamiku yang selama ini selalu bersamaku, galak, pemarah, tapi sekarang sedang dihadapanku, dengan lemah, tidak berdaya, dengan berkata lembut, jauh dari tirani diri, membuka semua firman Tuhan yang dia dapat disana, yang membuka mata rohaninya, membuka hati dan pikirannya, yang menurut dia selama ini benar, ternyata sangat SALAH dihadapan TUHAN. bagiku, tidak ada kata lain... selain berkata padanya 'engkau suamiku yang dibrikan Tuhan padaku, aku mengasihimu, kasihku padamu tanpa syarat'.
Keterbukaan dalam mengakui kesalahan kita dengan pasangan kita dalam pernikahan, memang tidak enak didengar dan menyakitkan. Tapi jika mau dipulihkan Tuhan, harus dilakukan, agar tidak ada celah untuk setan merusak dan mengambil damai sejahtera dalam keluarga kita.
Terimakasih Tuhan Yesus, untuk Camp Pria Murid Sejati, yang Engkau ijinkan suamiku ikut serta. Disana Engkau menemui suamiku, menegurnya dengan lembut, menjamahnya dengan tangan-MU sendiri.
Terimakasih Roh Kudus yang memberi kami kasih, ketika kami saling terbuka, sebagai pasangan suami istri dalam Kristus, untuk bisa saling mengampuni, melupakan dan mengasihi...
Tuhan Yesus memberkatimu, suamiku"

Amin Khouw : Siapa penyelenggara camp pria murid sejati cil?

Cecilya : GII Hok Im Tong Bandung koh, kebetulan kali ini buatnya untuk GII Hok Im Tong utk Jabodetabek

Amin Khouw : Ada kemiripan dgn camp pria sejati?

Cecilya : Setahu saya sama koh, karena Camp ini hanya dikhususkan untuk suami2.

Amin Khouw : Gak nyangka gereja itu sdh kena ala edwin cole, seolah cara itu adalah satu-satunya cara "mempertobatkan" suami2 yg berdosa.

Awalnya Amin Khouw bertanya tentang penyelenggara camp pria murid sejati ini, dan istri sayapun menjelaskannya, tapi kalimat terakhir yang disampaikan, membuat istri saya terkejut. Amin Khouw berkata dengan kalimat sindiran, yang meskipun tidak ditujukan ke istri saya, namun jelas ditujukan ke GII Hok Im Tong sebagai penyelenggara acara. Amin Khouw juga menyebutkan nama edwin cole yang sama sekali tidak diketahui oleh istri saya. Istri saya menanyakannya kepada saya yang saat itu sedang beristirahat di rumah karena sakit. Saya hanya bisa menjawab sedikit, karena sayapun tidak tahu dengan jelas siapa itu edwin cole dan tidak berniat membaca komentar Amin Khouw karena sedang sakit.
Istri saya cukup heran dengan pernyataan ini, menurutnya ia hanya menuliskan sukacita-nya di facebook ketika menyambut saya kembali ke rumah setelah beberapa hari mengikuti camp pria murid sejati, tapi mengapa lewat statusnya, Amin Khouw seolah sedang menyerang GII Hok Im Tong, yang dari kalimatnya, GII Hok Im Tong seolah sudah menyimpang dari jalur.

Ini respon istri saya dan Amin Khouw selanjutnya :

Cecilya : Koh Amin yang baik. Mungkin saya bodoh dan tidak mengerti maksud koh Amin. Karena saya hanya ibu rumah tangga biasa yang sedang mensharingkan kehidupan kami sebagai pasangan suami istri. Koh Amin seorang pendeta dari sekolah teologia, sedang saya tidak dan bukan siapa-siapa. Jadi jika koh Amin mau menanyakan sesuatu yang menyangkut Camp tersebut, tolong koh Amin tanyakan langsung kepada penyelenggara Camp. Dan, maaf, tolong tidak meperdebatkan hal yang koh Amin maksud, di halaman Facebook saya ini. Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati

Amin Khouw : Cecil.... yg namanya facebook atau medsos lainnya adalah media terbuka. Yg namanya terbuka berarti sdh siap utk dipuji, di-like, bahkan di-kritik. Jika tdk siap dikritik, mk jgn di upload ke umum. Atau jika sdh di upload dan tdk mau dikritik, mk abaikan saja alias jgn dibalas. Nha, kalo sdh tahu bhw kamu hanya siap dipuji dan tdk siap dikritik, mk mulai skrg semua upload kamu akan sy abaikan. Ok.

Cecilya : Yak terimakasih bapak pendeta yang sangat baik. Tapi menurut saya, pengalaman rohani saya pada saat ini, sebagai seorang ibu rumah tangga biasa, hanya saya mau ungkapkan dari hati saya yang terdalam, dan saya tidak berharap orang me-like ungkapan isi hati saya. Tapi, bila ada ibu rumah tangga khususnya, atau para suami-suami, yang mendapatkan berkat dari pengalaman saya, Puji Raja Yesus di sorga, itu karena seijin-Nya mereka membaca dan mendapat berkat dari pengalaman saya dan suami. Sebelumnya terimakasih untuk mengabaikan upload saya. Sekiranya Tuhan memberkati pelayanan bapak pendeta agar lebih bijaksana dalam memimpin domba-domba Kristus. Karena telinga domba pasti mendengar dengan lembut suara Gembalanya.

