Skip to main content

Sindrom Bileam (Guru Palsu di dalam Gereja)

Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. (2 Petrus 2:15)

Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah. (Yudas 1:11)

Tetapi aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau, di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasehat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. (Wahyu 2:14)

Siapakah Bileam? Apakah anda pernah mendengar namanya? Ayat-ayat Perjanjian Baru di atas menyebutkan suatu nama yaitu Bileam, seorang yang disebut suka menerima upah untuk melakukan perbuatan jahat dan menyesatkan orang Israel.

Jika anda belum pernah mendengar nama ini, mungkin anda pernah mendengar kisah Alkitab tentang keledai yang bisa berbicara. Ya, keledai yang bisa berbicara ini terdapat dalam kisah Bileam.
Kisah Bileam terdapat di Perjanjian Lama, yaitu dari Kitab Bilangan Pasal 22 hingga pasal 25. Pasal –pasal ini cukup panjang, saya tidak menuliskannya di sini hanya mengutip beberapa bagian saja. Anda bisa membaca kisah lengkapnya di kitab Bilangan tersebut.

Nama Bileam muncul ketika perjalanan bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir tiba di wilayah Moab. Raja Moab yang bernama Balak merasa takut dan gentar terhadap bangsa Israel, karena ia telah melihat perbuatan bangsa Israel terhadap orang Amori. Untuk menghadapi bangsa Israel, Balak mengirimkan utusan kepada Bileam bin Beor, agar mengutuki bangsa Israel. Balak percaya bahwa Bileam adalah seorang yang memiliki “Kuasa”. Siapa yang diberkatinya akan beroleh berkat dan siapa yang dikutuknya akan kena kutuk.

Dari cara Balak mengirim utusan dan percaya akan kuasa Bileam, menunjukkan bahwa Bileam bukanlah orang sembarangan. Bileam di jaman itu adalah seorang yang cukup terkenal/masyur. Ia di kenal sebagai seorang petenung (tukang tenung). Kita tahu bahwa seorang petenung adalah seorang yang berhubungan dengan okultisme.

Namun ada yang menarik dari kisah Bileam ini. Seorang petenung yang diangggap berhubungan dengan okultisme, ternyata juga bisa berhubungan dengan Tuhan. Jika anda membaca kisah Bileam ini, ketika raja Balak mengirimkan utusan dengan membawa upah  dan menyampaikan pesan Balak, Bileam meminta kepada para utusan itu untuk menginap semalam karena ia mau meminta petunjuk Tuhan. Menariknya, Tuhan mau berfirman kepada Bileam. Utusan yang pertama datang ini gagal untuk membawa Bileam, karena Tuhan menolaknya, dan Bileam menuruti perintah Tuhan ini.

Utusan yang pertama gagal, Balak tidak menyerah, karena ia benar-benar takut kepada bangsa Israel dan percaya dengan Bileam. Balak mengirimkan utusan kedua. Utusan kedua ini adalah para pemuka yang lebih terhormat. Mereka juga datang dengan upah yang lebih besar, dan akan mengabulkan apapun permintaan Bileam asalkan ia bersedia untuk mengutuk bangsa Israel. Tapi, sekali lagi, Bileam meminta para utusan ini menginap, karena ia akan meminta petunjuk Tuhan.

Jika yang pertama kali Tuhan menolak, namun untuk utusan yang kedua ini, Tuhan mengijinkan Bileam untuk pergi, tapi dengan pesan ia hanya boleh melakukan apa yang di firmankan Tuhan kepadanya.

Pagi harinya Bileam bangun dan mempersiapkan keledainya untuk pergi bersama para pemuka Moab. Tetapi, Tuhan menjadi murka dan mengirimkan Malaikatnya untuk menghadang Bileam.
Kalau anda perhatikan, ada sesuatu yang janggal dari kejadian ini. Mengapa Tuhan murka, bukankah Tuhan mengijinkan Bileam untuk pergi? Kalau sudah mengijinkan untuk pergi, mengapa Ia harus murka? Rasanya tidak adil bukan? Jika memang Tuhan mengijinkan, seharusnya Tuhan tidak murka ketika Bileam pergi.

Saya ulang sedikit. Ketika Balak mengirimkan utusan pertama kali, Bileam bertanya kepada Tuhan, dan Tuhan melarang Bileam pergi dengan utusan tersebut. Bileam menuruti Tuhan. Ketika datang utusan kedua, Bileam kembali bertanya kepada Tuhan, dan kali ini Tuhan mengijinkannya untuk pergi bersama utusan tersebut. Lalu, mengapa Tuhan murka ketika Bileam pergi bersama mereka?

Coba anda baca kisah ini di Bilangan pasal 22 sekali lagi. Perhatikan, utusan yang pertama dan utusan yang kedua menyampaikan pesan yang sama kepada Bileam. Bileam meminta mereka menginap agar ia bisa bertanya terlebih dahulu kepada Tuhan. Apa yang salah?

