Skip to main content

Jangan Menghakimi! Jurus Andalan Orang Kristen


Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (Mat 7:1-2)

“Kita tidak berhak menghakimi, yang berhak menghakimi hanya Tuhan Yesus.”
“Dia kan hamba Tuhan besar, jangan sembarangan menghakimi hamba Tuhan, nanti kamu bisa celaka.”
“Jangan menghakimi hamba Tuhan, kalau hamba Tuhan itu salah, biar Tuhan sendiri nanti yang akan menegur dia.”
“Memangnya kamu siapa, merasa berhak menghakimi! Jangan melihat selumbar dimata saudaramu, tapi balok di mata kamu sendiri tidak kelihatan.”

Itulah kira-kira beberapa perkataan yang sering saya dengar ketika seseorang sedang “mengingatkan” untuk “tidak menghakimi”. Masih banyak perkataan lainnya yang bahkan cenderung lebih kasar perkataan di atas yang diucapkan oleh seorang Kristen agar tidak menghakimi.

Kata “jangan menghakimi” bukan hal asing di telinga kita. Saya yakin kebanyakan orang kristen pasti pernah mendengarnya, bahkan banyak yang hafal ayatnya. Berdasarkan ayat Matius 7:1-2 ini, maka banyak orang Kristen yang hanya bisa bungkam ketika melihat suatu kesalahan diantara saudara seimannya apalagi kalau yang salah itu adalah seorang “hamba Tuhan” ditambah seorang “hamba Tuhan yang diurapi” atau “hamba Tuhan yang punya kuasa” atau “hamba Tuhan yang dipakai Tuhan dengan luar biasa”.

Matius 7:1-2 merupakan sebuah senjata ampuh bagi kebanyakan orang Kristen untuk membungkam orang Kristen lainnya yang lebih kritis. Ini juga menjadi senjata andalan bagi para Pendeta atau hamba Tuhan untuk membungkam pengikutnya agar tidak mempertanyakan ajarannya. Itu sebabnya saya menyebut ayat Mat:1-2 ini adalah jurus andalan orang Kristen.

Benarkah kita tidak boleh menghakimi? Sudah sejak bertahun-tahun yang lalu saya mendengar kata “Jangan Menghakimi” ini dikalangan Kristen, seolah sudah menjadi keseharian kehidupan orang Kristen. Ketika saya membaca keseluruhan ayat mengenai “Jangan Menghakimi” ini, saya menjadi ragu, pengertiannya tidak seperti yang dikira orang Kristen selama ini. Saya pernah mencoba mencari informasi melalui internet mengenai bolehkah orang kristen menghakimi? Yang saya temukan adalah artikel-artikel yang mengajarkan tentang “Jangan Menghakimi”. Saya hampir tidak menemukan artikel yang memperbolehkan orang Kristen untuk menghakimi, sampai pada satu artikel yang mengambil tema “mari menghakimi”.

Dari sekian banyak artikel yang mengajarkan “jangan menghakimi” hanya satu artikel yang mengajarkan untuk menghakimi, ironis sekali. Kejadian itu sudah lama sekali, saya juga sudah tidak ingat apa isi artikel yang mengajarkan untuk menghakimi. Yang saya ingat, saya tetap merasa tidak puas dengan penjelasannya, dan ini membawa saya kembali kepada Alkitab sebagai sumber kebenaran.

Apakah sebenarnya yang dikatakan Alkitab tentang hal ini. Saya akan masukkan seluruh pasal 7 yang diberi judul perikop “Hal Menghakimi”.

“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Kebanyakan orang kristen yang menggunakan ayat ini hanya mengandalkan ayat 1 dan 2 dan kebanyakan lagi hanya mengandalkan ayat 1 saja. Itu sebabnya mereka mengambil kesimpulan bahwa orang kristen “TIDAK boleh menghakimi”. Meskipun banyak juga yang sering mengucapkan ayat berikutnya, tapi pikiran mereka sudah di setting untuk hanya mengandalkan ayat 1 dan 2. Mungkin itu juga yang diajarkan oleh para Pendeta yang “tidak ingin dihakimi”.