Percakapan mereka terhenti sampai di situ. Sadar atau tidak, anda memperhatikan atau tidak, dari pernyataan dan jawaban Amin Khouw, saya melihat seorang yang angkuh dan sombong. Kalau anda membaca perkataan Amin Khouw, dia sama sekali tidak sadar sudah melakukan kesalahan. Ia tidak berani untuk meminta maaf karena sudah salah tempat melakukan kritik.

Istri saya menceritakan hal ini kepada saya, saya hanya mengatakan, biarkan saja, karena kadang begitulah, ada orang-orang yang merespon dengan salah, itulah internet, itulah media sosial. Istri saya hanya kesal karena Amin Khouw salah tempat, bahkan dengan sombong justru balik menyindir istri saya yang tidak siap di kritik, padahal bukan itu maksudnya. Sulitkah seorang Amin Khouw mengakui sudah salah tempat mengkritik Gereja? Silakan mengkritik, tapi bukan di status istri saya yang saat itu tidak berbicara tentang Gereja apalagi ajaran dan Doktrin. Ini maksud istri saya.

Keesokan harinya, setelah saya sehat, saya coba melihat status istri saya dan komentar Amin Khouw yang dimaksudkan istri saya.

Membaca komentar Amin Khouw yang berbunyi “Gak nyangka gereja itu sdh kena ala edwin cole, seolah cara itu adalah satu-satunya cara "mempertobatkan" suami2 yg berdosa, membuat saya merasa dilibatkan dengan masalah ini. Amin Khouw menyerang Gereja yang mengadakan acara yang saya ikuti seolah acara itu salah. Saya yang mengikuti acara tersebut turut merasa dipersalahkan, namun tidak dijelaskan dimana kesalahan itu. Oleh karena itu saya ingin Amin Khouw menjelaskan dengan lebih rinci lagi, agar saya bisa mengerti kesalahan dari acara yang saya ikuti, sekaligus mencoba menyelesaikan masalah. Berikut komentar saya :

Judy Husin :
Koh Amin, ijinkan saya yang merespon pernyataan Koh Amin. Apa yang ko Amin sampaikan adalah sebuah pernyataan yang meyimpang dari maksud yang dituliskan
Cecil. Cecil sama sekali tidak menyebutkan tentang teologi dari Edwin Cole, bahkan dia tidak tahu sama sekali tentang Edwin Cole, dan sempat menanyakannya kepada saya. Saya-pun hanya bisa menjelaskan sedikit, karena saya sendiri tidak tahu siapa itu edwin cole. Ko Amin mempertanyakan tentang GII Hk Im Tong sudah terkena pengaruh Edwin Cole, yang seolah hanya percaya cara edwin cole-lah yang bisa menghapuskan dosa pria. Sepanjang saya mengikuti camp, tidak pernah disebutkan mengenai hal ini, dan GII Hok Im Tong-pun tidak pernah mengajarkan bahwa itu adalah satu-satunya cara mempertobatkan suami dari dosa. Meskipun ko Amin menyebutkan "Gereja", namun karena saya mengikuti camp tersebut, saya merasa harus memberikan jawaban atas pernyataan ko Amin.
Jadi saya berharap ko Amin bisa menjelaskan dengan lebih rinci apa maksud dari pernyataan ko Amin. Yang saya lihat ko Amin hanya memberikan pernyataan tanpa bukti yang jelas. Apakah jika menggunakan cara
Edwin Cole untuk mengajak suami bertobat, itu merupakan kesalahan? Kalau memang kesalahan mohon dijelaskan dimana kesalahannya. Jika ko Amin tidak menjelaskannya, saya akan menganggap ko Amin sebagai seorang pendeta sudah melakukan fitnah.

Judy Husin : Ko Amin mengatakan mengenai siap atau tidak siap seseorang di kritik di media sosial. Mohon maaf ko Amin, Cecil bukan siap atau tidak siap untuk di kritik, tapi ko Amin sudah salah tempat melakukan kritik. Cecil hanya mengungkapkan perasaannya sebagai seorang istri, tanpa membahas doktrin, sementara ko Amin menyerang seolah-olah Cecil/saya sudah salah mengikuti doktrin karena kami bergereja di GII Hok Im Tong yang mengadakan acara camp pria ini, yang menurut ko Amin salah doktrin, meskipun tidak disebutkan secara langsung. Coba kalau ko Amin langsung menanyakan ke saya sebagai orang yang mengikuti acara tersebut, saya akan dengan senang hati menjelaskan.

