Memahami dan mengerti Tuhan dan
KebenaranNya harus pakai otak? Bagaimana dengan mereka yang
mengatakan otak kita terbatas, tidak mungkin memahami tentang Tuhan
yang Maha Besar? Itu sebabnya mereka mengatakan harus pakai Hati.
Sayangnya sampai sekarang, para pecinta Hati tidak bisa menjelaskan,
sebesar apa Hati manusia sampai mereka mengira bisa memahami Tuhan
yang Maha Besar? Mereka juga tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya
Hati mengetahui Kebenaran?
Mereka akan tetap ngotot, harus pakai
hati, karena otak kita terbatas! Kalau pakai otak kita akan jadi
seperti orang Farisi. Mereka yang memakai otaknya, logikanya,
akalnya, akhirnya malah ngaco! Belajar terus firman Tuhan pakai
otakmu, akhirnya cuma jago debat doang, tau ini dan itu tentang
Alkitab, tapi ga punya Hati! Percuma punya pengetahuan tapi hati
tetap tidak berubah. Itulah alasan para pecinta Hati yang tetap
meyakini hanya Hati yang bisa memahami Tuhan dan KebenaranNya, bukan
otak.
Tuduhan “menjadi seperti orang
Farisi” umumnya adalah kekuatan utama mereka untuk menunjukkan
bahwa mereka benar. Ketika di sebut seperti orang Farisi, banyak
orang Kristen yang kemudian menjadi takut. Kata orang Farisi
seolah-olah menunjukkan mereka menjadi orang munafik. Itu sebabnya
banyak juga orang Kristen yang awalnya menggunakan otaknya untuk
belajar Kebenaran, akhirnya ikut-ikutan menggunakan Hati-nya.
Saya sampai hari ini tetap percaya
untuk mengenal Kebenaran dan memahami Tuhan, Harus menggunakan Otak,
bukan Hati. Bahkan untuk ber-IMAN pun harus pakai otak, bukan Hati.
Hati dibutuhkan ketika anda mau dan sedang mengasihi.
Bagaimana Cara Hati mengetahui Kebenaran?
Ketika hal ini ditanyakan pada para pecinta Hati, banyak yang tidak bisa menjawab, tapi banyak juga yang menjawab sesuai dengan Hati mereka. Mereka mengatakan bahwa Hati yang dipenuhi Roh Kudus akan memberitahukan mereka tentang Kebenaran. Bagaimana caranya? Saat mendengar sebuah pengajaran, doktrin, kotbah atau apapun namanya, ketika Roh Kudus bekerja, maka hati kita akan merasa sukacita, merasa dikuatkan, merasa ditegur, merasa dihibur, merasa bertumbuh, dan perasaan menyenangkan lainnya, itulah bukti bahwa pengajaran tersebut benar, pengkotbah tersebut diurapi Tuhan, dll.
Hal yang sama juga berlaku ketika kita
ingin memahami dan mengerti Tuhan. Saat membaca dan merenungkan
Alkitab, lalu kita merasa sukacita, merasa dikuatkan, merasa
ditegur, merasa dihibur, merasa bertumbuh, dan perasaan menyenangkan
lainnya, itulah bukti bahwa kita menerima pengajaran Tuhan dan
memahaminya. Tuhan bisa menggerakkan hati kita melalui Roh Kudus
untuk kita dapat mengerti dan memahami Tuhan yang Maha Besar itu.
Mungkin juga ada yang protes karena di
atas saya tuliskan salah satu ukurannya adalah perasaan menyenangkan
lainnya. Para pecinta Hati akan mengatakan tidak semua perasaan akan
menyenangkan ketika mendapatkan kebenaran. Contohnya adalah merasa di
tegur. Merasa ditegur bukanlah hal yang menyenangkan, namun kalau
hati kita mau taat maka kita akan tetap taat.
Itulah satu-satunya alasan para pecinta
Hati untuk menjawab bahwa hanya Hati yang bisa menilai kebenaran dan
memahami Tuhan. Selanjutnya mereka balik bertanya, bagaimana caranya
otak yang begitu kecil memahami Tuhan dan KebenaranNya. Tidak mungkin
belajar seperti apapun tentang Tuhan akan mampu memahami Tuhan yang
Maha Besar itu, termasuk KebenaranNya.
Bagaimana Cara Otak mengetahui Kebenaran?