Bacalah secara keseluruhan ayat ini, saya yakin anda akan menemukan hal yang berbeda. Apanya yang berbeda? Bukankah ayat berikutnya justru lebih memojokkan orang kristen yang suka menghakimi? Di ayat berikutnya justru dikatakan bahwa orang kristen yang suka menghakimi adalah orang MUNAFIK! Bukankah begitu?

Itu memang benar, maksud saya orang kristen yang suka menghakimi atau dalam hal ini yang ingin mengeluarkan selumbar dimata saudaranya dengan balok masih ada dimatanya sendiri disebut Yesus sebagai orang munafik. Orang seperti ini adalah orang yang ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu menunjukkan kesalahan saudaranya, sementara kesalahannya sendiri ia tidak ketahui. Bagian ayat ini juga yang banyak digunakan oleh orang kristen untuk mengatakan “Kamu sendiri saja imannya belum beres sudah mau sok pahlawan membereskan iman orang lain!”

Perhatikan baik-baik. Bukankah masih ada kelanjutan dari ayat ini? Saya tuliskan kembali Mat 7:5

“Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Yesus menyebut orang munafik adalah orang yang ingin mengeluarkan selumbar dari mata saudaranya dengan balok ada dimatanya sendiri. TAPI, Yesus juga mengatakan untuk mengeluarkan balok dari mata kita dahulu baru kemudian kita bisa melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudara kita. Bukankah ini yang dikatakan oleh Yesus.

Yesus sama sekali tidak melarang untuk menghakimi, hanya saja untuk menghakimi itu tidak sembarangan. Sejak ayat pertama dari pasal ini, Yesus memberi peringatan untuk tidak menghakimi agar kita tidak dihakimi. Ini menunjukkan kalau kita tidak siap untuk dihakimi, maka sebaiknya kita jangan menghakimi. Ayat berikutnya memberikan penjelasan yang lebih detail yaitu penghakiman dan ukuran yang kita gunakan untuk menghakimi juga akan diarahkan ke kita. Ini sama sekali tidak ada larangan untuk menghakimi, tapi kesiapan untuk dihakimi dengan hal yang sama. Oleh sebab itu di dua ayat terakhir, Yesus mengajarkan apa yang harus kita persiapkan terlebih dahulu sebelum kita dapat menghakimi. Kita harus dapat melihat dengan jelas terlebih dahulu, yang dalam hal ini kita harus tahu kebenaranNya terlebih dahulu baru kita bisa melihat kesalahan dari saudara kita. Mengapa demikian, ini karena dalam hal ini kita menyatakan kebenaran, memberi nasehat dan menegor, bukan asal menuduh atau menghakimi.

Sadarkah anda yang suka mengatakan “jangan menghakimi” sebenarnya anda sendiri sudah menghakimi orang yang anda tuduh “menghakimi” itu? Sepanjang pengalaman saya, orang yang suka berkata “jangan menghakimi” sebenarnya adalah orang yang tidak mengerti apa-apa mengenai kebenaran Alkitab. Saat saya dituduh “menghakimi”, saya selalu menanyakan dibagian mana saya menghakimi dan kalau memang yang saya katakan itu salah, tunjukkan dimana salahnya dan katakan kepada saya apa yang benar. Anda tahu, sampai hari ini, orang-orang yang menuduh saya suka menghakimi, tidak satu pun bisa menunjukkan kesalahan saya, apalagi menunjukkan kebenarannya.

Saya pernah mengatakan sebuah ajaran seorang pendeta terkenal itu salah kepada teman saya yang merupakan pengikutnya. Saya jelaskan kesalahannya berdasarkan Alkitab. Anda tahu jawaban teman saya? “Kamu tidak berhak menghakimi, dia seorang pendeta terkenal yang diurapi Tuhan loh”. Tapi saya jawab lagi “Saya hanya menjelaskan ada kesalahan dari ajarannya berdasarkan Alkitab.” Dia tetap ngotot bahwa pendeta itu pasti benar, saya yang salah dan sesat menafsirkan firman Tuhan. Saya minta dia tunjukkan dimana kesalahan saya berdasarkan Alkitab, dan dia sama sekali tidak bisa. Dia hanya bisa mengatakan kalau sayalah yang sesat dan suka menghakimi.