Saya sudah mencoba meminta jawaban melalui facebook  Amin Khouw sendiri, tapi dengan alasan istri saya tidak mau berdebat di status facebooknya maka dia tidak mau menanggapi lagi. Itu sebabnya saya pindahkan statusnya ke facebook saya, karena saya masih bersedia berdebat, meskipun tidak bermaksud berdebat. Saya tidak bermaksud membela istri saya ataupun Gereja GII Hok Im Tong, tempat saya bernaung saat ini, tapi saya ingin melakukan pembelaan terhadap diri saya sendiri. Saya merasa sudah dituduh menyimpang oleh Pdt. Amin Khouw,  karena ia menyebutkan acara yang diadakan oleh Gereja yang saya ikuti seolah sudah menyimpang. Jadi melalui status saya ini saya berharap Pdt. Amin Khouw berani memberikan penjelasan kepada saya dengan memberikan komentar di facebook saya. Sayangnya ternyata sampai saya menuliskan di blog saya ini, Amin Khouw sama sekali tidak memberikan jawaban.

Saya sudah mencoba dengan baik-baik meminta responnya agar masalah ini selesai dengan baik dan jika memang saya sudah mengikuti yang salah, saya akan mengakuinya. Tapi ini jawaban yang saya dapatkan melalui facebook Amin Khouw :

Amin Khouw : Manusia yg sdh jatuh ke dlm dosa hanya siap utk dipuji-puji & terlalu rapuh utk menerima kritikan. Padahal pujian yg palsu jauh lebih banyak dibandingkan kritikan yg jujur. Kritikan yg jujur sangat diperlukan utk membangun daripada pujian yg palsu yg hanya meninabobokan sementara.

Judy Husin : Kritikan yang tanpa bukti hanya menimbulkan fitnah, pujian yang palsu hanya menghadirkan seorang penjilat. Kritikan yang jujur harus bisa mengajarkan kebenaran, tanpa itu semua hanya kritik omong kosong.

Amin Khouw : kadang kritikan jujur mmg tdk perlu dibuktikan. Masalahnya terima atau tdk terima.

Judy Husin : Ko Amin, kritikan jujur pasti bisa dibuktikan, yang palsu yang seringkali tidak bisa. Masalah orang terima atau tidak, itu beda urusannya. Saya juga masih menunggu jawaban di statusnya Cecil.

Judy Husin : Ko Amin berani menuliskannya di facebook dengan dibaca banyak orang, maka sayapun ingin menyelesaikannya di facebook biar dibaca banyak orang. Bukan untuk saling menjatuhkan, tapi untuk mendapatkan kebenaran.

Amin Khouw : bp Judy: berhubung ini adalah wall sy, mk sy hny mau menanggapi stts yg sy buat. Berhubung istri bp di wallnya sdh tulis utk jgn debat diwallnya, mk sesuai dgn permintaannya sdh sy stop. Dan benar2 sdh sy stop, walau bp Judy minta ditanggapi. Kalau bp mau sebut sy pendeta pemfitnah (krn statemen yg tdk jelas itu), tdk apa2, silakan org lain yg nilai. Nha, ssdh ini, berhubung ini adalah wall sy, mk sy punya hak utk tdk tanggapi bp lagi. @teman2 yg lain: japri atau tdk japri tdk apa2, yg penting kedewasaan kita bersama dlm respon masing2.

Judy Husin : Maaf ko Amin, ini tidak ada hubungannya dengan istri saya. Masalahnyanya adalah di mulai di status istri saya. Kalau dia tidak mau berdebat, itu urusan dia, tapi saya merasa ikut terlibat karena ko Amin menyebutkan gereja yang saya ikuti acaranya seolah sudah menyimpang. Karena saya ikut dalam acara itu, saya merasa ko Amin sudah menyatakan saya menyimpang. Itu sebabnya saya ingin menyatakan pembelaan untuk diri saya, bukan untuk istri maupun gereja. Karena di mulai di status istri saya, saya hanya ingin meneruskannya, agar berurut kejadiannya, bukan untuk membela istri saya. Kalau ko Amin tidak bersedia menanggapi di status istri saya, apakah ko Amin akan bersedia kalau saya pindahkan statusnya ke facebook saya?

Itulah pembicaraan terakhir saya dengan Amin Khouw. Dia tidak mau menjawab di status istri saya karena istri saya tidak mau berdebat, maka saya berinisiatif memindahkannya ke status facebook saya, dan itu sudah saya lakukan. Namun Amin Khouw sudah diam seribu bahasa. Oleh karena itu, saya tidak mendapatkan jawaban apapun dari Amin Khouw, maka saya memutuskan untuk menjawab sesuai dengan yang saya rangkum dari pembicaraan melalui facebook.


Judy Husin Menjawab :

Kebakaran Jenggot, itulah yang terjadi pada seorang Amin Khouw.

Pertama, Amin Khouw saat ini pasti sadar bahkan sejak awal sadar sudah melakukan kesalahan yaitu salah tempat untuk melakukan kritik. Dia sadar, namun kesombongan dalam dirinya, dan rasa malu dan gengsi, karena ia seorang pelayan Tuhan di GRII Palembang, membuatnya TIDAK MAU MEMINTA MAAF. Amin Khouw tidak mau dengan rendah hati meminta maaf kepada istri saya. Saya melihat itu karena gengsinya, karena di facebooknya banyak anggota jemaat yang saat ini ia layani. Mungkin ia merasa rendah kalau ia meminta maaf kepada seorang wanita. Saya kutip kembali kalimat Amin Khouw yang disangkalnya sendiri :

Manusia yg sdh jatuh ke dlm dosa hanya siap utk dipuji-puji & terlalu rapuh utk menerima kritikan. Padahal pujian yg palsu jauh lebih banyak dibandingkan kritikan yg jujur. Kritikan yg jujur sangat diperlukan utk membangun daripada pujian yg palsu yg hanya meninabobokan sementara.”