Pembalasan para pecinta Hati selalu mengatakan Tuhan Maha Besar sehingga tidak mungkin dipahami, dimengerti dengan otak manusia yang hanya sebesar kepalan tangan, termasuk juga kebenaranNya.
Lucunya, para pecinta Hati juga tidak
menjawab pertanyaan “sebesar apakah hati hingga bisa memahami Tuhan
yang Maha Besar?” Mereka hanya merasa sudah memahami Tuhan dan
KebenaranNya melalui apa yang mereka rasakan.
Saya akan menjawab bagaimana cara otak
memahami Tuhan dan KebenaranNya.
Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan. (Matius 11:28-29)
Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Matius
28:19-20)
Dua ayat di atas sudah cukup mewakili
jawaban saya. Saya tebalkan kata “belajarlah pada-Ku” dan
“murid-Ku” pada kedua ayat di atas. Karena keduanya ini cukup
penting. Yesus suka mengajar Kebenaran, Yesus mengajarkan kita untuk
Belajar pada-Nya dan menjadi Murid-Nya.
Bagaimana caranya kita Belajar pada-Nya
dan menjadi Murid-Nya, sementara Ia sedang pergi kepada Bapa, dan
tidak lagi hadir sebagai manusia di bumi ini? Jawabannya sederhana :
Alkitab. Anda juga tau jawaban ini bukan?
Lalu para pecinta Hati akan mengatakan.
Kami juga membaca Alkitab, otak tetap terbatas untuk bisa memahami
Alkitab, tidak semua orang mengerti Alkitab, Alkitab tidak mudah
dipahami, bahkan bagi seorang pendeta atau hamba Tuhan sekalipun.
Kita bisa bertanya pada para hamba Tuhan, tapi kadang kita masih
tetap tidak bisa mengerti dengan otak kita, oleh sebab itu tetap
harus menggunakan hati untuk menerima Kebenaran, bukan otak.
Siapa yang mengatakan Alkitab tidak
mudah dipahami? Petrus pernah mengatakan bahwa surat-surat Paulus
terkadang sulit dipahami, tapi bukan berarti tidak bisa. Yang paling
banyak mengatakan Alkitab tidak mudah dipahami adalah para pemimpin
agama Kristen. Mungkin pendetamu salah satunya.
Yesus mengatakan kita harus belajar
dari-Nya dan menjadi murid-Nya. Murid adalah juga orang yang belajar.
Jadi Yesus mau kita belajar dari-Nya. Caranya adalah melalui Alkitab,
karena di Alkitab-lah berisi pengajaran Yesus. Lalu, para pemimpin
agama mengatakan Alkitab tidak mudah dipahami, kamu harus sekolah
Teologi dulu untuk bisa mengerti, lulusan sekolah Teologi saja kadang
masih belum bisa memahami, bahkan yang sudah bergelar pendeta. Lalu,
bagaimana kamu yang awam bisa memahami Alkitab?
Orang-orang yang terlalu sering
mengatakan kalimat di atas sebenarnya sedang menunjukkan Yesus
membual. Mereka secara tidak langsung mengatakan bahwa perkataan
Yesus untuk belajar dari-Nya adalah penipuan. Bukankah perkataan
tersebut menghina perkataan Yesus?
Belajarlah! Banyak dari isi Alkitab
memang tidak mudah dimengerti dan dipahami, tapi bukan berarti tidak
bisa dimengerti dan dipahami. Banyak juga isi dari Alkitab yang
sangat mudah dimengerti dan dipahami. Itu sebabnya Yesus mengatakan
“Belajarlah!”. Di bagian akhir keberadaan-Nya di bumi, Yesus
meminta para pengikutnya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya.
Mengapa demikian, itu agar kita semua yang mengaku percaya kepada-Nya
terus belajar dari Alkitab. Hanya dengan belajarlah kita bisa
mengerti dan memahami Tuhan dan kebenaranNya.
Apa hubungannya dengan otak. Jawabannya
sederhana. Belajar HARUS menggunakan OTAK bukan HATI. Otaklah yang
membantu pikiran kita untuk belajar, Hati hanya bisa merasakan. Itu
sebabnya untuk tau Kebenaran harus pakai Otak, tidak mungkin pakai
Hati.
Para pecinta Hati akan kembali
bertanya. Bagaimana Otak kita yang kecil dapat memahami Tuhan yang
Maha Besar. Tuhan terlalu besar untuk bisa dimengerti oleh otak kita.