Kejadian ini seringkali terjadi dan cara yang sama yang digunakan oleh orang-orang Kristen yang tidak mengerti apa-apa tapi sangat percaya kepada pendetanya, akhirnya dengan hanya mengandalkan kata “jangan menghakimi” dia merasa diri sudah paling mengenal kebenaran, padahal isinya KOSONG.

Suatu kali saya dan istri bermaksud untuk mengikuti ibadah yang diadakan di sebuah mal. Lokasi ibadah berada di lantai yang cukup tinggi sehingga kami harus menaiki lift. Didalam lift selain saya dan istri ada juga beberapa orang lain yang ikut masuk. Seseorang menekan tombol lantai tujuan kami. Saya dan istri menduga tujuannya pasti sama dengan kami untuk mengikuti ibadah. Akhirnya orang itu disapa oleh istri saya dan kamipun ngobrol sambil menuju lantai tujuan.

Selain dia ada seorang lagi yang ternyata juga seorang kristen, tapi ia tidak dalam tujuan lantai yang sama dengan kami, melainkan lantai diatasnya lagi. Mungkin karena merasa sama-sama Kristen, ia ikut ngobrol. Sampai satu titik, orang yang satu tujuan sama saya menyebutkan nama seorang pendeta ayng cukup terkenal sebagi pendeta yang korupsi. Saya mengenal nama pendeta yang ia katakan dan beberapa kali mengikuti ibadahnya. Saya juga mengetahui kisah imannya. Saya percaya ia adalah seorang pendeta yang baik. Jadi ketika ia berkata bahwa pendeta ini korupsi, saya ingin bertanya apakah ia benar-benar mengetahuinya.

Belum sempat saya bertanya, orang kristen yang tidak satu lantai dengan kami langsung berkata “Pak, bapak jangan sembarangan menghakimi pak, di hamba Tuhan besar.” Dan dijawab “Saya tidak sembarangan, saya memang tahu kok.” Tiba-tiba saja orang itu berteriak-teriak “Bapak bisa celaka kalo menghakimi hamba Tuhan!, bapak bisa terkutuk! Masuk neraka nanti pak! Dia hamba Tuhan, bapak tidak boleh menghakimi hamba Tuhan!

Mendengar teriakannya itu saya dan istri hanya diam, sampai kami tiba dilantai tujuan kami, orang tersebut masih berteriak-teriak mengutuk. Rupanya dia adalah pengikut setia dari pendeta yang disebutkan namanya tadi. Kejadian itu sebenarnya sangat memalukan sekali, saya yakin orang yang berteriak-teriak tersebut tidak mengerti apa-apa tentang apa yang dikatakannya. Saya sendiri sebenarnya tidak percaya dengan tuduhan mengenai pendeta yang korupsi tersebut dan saya ingin minta penjelasan apakah orang itu benar-benar tahu atau hanya mendengar dari orang lain lalu main tebak-tebakan dengan menuduh korupsi. Sayangnya, orang Kristen yang berteriak-teriak jangan menghakimi tersebut sudah seperti orang kerasukan.

Mat 7: 1-5 tidak mengajarkan bahwa orang kristen tidak boleh menghakimi, tapi yang diajarkan adalah bagaimana cara anda menghakimi dengan benar. Ketika anda akan menghakimi, anda harus tahu dahulu kesalahan dan kebenarannya, agar anda bisa memberikan penjelasan dan menyadarkan orang yang melakukan kesalahan. Anda juga harus siap untuk dihakimi dengan cara yang sama dan anda berhak untuk mengetahui kesalahan anda dan mendapatkan penjelasan kebenarannya.

Jika anda masih tetap ngotot bahwa ayat diatas mengajarkan untuk tidak menghakimi, saya akan berikan ayat-ayat lainnya.

Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil. Yoh 7:24

Ayat didalam Yoh 7:24 ini mengajarkan mengenai menghakimi dengan adil. Jika ayat Matius di atas anda katakan “tidak boleh menghakimi”, maka coba jelaskan, apakah kedua ayat ini saling bertentangan?

Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi oleh Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu. 1 Kor 5:12-13

Ayat Korintus ini juga mengajarkan mengenai menghakimi. Bahkan disini dengan jelas diajarkan bahwa orang Kristen harus menghakimi orang Kristen. Orang Kristen tidak berhak menghakimi orang yang bukan Kristen, karena orang yang bukan Kristen itu akan dihakimi oleh Allah. Yang terjadi adalah orang kristen yang suka mengatakan “jangan menghakimi” umumnya suka menghakimi orang-orang yang beragama lain. Ini yang saya juga tidak suka. Terkadang saya dianggap lebih mendukung agama lain daripada Kristen karena saya suka mengatakan “Jangan menilai kebenaran agama lain berdasarkan kitab suci-mu, kalau kamu mau seperti itu kamu juga harus bersedia dikatakan sesat oleh orang beragama lain yang menilai agamamu berdasarkan kitab suci-nya.”

Tiga ayat yang saling mendukung yang mengajarkan tentang orang Kristen yang harus menghakimi orang Kristen. Tapi penghakiman yang dilakukan orang Kristen tidak boleh menghakimi dengan sembarangan. Tidak sembarangan bukan berarti anda tidak boleh menghakimi hamba Tuhan atau Pendeta atau sesama orang Kristen, tapi tidak sembarangan berarti anda harus mengerti kebenaran dan kesalahannya. Oleh sebab itu belajarlah Alkitab baik-baik agar anda mengenal kebenaran.

Jika anda masih belum puas saya berikan ayat-ayat lainnya :

Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalai ia menyesal, ampunilah dia. Luk 17:3

Kesaksian itu benar. Karnea itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran. Titus 1:13-14

Sebab mesias-mesia palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Mat 24:24

Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. 2 Pet 2:1

Beritakanlah firman, siap sedialah, baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. 2 Tim 4:2

Ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa. Yak 5:20

Ayat-ayat ini mengajarkan anda untuk memberikan tegoran jika ada saudara seiman yang salah. Inilah cara penghakiman orang Kristen, anda menegor dengan tujuan menyatakan kebenaran dan menyadarkan orang lain dengan kesalahannya. Nabi palsu, guru-guru palsu akan bermunculan. Oleh sebab itu anda harus siap setiap saat, baik atau tidak baik waktunya. Nyatakanlah yang salah dan tegorlah. Banyak orang yang suka mendengar dongeng-dongeng pendeta seolah-olah itu pengalamannya bersama Tuhan. Oleh sebab itu anda harus berhati-hati. Belajarlah Alkitab dengan baik-baik, karena itu yang diminta oleh Yesus. Jika anda mengetahui ada kesalahan dalam sebuah pengajaran, bukan hal yang salah anda menghakimi ajaran tersebut termasuk jika harus menghakimi pengajarnya.

Jadi, jangan lagi menjadikan jurus “Jangan Menghakimi: sebagai jurus andalan, tapi belajarlah menghakimi dengan adil dan kebenaran. Jadikan Alkitab sebagai standar ukuran kebenaran. Bukankah didalamnya berisi pengajaran Yesus yang adalah kebenaran itu sendiri?

Comments

Wijaya said…
Salam Damai Sejahter sodara,
Saya setuju dengan point bahwa kita menghakimi dengan adil, tetapi sebenarnya menurut pandangan saya ayat ini di tujukan bukan boleh tidaknya menegur, tetapi mengenai orang-orang yang suka menghakimi dari belakang(bergosip mengenai kesalahan orang lain).
Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.
Unknown said…
jangan menghakimi agar tidak dihakimi.... karena ukuran yang engkau pakaikan untuk orang lain akan dipakaikan untukmu juga. Anda wajib menegur jika teman anda berbuat salah, tapi teguran itu tidak hanya ditujukan pada teman anda melainkan ditujukan juga pada diri anda. jangan hanya melihat selumbar di mata saudaramu, tapi balok di matamu tidak kau lihat. anda menegur saudara anda agar tidak menjadi seorang pemabuk, tapi andapun melakukan hal yang lebh besar daripada seorang pemabuk.
Grashpala said…
Assalamualaikum