Amin Khouw tidak sadar, saya sudah mengkritik dia dengan kritikan yang jujur, tanpa maksud menjatuhkan, apalagi membencinya. Amin Khouw sepertinya lebih menyukai pujian yang palsu yang hanya meninabobokan sementara. Itu sementara, seolah menunjukkan dirinya rendah hati, Amin Khouw-pun mengatakan kalimat ini : “Kalau bp mau sebut sy pendeta pemfitnah (krn statemen yg tdk jelas itu), tdk apa2, silakan org lain yg nilai.”

Tahukah anda, usia saya lebih muda dari Amin Khouw dan tidak pernah sekalipun ia memanggil saya bapak (bp). Amin Khouw menggunakan kata Bapak, menunjukkan Amin Khouw sedang EMOSI dan KESAL, namun cukup jelas saya melihat bahwa keangkuhannya membuat ia menjadi seorang munafik, harus berpura-pura menggunakan kalimat manis “Silakan sebut saya pendeta pemfitnah, biar orang lain yang nilai”. Melalui kalimat ini, Amin Khouw seolah sedang menunjukkan ia orang yang rendah hati, tapi kenyataannya adalah kebalikannya. Kalau anda tidak percaya, coba tanyakan dengan seorang psikolog atau orang yang mengerti tentang gaya tulisan.

Sedikit catatan : dari pembicaraan di facebook, saya kadang menyebut Amin Khouw dengan Ko Amin atau Pdt. Amin Khouw. Ko Amin adalah panggilan saya kepada beliau ketika dulu masih di GRII (karena beliau lebih tua dari saya). Pdt. Amin Khouw, karena setahu saya beliau sudah ditahbiskan menjadi pendeta, tapi baru kemarin beliau menyangkalnya dan mengatakan beliau bukan pendeta. Oleh karena itu untuk memudahkan penulisan, saya menggunakan nama beliau saja tanpa maksud merendahkannya.


Kedua, Amin Khouw dengan sadar sudah melakukan kesalahan kritik terhadap Gereja GII Hok Im Tong yang secara tidak langsung melibatkan saya. Ia melakukan kritik tanpa pikir panjang. Ia tidak mengira akan ada orang seperti saya yang meminta penjelasan. Itu sebabnya Amin Khouw melakukan kritik tanpa persiapan, sehingga ketika saya meminta penjelasan, beliau menjadi bingung, karena tuduhannya memang tanpa alasan. Tapi sekali lagi, bukannya dengan rendah hati sudah melakukan kesalahan, namun Amin Khouw harus tetap menunjukkan wibawa-nya diantara para pengikutnya, sehingga dengan berpura-pura mengadakan istri saya tidak mau berdebat lagi, maka ia tidak mau memberi jawaban.

Sayangnya sekali lagi Amin khouw terjebak dengan perkataannya sendiri. Istri saya tidak mau berdebat, itu sebabnya dia tidak mau menjawab. Maka saya-pun memindahkan status istri saya ke facebook saya, karena saya masih mau berdebat dan bersedia berdebat demi mendapatkan kebenaran, meskipun Amin Khouw adalah seorang lulusan sekolah Teologia dan saya hanya orang awam. Disinilah makin terbongkar kesalahannya Amin Khouw, strategi terakhir yang dilakukannya adalah diam seribu bahasa, berharap para pengikutnya tetap mengaguminya sebagai seorang yang rendah hati, tidak membalas “kejahatan” saya dengan kejahatan-nya.


Salahkah Mengikuti Cara Edwin Cole?

Siapakah Edwin Cole? Kalau anda bertanya kepada saya, saya tidak tahu selain hanya bisa mengatakan beliau seorang hamba Tuhan yang menulis buku tentang Pria. Bukunya saya miliki saat ini. Mengapa Amin Khouw mengatakan seolah-olah cara Edwin Cole salah? Saya tidak tahu. Mungkin Amin Khouw pernah mengikuti Camp Pria Sejati (bukan Camp Pria Murid Sejati), karena Amin Khouw menanyakan persamaannya dengan Camp Pria Murid Sejati. Mungkin di Camp tersebut, Amin Khouw melihat cara Edwin Cole dalam mempertobatkan Pria adalah salah. Mungkin Amin Khouw memiliki buku yang sama dengan yang saya miliki saat ini, sudah membacanya dan menemukan salah atau sesat cara Edwin Cole mempertobatkan Pria. Mohon maaf, saya belum selesai membaca buku tersebut.

Amin Khouw di bentuk di Gereja GRII yang mengajarkan doktrin Reformed Calvinis. Gereja GII Hok Im Tong juga beraliran Calvinis. Karena Edwin Cole bukan berasal dari seorang beraliran Calvinis, maka adalah salah dan sesat mengikuti cara Edwin Cole mempertobatkan Pria, mungkin itu yang ada dipikiran Amin Khouw.