Coba anda perhatikan, Bileam menunjukkan dirinya bukanlah seorang yang tidak mengenal Tuhan. Ia mengenal Tuhan, bahkan terlihat sangat Rohani. Sebelum menerima permintaan Balak, ia selalu meminta petunjuk Tuhan. Bahkan Tuhanpun mau berfirman kepadanya. Lalu, dimana salahnya?

Di sini jawabannya. Ketika pertama kali utusan datang dan menyampaikan pesan raja Balak untuk mengutuk bangsa Israel, Bileam bertanya kepada Tuhan, dan Tuhan memberikan jawaban kepada Bileam. Lalu utusan kedua datang yang juga menyampaikan pesan yang sama kepada Bileam, hanya saja kali ini mereka membawa upah yang jauh lebih besar. Bileam dengan tampak Rohani sekali seolah menolak “upah yang besar itu” dan lebih taat kepada Tuhan, sehingga ia mengatakan akan bertanya “lagi” kepada Tuhan.

Apakah anda perhatikan? Utusan pertama dan utusan kedua datang dengan pesan yang sama. Saat utusan pertama datang, Tuhan sudah memberikan jawabannya bahwa Ia melarang Bileam untuk ikut dengan mereka. Lalu utusan kedua datang dengan pesan yang sama. BUKANKAH seharusnya Bileam sudah tahu jawabanya, tanpa harus bertanya lagi kepada Tuhan? Lalu, mengapa Bileam bertanya lagi kepada Tuhan?

Inilah liciknya seorang Bileam. Ia seolah ingin menunjukkan diri seorang yang rohani dan taat kepada Tuhan. Padahal, Bileam melihat celah dan tergiur dengan tawaran utusan kedua yang membawa upah lebih besar. Ia bertanya kembali kepada Tuhan, bukan untuk mencari kehendak Tuhan, melainkan ingin mendapatkan konfirmasi Tuhan bahwa ia bisa diijinkan ikut dengan mereka, karena upah yang sangat besar.

Inilah salah satu ciri sindrom Bileam. Tujuan utama orang-orang yang disebut dengan Sindrom Bileam ini adalah mengharapkan upah yang besar (uang). Mereka tampil dengan sangat rohani, seolah sebagai orang yang taat kepada Tuhan, padahal sebenarnya mereka memanipulasi kerohanian mereka, dan sesungguhnya mereka tidak suka dengan kebenaran, tapi tampak seperti mencintai kebenaran.

Pertanyaan Bileam kepada Tuhan yang kedua kalinya di jawab oleh Tuhan dengan mengijinkan Bileam pergi adalah bukan benar-benar “mengijinkannya” pergi, melainkan “membiarkan” Bileam pergi, karena sebenarnya Bileam sudah tahu bahwa Tuhan melarangnya. Itu sebabnya juga Tuhan menjadi Murka.

Tuhan murka dengan mengirimkan Malaikatnya untuk mencegah Bileam. Keledai Bileam melihat Malaikat yang menghadang dengan pedang terhunus, sedangkan Bileam tidak bisa melihatnya. Keledai ini mengindari Malaikat tersebut. Kejadian ini terjadi 3 kali, hingga Bileam kesal dan memukul keledainya. Disinilah Tuhan membuat keledai Bileam bisa berbicara, dan akhirnya Bileam juga bisa melihat Malaikat yang menghadangnya.

Bileam pada akhirnya memang tidak mengutuk bangsa Israel, melainkan memberkatinya, karena memang Tuhan yang mengontrol perkataannya. Tapi dengan licik, Bileam memanipulasi dan mengajarkan raja Balak bagaimana caranya menghancurkan bangsa Israel, yaitu dengan cara menyesatkan mereka dalam perzinahan dan penyembahan berhala, yang pada akhirnya mengakibatkan Tuhan murka dan membinasakan 24 ribu orang bangsa Israel.

Ituah sebabnya di dalam perjanjian baru, Bileam disebutkan sebagai seorang yang suka menerima upah untuk melakukan yang jahat dan menyesatkan bangsa Israel. Inilah yang disebut dengan Sindrom Bileam.

Di dalam Gereja, seringkali ada orang-orang yang tampak sangat rohani. Mereka seolah begitu taat kepada Tuhan, namun sesungguhnya mereka adalah para penyesat.

Ciri-ciri Guru Palsu

Para Penyesat atau guru-guru palsu di dalam kekristenan / Gereja, adalah mereka yang cenderung memiliki ciri-ciri atau gejala seperti Bileam, itu sebabnya orang-orang seperti ini disebut mengalami sindrom Bileam. Ciri-ciri ini diantaranya ;
  • 1.       Menggabungkan pengajaran Tuhan dengan okultisme. Mereka seperti tampil dengan rohani dan taat kepada Tuhan, padahal sesungguhnya mereka sedang menyesatkan.