Postingan yang bagus.. Tetapi masih banyak dari agama kristen yang suka menghakimi agama islam .. Padahal kan disitu sudah jelas orang kristen cuma menghakimi orang kristen aja .. Orang di luar kristen biar di hakimi allah SWT
Grashpala said…
Assalamualaikum



Postingan yang bagus.. Tetapi masih banyak dari agama kristen yang suka menghakimi agama islam .. Padahal kan disitu sudah jelas orang kristen cuma menghakimi orang kristen aja .. Orang di luar kristen biar di hakimi allah SWT
Judy Husin said…
@Grashpala
Tidak hanya dari kalangan Kristen, dari kalangan Muslim pun banyak yang suka menghakimi agama Kristen. Saya tidak tertarik untuk menghakimi agama lain, itu sebabnya meskipun di blog saya ini ada umat Islam yang suka menghakimi, sampai saat ini, saya tidak pernah memberikan jawaban.

Menghakimi agama orang lain berdasarkan kitab suci agama sendiri itu sama saja BODOH.
KENYO said…
Saya terberkati dengan posting Bp.Judy...terlebih dgn kalimat yg ada pada kolom komentar "menghakimi agama lain berdasarkan kitab suci agama sendiri = BODOH". Semoga hal ini juga mengubah cara pandang kita semua yg sempit & picik. Terima kasih, Tuhan memberkati.
KENYO said…
Saya terberkati dengan posting Bp.Judy...terlebih dgn kalimat yg ada pada kolom komentar "menghakimi agama lain berdasarkan kitab suci agama sendiri = BODOH". Semoga hal ini juga mengubah cara pandang kita semua yg sempit & picik. Terima kasih, Tuhan memberkati.
kris said…
This comment has been removed by the author.
kris said…
This comment has been removed by the author.
kris said…
Alkitab tidak melarang menghakimi namun harus dilakukan secara proporsional menghakimi pada tempatnya dan dilakukan secara adil. Pada konteks pasal 7 yang diuraikan Tuhan Yesus adalah orang yang munafik atau orang yang pandai bersandiwara yang hanya terbiasa menilai orang tanpa melihat hakekat dirinya. Makanya tidak salah lagu yang dilantunkan Godbles "Dunia Ini Penuh Sandiwara" penuh dengan kepura-puraan. Sebenarnya yang Yesus maksudkan adalah spirit Farisime dan para Ahli Taurat yang hanya mampu menilai diri orang lain. Menurut Leo Tolstoy Banyak orang yang berambisi ingin mengubah dunia. Banyak orang yang berambisi untuk mengubah hidup orang lain, tetapi terlalu sedikit orang yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri. Banyak orang menilai seseorang begitu ketat tetapi menilai dirinya sendiri sangat longgar. Cecil G. Osborne pernah berkata, "Ubahlah diri Anda, maka orang lain dengan sendirinya akan berubah sebagai reaksi terhadap Anda."
GBU
kris said…
Alkitab tidak melarang menghakimi namun harus dilakukan secara proporsional menghakimi pada tempatnya dan dilakukan secara adil. Pada konteks pasal 7 yang diuraikan Tuhan Yesus adalah orang yang munafik atau orang yang pandai bersandiwara yang hanya terbiasa menilai orang tanpa melihat hakekat dirinya. Makanya tidak salah lagu yang dilantunkan Godbles "Dunia Ini Penuh Sandiwara" penuh dengan kepura-puraan. Sebenarnya yang Yesus maksudkan adalah spirit Farisime dan para Ahli Taurat yang hanya mampu menilai diri orang lain. Menurut Leo Tolstoy Banyak orang yang berambisi ingin mengubah dunia. Banyak orang yang berambisi untuk mengubah hidup orang lain, tetapi terlalu sedikit orang yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri. Banyak orang menilai seseorang begitu ketat tetapi menilai dirinya sendiri sangat longgar. Cecil G. Osborne pernah berkata, "Ubahlah diri Anda, maka orang lain dengan sendirinya akan berubah sebagai reaksi terhadap Anda."
GBU
Unknown said…
Terbaik adalah mengukur diri sendiri, dan tidak membicarakan baik buruknya manusia lain sebagaimana kita juga manusia biasa yg tidak luput dari dosa.. Hamba Tuhan juga manusia..dan setiap manusia menentukan jalan hidupnya masing2.. Hidup adalah pilihan..Mau hidup bahagia di surga atau celaka di akhirat. JBU
Unknown said…
Mungkin perlu membedakan menghakimi dengan menuduh/mendakwa. Menghakimi berarti memeriksa sesuatu untuk memutuskan benar atau salah dan dalam konteks ini adalah membuktikan kesalahan dan menjatuhkan hukuman.
Tumbur Simbolon said…
saudaraku sekalian, dengan jelas alkitab sudah katakan jangan menghakimi, kok ada lagi pernyataan bahwa alkitab tidak melarang menghakimi, yg jelas menghakimi itu slah, tetapi menegor itu baru benar. Menghakimi didefenisikan sebagai satu cara untuk mencari kesalahan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan orang tersebut.
centracd said…
@Tumbur Simbolon