Sepanjang doktrin-doktrin kekristenan yang saya ketahui, saya harus mengakui doktrin Calvinis adalah yang terbaik menurut saya. Ini bukan karena saya juga dididik di aliran tersebut, tapi karena konsisten-nya aliran tersebut dibandingkan aliran lain yang saya ketahui. Mungkin ada doktrin di luar sana yang belum saya tahu yang juga konsisten dan mengagumkan, namun saat ini anggap saja saya mengagumi doktrin Calvin.

Ada beberapa sekolah teologi beraliran Calvin yang saya ketahui. Dari aliran-aliran tersebut, lulus-lulusan tersombong adalah lulusan dari sekolah teologi yang berhubungan dengan GRII. Tidak semuanya, namun ada dan lebih banyak itu berasal dari GRII. Ini berdasarkan apa yang saya ketahui, jadi ini penilaian saya pribadi.

Harus saya akui, pendeta dan penginjil yang berasal dari GRII memiliki pengetahuan dan pemahaman Alkitab yang sangat baik. Namun ini jugalah yang seringkali menjatuhkan mereka. GRII umumnya sulit untuk menerima aliran lain. Jika dibandingkan dengan GII Hok Im Tong, maka GII Hok Im Tong lebih terbuka dan bisa menerima orang-orang yang berbeda aliran. Itu sebabnya tidak mengherankan seorang Amin Khouw langsung bisa melakukan tuduhan hanya karena perbedaan doktrin ini, dan merasa tidak perlu menjelaskan alasannya.

Saya berasal dari Gereja GRII. Saya mengagumi Pdt. DR. Stephen Tong, saya mengagumi doktrin Calvinis. Tapi, “Kembali kepada Alkitab” itu yang membuat saya hanya bisa mengagumi dan tidak menyembah GRII, Pdt. DR. Stephen Tong, dan doktrin Calvinis. Kebenaran tertinggi adalah Alkitab.

Ketika saya mengikuti Camp Pria Murid Sejati, yang saya ikuti di sana adalah pengajaran Alkitab, bukan ajaran siapa atau doktrin siapa. Kalau anda mau tahu, saya cukup keras mengenai apa yang saya percayai dari Alkitab, saya tidak mudah percaya pada pengajaran seseorang, bahkan berani menyebutkan ajaran seseorang itu sesat, jika menurut saya bertentangan dengan Alkitab. Anda bisa menanyakan pada istri saya mengenai hal ini. Itu sebabnya, saya bukanlah seorang yang mudah percaya dengan begitu saja ketika seseorang mengajarkan doktrin atau menggunakan banyak ayat Alkitab sekalipun. Saya mengagumi dan mengandalkan Alkitab, namun Alkitab bukan sesuatu yang bisa dipermainkan. Itu sebabnya saya tidak mudah dipengaruhi oleh sebuah ajaran termasuk di Camp Pria Murid Sejati yang saya ikuti. Jika saya sadar itu bertentangan dengan Alkitab, mohon maaf, saya akan menolaknya. Tapi jika hanya bertentangan dengan doktrin Calvinis, mohon maaf, doktrin Calvinis-lah yang salah.

Amin Khouw mengatakan seolah-olah Edwin Cole mengajarkan hanya cara dia-lah, satu-satunya cara mempertobatkan Pria/Suami. Mohon maaf, saya tidak pernah mendengar hal ini di Camp yang saya ikuti, saya juga tidak pernah mendengar GII Hok Im Tong mempercayai hanya ajaran Edwin Cole sebagai satu-satunya cara mempertobatkan Pria/Suami. Jadi dalam hal ini sekali lagi Amin Khouw sudah melakukan kesalahan besar.

Menurut saya, tidak ada salahnya jika sebuah Gereja mengadopsi cara-cara yang digunakan oleh Gereja-Gereja dengan doktrin yang berbeda, selama cara itu tidak menyimpang dari Alkitab. Jika hanya menyimpang dari doktrin, biarkan saja. Doktrin tidak akan membuatmu masuk surga, bahkan Alkitab-pun tidak. Keselamatan hanyalah anugerah Tuhan. Melakukan sesuatu untuk kemuliaan Tuhan bukan dilihat dari doktrin, tapi dari kebenaran Alkitab. Singkirkan DOKTRIN yang kamu miliki dan kembalilah kepada ALKITAB. Disitulah kamu akan melihat betapa indahnya isi Alkitab itu, meskipun diberitakan oleh doktrin-doktrin yang berbeda. Yang menyatukan Gereja adalah Alkitab, Doktrin hanya memisahkan Gereja. Yang memegang teguh Doktrin, suatu saat bisa Sesat, yang memegang teguh Alkitab akan terus Bertumbuh.

Mengapa Alkitab bisa menyatukan Gereja? Karena Alkitab dimiliki oleh semua Gereja. Anda tidak bisa menyombongkan Alkitab anda adalah yang terbaik daripada Alkitab di Gereja lainnya, dan Alkitab berisi Kebenaran. Doktrin antara Gereja yang satu dengan Gereja yang lain banyak yang berbeda, itu sebabnya banyak Gereja menyombongkan Doktrin-nya, seolah Doktrin merekalah yang paling benar, itu sebabnya Gereja akan terpecah.