Para pecinta Hati banyak yang bangga
ketika mempertanyakan ini, karena mengira saya tidak bisa
menjawabnya. Jawabannya sederhana. Itu sebabnya Tuhan memberikan
Alkitab untuk kita bisa memahamiNya.
“Tapi Alkitab tetap terbatas kan,
tidak memuat semua tentang Tuhan. Bahkan ketika seluruh alam semesta
ini dijadikan buku-pun, tetap tidak bisa memahami Tuhan bukan,”
Begitulah kira-kira pertanyaan selanjutnya dari pada pecinta Hati.
Inilah jawaban saya : Justru karena
itulah maka Tuhan memberikan kita Alkitab. Tuhanlah yang memberikan
batasan kepada kita, sampai sejauh mana kita boleh memahami tentang
Tuhan. Cukup hanya yang terdapat di Alkitab. Tuhan tidak mau kita
mempelajari tentang Tuhan melebihi apa yang diajarkan Alkitab. Karena
Tuhan tau otak kita tidak mampu memahami semuanya. Itu sebabnya
orang-orang yang merasa mendapat pengajaran tambahan dari Tuhan di
luar Alkitab, pasti hanya seorang penipu. Orang-orang yang merasa
mendapatkan bisikan atau wahyu baru dari Tuhan, pasti penipu, dan
orang-orang seperti ini pasti menilai Kebenaran dan memahami Tuhan
menggunakan Hatinya, bukan Otaknya.
Belajarlah dan terus belajarlah melalui
Alkitab. Jika belum mengerti dan memahami-Nya, belajarlah lagi. Jika
belum mendapatkan KebenaranNya, belajarlah lagi. Karena Yesus mau
kita belajar, maka kita pasti akan mendapatkan pengajaranNya.
PengajaranNya adalah Kebenaran dan mengenal KebenaranNya akan membuat
kita memahami-Nya sebatas yang dikehendaki-Nya yaitu sesuai dengan
yang terdapat di Alkitab. Siapa yang Lapar dan Haus akan kebenaran,
pasti akan dipuaskan.
Hati Gunanya untuk Apa?
Apakah cukup hanya Otak saja, dan tidak perlu Hati untuk mendapatkan Kebenaran? Kalau demikian, apakah gunanya hati?
Ketika saya ngotot mengatakan untuk
memahami Tuhan dan KebenaranNya harus pakai Otak, banyak yang mengira
orang seperti saya akan menjadi sombong dan suka menghakimi, karena
hanya mengandalkan Otak. Menurut mereka, orang-orang yang berpikir
menggunakan Otaknya seperti saya tidak mau menggunakan hatinya untuk
mendapatkan Kebenaran. Orang yang tidak punya hati, tidak bisa
mengasihi. Apa gunanya tau seluruh Kebenaran tapi tidak punya hati.
Karena Iman, Pengharapan dan Kasih, yang terbesar dari semuanya itu
adalah Kasih. Itu sebabnya orang-orang yang mengatakan KebenaranNya
yang hanya bisa dimengerti dan dipahami menggunakan otak, akan
menjadikannya seperti orang Farisi, yang suka menghakimi dan merasa
paling benar sendiri.
Ketahuilah, sebenarnya orang-orang yang
menggunakan Hatinya untuk mendapatkan Kebenaran dan memahami tentang
Tuhan, justru adalah orang yang paling suka menghakimi dan lebih
mirip dengan orang Farisi. Mengapa demikian, karena mereka mengira
Hati mereka sudah memahami tentang Tuhan dan KebenaranNya. Mereka
cenderung ngotot dengan keyakinannya berdasarkan Hatinya. Itulah Iman
yang menggunakan Hati.
Lalu, untuk memahami Tuhan dan
KebenaranNya harus menggunakan otak, beriman pun harus menggunakan
otak. Apakah hanya hanya digunakan untuk mengasihi?
Ketika saya mengatakan memahami Tuhan,
mengenal KebenaranNya dan ber-Iman harus menggunakan otak, saya tidak
sedang mengatakan bahwa hati tidak ada gunanya untuk hal ini. Mengapa
saya ngotot seolah mengatakan Hanya dan Harus menggunakan otak? Itu
karena para pecinta Hati yang justru begitu ngototnya harus
menggunakan Hati. Mereka harus dipaksa untuk mendapatkan penjelasan
terlebih dahulu mengenai otak, baru saya bisa masuk ke tahap
berikutnya.