"Menghakimi didefenisikan sebagai satu cara untuk mencari kesalahan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan orang tersebut." Apakah ini definisi yang benar? Saya tidak mau menghakimi tapi bila ini definisi yang benar, bagaimana dengan Allah yang menghakimi? Apakah ada 2 definisi menghakimi?

Judy Husin said…
@centracs, manusia menghakimi menurut pikirannya sendiri. Tuhan Yesus mengajarkan menghakimi menurut Kebenaran karena Yesus sendiri adalah Kebenaran. Yang di larang Yesus adalah menghakimi menurut pikiran manusia. Tapi penghakiman menurut yang di ajarkan oleh Alkitab harus dilakukan, karena ini bukan untuk menjatuhkan orang lain, melainkan untuk membangun.
Anonymous said…
Ada yang aneh dalam penyajian..dimuka dengan perihal menghakimi namun diakhir dengan ayat yang banyak menggunakan tegorlah.

Menghakimi adalah sangat beda dengan menegor.

Saya pikir tidak ada relasi langsung antara penjelasan menghakimi dengan ayat perihal menegor
Anonymous said…
menghakimi = berbuat layaknya hakim = harus ada tindakan mencari kesalahan lalu harus menjatuhkan sanksi hukum / memberi hukuman, sayangnya skrng makin banyak org kristen sesat sombong anti kritik yg krn begitu keras hatinya ditegor sedikit langsung marah² kesurupan menganggap sebagai penghakiman,pdhl tdk ada unsur menghakimi
Anonymous said…
hal tentang penghakiman tsb diceritakan dgn jelas dlm kisah yesus dan perempuan yg berzina yg akan segera dihukum dilempari batu oleh masyarakat, jadi maksud menghakimi yaitu jls adanya unsur berani²nya memberi / menjatuhkan hukuman layaknya hakim kpd kesalahan kecil org lain sementara dosa² sendiri banyak yg belum beres, selama kita hanya sekedar menyalahkan mengkritik menegor sebenarnya itu jls bukan tindakan menghakimi
Anonymous said…
lalu mengenai pembahasan penulis tentang menghakimi agama lain itu sy setuju bgt, agama kristen tidak mengajarkan menghakimi (mencari kesalahan + berani menjatuhkan hukuman) terlebih kdp umat agama lain, ajaran kristen cenderung rendah hati tidak pernah mengajarkan agar umatnya sombong lalu merasa agamanya yg paling suci paling benar paling hebat yang aduh aduh harus selalu dipuja ditegakkan dibela mati²an, kalaupun ada yg begitu ya berarti itu oknum kristen palsu sesat yg menyimpang dr kristen & tdk paham ajaran kristen - sudah cukup begitu saja kesimpulannya, yg ada ya malah sebaliknya & sudah bnyk terjadi contok kasus ahok dll dll dll sampai pd akhirnya kasihan dipenjara (baik langsung tidak langsung sebenarnya murni terpenuhilah unsur menghakimi krn pd akhirnya terjadilah adanya hukuman/sanksi), kita tidak perlu melihat kasus negara yg jauh² yg blm tentu benar krn melihat kasus negara sendiri yg dekat² saja sudah banyak kq kasus umat kristen dihakimi oleh umat agama lain, semoga umat kristen di indonesia tetap penuh kasih tiada dendam penuh sifat memaafkan & jangan sampai