Sola Scriptura adalah salah satu paham yang sangat di pegang kuat oleh Gereja-Gereja Reformasi termasuk GRII. Sola Scriptura berarti “Hanya Alkitab”, Alkitab merupakan otoritas tertinggi di dalam Gereja. Kalau anda bertanya kepada para pengikut GRII, umumnya mereka mengetahui dan mengakui hal ini. Tapi apakah GRII benar-benar berpegang pada Sola Scriptura? Jawabannya “TIDAK”. Hampir seluruh pengikut di GRII tidak berpegang pada Alkitab sebagai otoritas tertinggi, GRII berpegang pada DOKTRIN sebagai otoritas tertinggi. Dengan mulutnya mereka mengaku “Sola Scriptura”, tapi hati dan hidupnya berpegang pada Doktrin Calvin. Itu sebabnya mereka menyombongkan diri sebagai pemegang Doktrin yang paling benar, dan seringkali meremehkan Doktrin-Doktrin lainnya. Pemahaman Doktrin Calvin saya mungkin berada di bawah Amin Khouw, tapi pemahaman Alkitab saya pasti lebih tinggi dari Amin Khouw. Jika anda berpegang teguh kepada Alkitab, jangan pernah takut menghadapi yang namanya Doktrin.

Beranikah Amin Khouw mengakui kesalahannya?
Sebagai seorang yang melayani di sebuah Gereja yang cukup di kenal, saya berharap Amin Khouw mau merendahkan dirinya, menyadari dan mengakui kesalahannya dengan jujur. Singkirkan egonya yang terlalu tinggi itu, agar ia pun bisa belajar, bahwa kebenaran bukan berasal dari doktrin Calvinis atau doktrin apapun, tapi kebenaran berasal dari Alkitab.
Tanpa maksud menjatuhkan seorang Amin Khouw,  marilah kita sama-sama dengan rendah hati, mengakui kesalahan yang kita lakukan dan dengan jujur memohon ampunan Tuhan.

Kiranya Tuhan Yesus Memberkati kita semua. Amin.

Comments

Tirta Wong said…
Memang sombong para Tongians (Pengikut Pdt. Stephen Tong) dan Pdt stephen Tong sendiri. Sudah sy alami sendiri. Tongians dgn Tongism (ajaran Pdt Stephen Tong)nya menganggap GRII paling benar, Gereja lain kurang/tidak benar. Maaf, saya katakan ini lebih benar daripada benar.
Unknown said…
Intinya hanya salah komunikasi, komunikasi melalui media tulis sering kali membawa kesalah pahaman disebabkan kekurangan utama dia yaitu ekspresi seseorang ketika menyampaikan kalimat baik dari intonasi, gaya bahasa maupun mimik wajah. dan respon balik dalam percakapan. Sebaiknya kalian sebagai anak Tuhan berkomunikasilah langsung minimal berteleponlah agar masalah ini terselesaikan. GBU
Judy Husin said…
@Soerya Oey

Intinya, anda tidak membaca dengan baik-baik tulisan saya. Apakah tulisan saya salah komunikasi? Sama sekali tidak. Apakah saya emosi saat menuliskan ini? Sama sekali tidak. Apakah saya membenci dan marah pada Amin Khouw karena komentarnya dia di FB? Sama sekali tidak.

Saya hanya meminta penjelasan tuduhannya Amin Khouw karena tuduhannya memang tidak jelas. Amin Khouw tidak mau menjawab dengan alasan istri saya (dimana dia memberi komentar pertama kali) tidak mau berdebat. Saya sudah katakan saya mau saja berdebat, meskipun istri saya tidak mau, tapi tidak ada respon dari Amin Khouw.

Mengapa seperti itu? Itu karena dia hanya menuduh tanpa dasar, dan bingung untuk menjawab ketika ada orang yang kritis mempertanyakannya. Banyak "hamba Tuhan" merasa dirinya paling benar, itu sebabnya tidak perlu memberi jawaban atau penjelasan atas pernyataannya sendiri. Ketika ada yang kritis, mereka tidak bisa menjawab dan mencari bermacam alasan untuk lari dari permasalahan. Itulah yang terjadi, jadi ini bukan salah komunikasi, tapi tidak mau diajak komunikasi.

Permasalahan berawal di Facebook, saya berharapa diselesaikan juga di Facebook, bukan telepon-teleponan atau bicara 4 mata. Di Facebook banyak yang membaca, termasuk orang-orang yang membenci kekristenan, itu sebabnya harus diberikan penjelasan saat itu agar kekristenan tidak di hina. Nyatanya Amin Khouw tidak mau memberi penjelasan.