Ada perbedaan porsi untuk menggunakan
otak dan hati dalam berbagai situasi. Ketika anda ingin belajar
Kebenaran, anda tidak bisa memaksakan Hati harus porsinya harus lebih
besar, karena jika demikian, maka anda akan terjebak dalam keyakinan
berdasarkan perasaan. Jika anda sudah terjebak disini, maka inilah
yang akan terjadi :
Karena akan
datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi
mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk
memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya
dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng (2 Timotius 4:3-4).
Ketika anda menilai kebenaran
menggunakan hati, maka hati anda yang dijadikan rujukan atau standar
kebenaran. Ketika hati merasa sukacita, merasa dikuatkan, merasa
ditegur, merasa dihibur, merasa bertumbuh, dan perasaan menyenangkan
lainnya dalam menilai kebenaranNya, sadarkah anda apa yang terjadi?
Perasaan anda sendirilah yang menilai benar atau salah. Anda tidak
akan pernah bisa mendapatkan kebenaran jika perasaan anda standar
kebenaranNya. Siapa yang tau perasaan diri sendiri? Karena keinginan
Hati manusia itu Jahat! Itu sebabnya saya mengatakan “mereka yang
menilai kebenaran menggunakan hatinya pasti suatu saat akan SESAT”
Itu sebabnya orang-orang yang suka
menggunakan Hatinya untuk menilai kebenaran, akan menutup telinganya
bagi kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Dongeng itu menyenangkan
Hati manusia, meskipun cerita-cerita dongeng juga ada yang tidak enak
di dengar, namun manusia suka yang namanya dongeng, karena dongeng
menyenangkan hatimu.
Ketika menggunakan otak, otak berfungsi
untuk berpikir dan belajar. Belajar darimana? Alkitab. Alkitab yang
akan dijadikan standar Kebenaran, bukan diri sendiri. Dengan belajar
dari Alkitab-lah maka kita akan mengetahui Kebenaran.
Lalu, apa fungsinya hati didalam
memahami Tuhan dan KebenaranNya?
Otak anda harus belajar dari Alkitab.
Setelah anda mendapatkan Kebenaran, bukankah Hati anda akan
bersukacita? Kebenaran tidak selamanya menyenangkan, kadang ada yang
tidak cocok dengan pikiran kita. Tapi ketika tahu dan anda
sungguh-sungguh mau kebenaran, maka hati anda seharusnya bersukacita.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan “Bersukacitalah senantiasa,
sekali lagi kukatakan bersukacitalah!” Hatimu seharusnya
bersukacita ketika mendapatkan kebenaran, ketika memahami kehendak
Tuhan berdasarkan Alkitab. Jadi tempatkan otakmu dahulu dalam
mempelajari kebenaran, maka hatimu pun akan bersukacita. Jika anda
tidak bisa bersukacita ketika mendapatkan kebenaran, itu berarti anda
memang tidak mencari Kebenaran.
Jangan membalik hal ini. Hati harus
bersuka cita dahulu baru yakin bahwa itu Benar. Ini adalah ajaran
SESAT! Jika anda membaliknya, anda anda tidak mungkin sepenuhnya tau
bahwa itu Kebenaran. Hati tidak bisa mengukur Kebenaran, Hati hanya
bisa merasakan sukacita atau tidak, senang atau sedih.
Iman pun demikian, setelah anda belajar
kebenaran menggunakan otakmu, maka dengan otakmu juga anda meyakini
kebenaranNya, karena anda sudah tau bahwa itu kebenaran bukan.
Selebihnya, bersukacitalah dengan hatimu.
Mengapa hati selalu belakangan? Saya
tidak mengatakan demikian. Di dalam mengasihi, anda membutuhkan
sebuah hati yang luas. Mengasihi harus menggunakan hati terlebih
dahulu, karena mengasihi adalah masalah perasaan. Anda tidak bisa
menggunakan otak terlebih dahulu ketika ingin mengasihi. Ketika anda
menggunakan otak untuk mengasihi, maka anda akan main
hitung-hitungan, lalu menilai untung ruginya, maka hati anda tidak
akan pernah mengasihi.