ikut² sesat lalu berani menghakimi umat agama lain sampai pada terjadinya sanksi hukuman seperti itu, kita mengasihi jgn cuma hanya bisa koar² agama sy adalah agama yg penuh kasih (seperti layaknya ungkapan dr umat² agama lain) tp harus kita buktikan, dimulai dari diri sendiri, dimulai dr negara sendiri, jgn menghakimi sesama terlebih lg jgn menghakimi umat lain tetap dalam pengertian menghakimi yg sy jelasakan td tentunya, amin
Anonymous said…
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?...itu maksudnya mungkin begini, tentunya jgn lupa tentang unsur penting dlm menghakimi (adanya unsur mencari kesalahan dilanjut unsur memberi hukuman), yaitu ibaratnya bagaimana mungkin seorang hakim berani datang di persidangan lalu berani bicara tentang kesalahan terdakwa lalu berani²nya memutuskan hukuman yg harus diterima (menghukum) oleh terdakwa yg terlibat kasus pencurian misalnya bila hakim itu sendiri sedang terlibat kasus kriminal lain yg belum beres / tuntas, jangankan untuk menghukum terdakwa bahkan untuk sekedar datang ke persidangan dr terdakwa pun jls hakim tsb tidak mungkin datang tentunya krn pastilah malu mengingat kasusnya sendiri blm beres/tuntas, semoga bs dipahami
Unknown said…
Syalom, saya sangat merasa terberkati dengan berbagai firman Tuhan, mungkin ada banyak org yg bilang kita pelit kritikan krna kita sombong atau dlm kata lain tidak ingin menghakimi sesama kita, mereka atau siapapun yg mengatakan hal seperti itu, itu menandakan bahkan dirinya sudah menghakimi dirinya sendiri dan org lain. Krna dengan cara pandangnya yg begitu sempit dan begitu sibuk dgn urusan utk mencari kesalahan setiap orang. Karena tujuan kita hidup didunia ini hanyalah utk memuji dan memuliakan nama Tuhan bukan utk menjadi orang yg sempurna sehingga merasa selalu benar didunia dgn mencari kesalahan org didunia.GBU
Anonymous said…
Shalom, menurut saya larangan menghakimi itu sudah jelas didalam Alkitab. Jadi orang Kristen dilarang menghakimi sesama karena memang penghakiman itu haknya Tuhan.

Kita disuruh tegur/menasihati sesama yang berbuat dosa bukan menghakimi, jangan menyamakan antara menegur dan menghakimi. Menegur dan menghakimi adalah dua kata yang berbeda.

2 Timotius 3:16 (TB) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Pada ayat ini pun dikatakan firman Tuhan lah yang bertugas menyatakan kesalahan dan mendidik orang dalam kebenaran. Ayat ini tidak membuat dan menyuruh seorang manusia bisa menghakimi sesama.

Bahkan menyatakan kebenaran dan kesalahan punya arti yang berbeda dengan menghakimi. Menyatakan sama dengan memperlihatkan atau menerangkan atau mengemukakan, sedangkan menghakimi artinya menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

Jadi bahkan Alkitab pun hanya menyatakan kebenaran dan kesalahan, sedangkan kamu punya hak istimewa apa bisa menentukan mana yang salah dan mana yang benar.