Mengapa saya menuliskannya di blog? Karena penjelasan saya cukup panjang, dan tulisan saya ini juga saya sharingkan di Facebook, termasuk ke Facebook Amin Khouw sendiri.
Anonymous said…
Kadang seorang hamba Tuhan bisa melakukan kekeliruan. Salam kasih Kristus.

warm regards
fajaryehuda
Anonymous said…
Saya dan keluarga saya berasal dari Bandung. Keluarga saya bergereja di GII Hok Im Tong dari zaman dahulu, dari gereja Hok Im Tong masih menjadi anggota Sinode GKI Klasis Priangan (GKI Jemaat Hok Im Tong Bandung) sampai sekarang yang sudah menjadi gereja sendiri (GII Hok Im Tong). Dari dulu yang masih full pakai Bahasa dialek Hokkian di kebaktian hingga sekarang yang sudah ada 3 bahasa (Mandarin, Dialek Hokkian, Bahasa Indonesia tentunya).
Btw, tau kan koko dari Pdt. Stephen Tong adalah Pdt. Caleb Tong. Pdt. Caleb Tong adalah pendeta di GII Hok Im Tong dari dulu banget sampai sekarang.
Saya pikir segala sesuatu harus disikapi dengan dewasa dan yang pastinya harus rendah hati. Doktrin atau dogma dari bapak gereja bisa jadi ada kekeliruan. Akan tetapi kebenaran sejati adalah Tuhan Yesus dan firman-Nya.
Bener kan?
Gbu :)
Judy Husin said…
@Anonymous
Saya tau hubungan Pdt Stephen Tong dengan Pdt Caleb Tong, saya juga tau kedua Gereja ini percaya dengan doktrin yang sama. Yang saya masalahkan adalah para pengikut Pdt. Stephen Tong yang seringkali merasa diri paling benar lalu dengan seenak jidatnya menuduh orang lain sesat tanpa bukti dan alasan yang jelas. Saya juga kenal dengan Amin Khouw sudah sejak lama, jadi saya menuliskan ini bukan untuk menentang beliau tapi hanya menunjukkan kesalahannya bahwa menuduh sembarang tanpa bukti dan alasan yang jelas adalah suatu fitnah dan berharap beliau menyadari serta mau mengakuinya.
Bersikap dewasa dan rendah hati? siapa yang tidak melakukannya menurut anda, saya atau Amin Khouw? Kalau anda baca baik-baik dari awal, saya meminta penjelasan dari Amin Khouw dengan baik-baik, tapi beliau yang tidak mau merespon dengan baik(saya yakin karena sadar dengan kesalahannya, tapi keangkuhan menutupinya).
Anda tau, tulisan saya ini sudah dibaca oleh cukup banyak orang-orang GRII dan GII Hok Im Tong, baik itu pendeta, majelis, hingga jemaat. Saya juga tau masalah ini pasti sampai ke telinga Pdt. Stephen Tong. Kalau ada yang mau menentang atau memberikan jawaban atas tulisan saya, saya persilakan untuk memberikan komentar disini .
Anonymous said…
@Judy Husin
Saya mengerti koq Pak :)
Saya sudah baca dari awal sampai akhir. Memang benar terkadang ada orang yang merasa tau segala hal, paling benar, dan celakanya menghakimi orangb tanpa memahami mendalam tapi merasa sudah tau. Ibarat ahli taurat zaman modern (maaf kalau saya salah kalimat hehehe).
Tetap semangat yah pak..
Saya adalah eks karismatik yg bertobat dr cara hidup saya yg lama berkat khotbah pak Tong..

Saya beribadah dan tercatat anggota di slh satu cabang grii.

Di grii sy byk menemukan orang2 yg sangat Godly, betul2 cinta Tuhan, mengabdi pada Tuhan..ada banyak jemaat yg jadi teladan dan hamba Tuhan yg jd teladan buat saya.. mreka tdk hanya memahami firman tp jg menghidupi firman itu dlm hidup mereka.. dan saya sangat bersyukur utk itu..

Tapi,, yg namanya gereja selama isinya manusia pak, ada juga kok jenis org yg tau banyak sekali doktrin dan pengertian tp pada praktek di kehidupn sehari2 masih jauh.. beberapa hamba Tuhan di GRIi bahkan pak Tong nya sekalipun sering kasih warning ke semua HT dan jemaat bahwa teologi yg diajarkan dapat mempertobatkan atau membuat org jatuh dalam dosa kesombongan.. selama isi gereja adalah manusia yg rapuh dan mdh jatuh dlm dosa, jadi agak wajr lh ya kl peristiwa demikian terjadi pak..

Yg penting bpk mengampuni dan mendoakan beliau dan pelayanannya..

Karena karya Tuhan atas gereja yg setia pada firman terus berlanjut sampai yesus dtg kedua kali..

Semoga bapak mengampuni beliau, dan tidak kehilangan sukacita dlm Kristus dan relasi baik dgn saudara seiman.