Orang yang mengasihi menggunakan
otaknya, hanya akan merasa mengasihi tapi tidak pernah benar-benar
menolong. Karena ketika otak anda mengambil alih hati anda, anda akan
mulai berkata “Kalau saya menolong dia, nanti di tidak mau
berusaha” atau “Saya saja kerja keras untuk menolong diri saya
sendiri, masa dia tinggal enak-enakan dapat bantuan” atau “Memberi
pancing kan lebih baik daripada memberi ikannya” atau “Kalau
ternyata dia hanya pura-pura kesulitan dan saya bantu, nanti saya
kena tipu” , masih banyak alasan lainnya yang akan muncul di otak
anda ketika ingin mengasihi menggunakan otak. Itu sebabnya, banyak
orang bisa merasa kasihan, tapi yang benar-benar membantu terlalu
sedikit. Perhatikan orang-orang yang suka menolong, mereka seringkali
langsung bertindak tanpa berpikir panjang.
Orang Farisi Tidak Menggunakan Otaknya
Apakah orang farisi menggunakan otaknya? Orang Farisi dikenal suka menghakimi dan merasa diri paling benar, paling tau tentang Tuhan dan KebenaranNya. Mereka adalah para pemimpin agama. Mereka suka mengenakan jubah kebesaran mereka kemana-mana, bahkan berdoa yang panjang-panjang dengan kalimat yang indah. Mereka juga dikenal sangat taat menjalankan hukum Taurat. Itu semua terjadi karena mereka menggunakan otaknya, bukan Hatinya.
Benarkah orang Farisi menggunakan
otaknya? Saya kutip kecaman Yesus yang paling keras terhadap orang
Farisi.
Matius
23:13-36
Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga
di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi
mereka yang berusaha untuk masuk. (Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang
dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima
hukuman yang lebih berat.) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu
mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu
orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu
menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu
sendiri. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata:
Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi
emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan
orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang
menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah;
tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu
mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting,
persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu
barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga
demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa
bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi
Dia, yang diam di situ. Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia
bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di
atasnya. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas
manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum
Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.
Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu
pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu,
tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya,
tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang
Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka
sebelah luarnya juga akan bersih. Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya
memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang
belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di
sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah
dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu
orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang
kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan
nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri
kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai
kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat
meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku
mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli
Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan,
yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya
dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah
orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai
kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus
dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan
ditanggung angkatan ini! (Matius 23:13-36)
Perhatikan kecaman Yesus terhadap orang
Farisi. Apa yang dilakukan oleh orang Farisi? Mereka bukan sedang
menggunakan otaknya, tapi hatinya. Itu sebabnya mereka memaksakan
adat istiadat nenek moyang berdasarkan hati mereka. Mereka tidak
berpikir itu benar atau salah lagi, yang penting hati senang, maka
itulah yang benar.
Sesuka Hati mereka mengatur bangsa
Israel, karena merasa diri paling tau kebenaran. Perasaan melibatkan
lebih banyak hati daripada otak. Itu sebabnya Yesus pun mengatakan,
karena adat istiadat mereka melawan Tuhan. Merekalah orang-orang yang
menggunakan Hatinya, bukan Otaknya. Itu sebabnya mereka akan lebih
banyak menyesatkan daripada mengetahui kebenaran.
Jangan terlalu sering menghakimi orang
lain “seperti orang Farisi” karena tanpa sadar, andalah yang
sudah menjadi orang Farisi.
Tapi, bukankah orang Farisi juga banyak
belajar kitab suci? Mereka membaca kitab suci tapi bukan untuk
belajar, melainkan untuk mencari apa yang menyenangkan hati mereka.
Mereka tidak menjadikan kitab suci sebagai standar Kebenaran, Hati
merekalah yang dijadikan ukuran kebenaran. Mereka bisa menghafal isi
kitab suci, tapi tetap menggunakan hati dengan sesukanya, akibatnya
tidak ada gunanya mereka tau seluruh isi kitab suci. Tapi perhatikan,
Yesus tetap mengatakan “Orang Farisi sudah menduduki kursi Musa.
Oleh sebab itu ikuti apa yang diajarkannnya, tapi jangan tiru tingkah
lakunya.”
Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu
turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu,
tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (Matius 23:2-3)
Saya sudah pernah menulis tentang Otak
dan Hati di blog ini pada tahun 2012. Sekarang saya menulis kembali,
karena pecinta Hati masih banyak yang tidak mau belajar menggunakan
otaknya. Jika anda ingin membaca tulisan saya sebelumnya, silakannya
membacanya disini.
Comments
Post a Comment