Gbu pak..
Saya tidak tau dan tidak berani men judge camp di gereja bapak bertentangan atau tidak krn sy tdk pernah ikut di dalamnya.. tp yg saya tau greja bapak slh satu yg reformed bgt slain grii sih. Krn sy jg beberapakali ibdh di cbg semanggi kalo pas pagi tdk bsa ibdh d grii :p

Tapi kalo ngomongin edwin cole setelah saya googling ternyata memang teologinya agak nyeleneh..
Boleh dibaca ini..

https://www.grii-ngagel.org/index.php?option=com_content&view=article&id=295:pria-sejati-sejatikah&catid=5:renungan&Itemid=14
Saya tidak tau dan tidak berani men judge camp di gereja bapak bertentangan atau tidak krn sy tdk pernah ikut di dalamnya.. tp yg saya tau greja bapak slh satu yg reformed bgt slain grii sih. Krn sy jg beberapakali ibdh di cbg semanggi kalo pas pagi tdk bsa ibdh d grii :p

Tapi kalo ngomongin edwin cole setelah saya googling ternyata memang teologinya agak nyeleneh..
Boleh dibaca ini..

https://www.grii-ngagel.org/index.php?option=com_content&view=article&id=295:pria-sejati-sejatikah&catid=5:renungan&Itemid=14
VIA DOLOROSA said…
Syalom. Walaupun artikel ini sudah sangat lama sekali ditulis tapi karena saya barusan sempat membacanya dan sangat prihatin dengan adanya perbedaan pemahaman oleh pikiran yang timbul dari hati masing-masing, maka saya tergerak untuk mengirim komentar yang timbul dari hati saya, yang menguduskan kita sesama orang beriman kepada Tuhan Yesus Juruselamat kita.

Bukankah orang tidak kudus harus kita kuduskan dengan iman kita dalam kebenaran? Mengapa kita sesama orang yang beriman tidak saling menguduskan gara-gara berbeda pemahaman tersebut di atas? Kita malah terjebak dalam situasi saling menajiskan bila yang timbul dari hati kita, tidak menguduskan kita.

Memang apa saja yang timbul dari dalam hati dapat menajiskan orang, bila yang timbul bukan segala pikiran baik. Tetapi bila yang timbul dari hati adalah pikiran baik, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri, justru menguduskan orang.

Silahkan kita menilai dari semua yang ditulis di atas mana saja yang menajiskan orang dan mana saja yang menguduskan orang. Bila kita sudah tahu yang menulis itu tidak kudus karena yang timbul dari hatinya menajiskan dirinya, maka kita yang kudus wajib memaklumi dan menguduskannya dengan iman kita dalam Firman Allah dan doa dengan ucapan syukur, bukannya menjelek-jelekkan dia di forum terbuka.

Saya sangat bersyukur sekali setelah Roh Kudus singkapkan tentang Pekerjaan Bapa yang dilakukan di dalam Tuhan Yesus, sehingga Yesus saja walaupun sebagai Tuhan, tapi Dia tidak seenaknya mengatakan apa saja dari diriNya sendiri kepada murid-muridNya. Begitu pula dengan saya, saya hanya bisa memikirkan apa saja yang harus saya pikirkan, saya hanya bisa menuliskan apa saja yang harus saya tuliskan dan saya hanya bisa mengatakan apa saja yang harus saya katakan serta saya hanya bisa melakukan apa saja yang harus saya lakukan, jika Bapa melakukan juga pekerjaanNya di dalam saya sebagaimana di dalam Tuhan Yesus.

Dengan demikian saya juga tidak bisa memikirkan lagi apa saja yang tidak boleh saya pikirkan, saya juga tidak bisa menuliskan apa saja yang tidak boleh saya tuliskan lagi dan saya juga tidak bisa mengatakan apa saja yang tidak boleh saya katakan lagi serta saya juga tidak bisa melakukan apa saja yang tidak boleh saya lakukan lagi karena Firman Allah yang keluar dari mulut Allah berhasil melaksanakan kehendak Allah di dalam hati dan mulut saya.

Seandainya Pendeta Amin Khouw menyadari hal ini, dia amat sangat menyesal telah melakukan kesalahan yang dipermasalahkan dalam artikel ini dan mau mengakui kesalahannya serta saling menguduskan dengan semua pihak yang sudah berselisih paham tentang hal-hal di atas.

Kiranya dengan kiriman komentar ini kita semakin saling mengasihi dan saling menguatkan dalam iman, pengharapan dan kasih menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali. Syukur Puji Tuhan Yesus. Haleluyah. Amin

Anonymous said…
Kasih memulihkan luka dan menyembuhkannya.

Tidak ada manusia yg sempurna. Bahasa tulisan, logat, tone dan gerak tubuh, terlalu sering membuat manusia memberikan reaksi yg berbeda dari maksud sebenarnya.

Saya dahulu adalah salah satu jemaat & pelayan di salah satu cabang GRII.

Salah satu ciri yg menonjol dari org yg memiliki pengetahuan dan pelayanan kristen yg kuat adalah Sikap yg tegas terhadap hal-hal sekuler atau yg bertentangan dg keyakinan kehidupan beriman yg dimilikinya. Ini adalah hal yg Positif dan layak dipertahankan. Namun, dibutuhkan kebesaran hati dan hikmat untuk menyampaikan/menerapkannya (bukan kompromi).

Hal yg sering kita lupa, adalah mencoba melakukan hal yg baik namun lupa menyerahkan kepada Tuhan hasilnya.

Saya berdoa smg Ko Amin Khau selaku hamba Tuhan dan Ko Judy Husin dpt saling mendoakan untuk perbedaan sudut pandang ini dan mulai saling mengampuni, karena Allah Bapa sendiri yg akan memberi pencerahan, mendamaikan dan memperlengkapi masing2x hambaNya untuk semakin memulyakanNya.

Tuhan memberkati.🙏