  • 2.       Suka dengan upah (uang). Para pengajar sesat ini umumnya mengharapkan suatu imbalan atas berkat yang mereka berikan.

  • 3.       Mereka sebenarnya tidak suka dengan kebenaran, mereka memanipulasi kerohanian mereka dan para pengikutnya.

Bileam pada akhirnya mendapat hukuman Tuhan dengan mati terbunuh dengan pedang oleh orang Israel. (Yosua 13:22). Ini adalah hukuman Tuhan bagi seorang petenung. (Ul 18:10).

Jangan mudah terpesona dengan para pengajar yang memiliki Karisma, bahkan memiliki “kuasa”. Mereka tampil dengan rohani sekali seperti Bileam yang tampak begitu taat kepada Tuhan, namun dalam pengajarannya seringkali menyisipkan ajaran lain yang berada di luar Alkitab. Mereka bisa mengutip ayat-ayat untuk menunjukkan bahwa ajaran mereka sesuai dengan Alkitab, namun mereka sebenarnya tidak suka kebenaran. Umumnya mereka lebih cenderung mengarahkan kepada “uang” dan mudah tergiur dengan hal-hal materi, meskipun diungkapkan dengan cara yang terkesan rohani.

Para penyesat di dalam Gereja umumnya memiliki pembelaan atas perbuatan mereka. Mereka biasanya merespon dengan beberapa hal berikut :
  • 1.    Yang penting adalah persatuan/persekutuan, bukan kebenaran.
Seringkali para penyesat ini lebih mementingkan sebuah persekutuan yang akrab dibandingkan kebenaran. Itu sebabnya banyak orang akan mudah tergiur jika hadir dalam persekutuan mereka.


  • 2.       Mereka memiliki banyak pengikut (jemaat) dan memiliki kuasa. Itu adalah bukti bahwa mereka diurapi Tuhan.
Memiliki jumlah pengikut yang banyak seringkali dijadikan ukuran oleh mereka bahwa Tuhan memberkati dan menunjukkan ajaran mereka benar. Selain itu, memiliki “kuasa” juga menjadi andalan bagi para penyesat ini. Para pengikutnya seringkali dibuat kagum oleh “kuasa-kuasa” ini dan menganggap ini adalah bukti bahwa Tuhan mengurapi mereka.

  • 3.       Memiliki tafsiran sendiri yang sifatnya subjektifitas
Mereka cenderung menafsirkan Alkitab sesuai dengan keinginannya sendiri. Alkitab harus mendukung ajaran mereka, bukan ajaran mereka yang mengikuti Alkitab. Inilah yang disebut dengan memanipulasi ayat-ayat Alkitab.

  • 4.       Menganggap bahwa Doktrin tidak penting.
Seringkali para penyesat ini menganggap Doktrin tidaklah penting, yang terpenting adalah Kasih dan persekutuan. Padahal Doktrin sangatlah penting di dalam iman Kristen, karena doktrin adalah pengajaran. Doktrin yang benar akan membawa pengajaran yang benar.

  • 5.       Kalau tidak menerima mereka sebagai orang yang diurapi (nabi/rasul) maka anda akan dianggap menghujat roh Kudus.
Ini salah satu cara mereka untuk membela diri, mereka bahkan kadang merasa diangkat sebagai nabi atau rasul dan memaksa anda untuk percaya kepada mereka, jika tidak, maka anda akan di anggap menghujat Roh Kudus.

  • 6.       Anda tidak berhak mempertanyakan pengajaran mereka kecuali diijinkan oleh mereka.
Jika anda mempertanyakan ajaran mereka, anda akan dianggap sesat dan tidak berhikmat. Anda hanya bisa memberikan pertanyaan sesuai dengan keinginan mereka.

  • 7.       Anda harus tunduk pada otoritas rohani (tunduk kepada mereka).
Anda harus tunduk kepada mereka, meskipun ini seringkali dilakukan secara terselubung, namun jika anda di anggap tidak tunduk kepada mereka, mereka akan mengangggap anda sesat, menolak kebenaran, belum dipenuhi Roh Kudus, dll.

Menghadapi para penyesat/guru-guru palsu dengan Sindrom Bileam tidaklah mudah. Seringkali kita sebagai orang awam pernah tertipu dan terperosok ke dalam ajaran mereka dan menganggap apa yang mereka ajarkan adalah kebenaran. Namun saya percaya dengan salah satu perkataan Yesus “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Matius 5:9).

Ujilah motivasi anda ketika mengikuti sebuah pengajaran, apakah benar untuk mendapatkan Kebenaran atau untuk memuaskan diri. Jika itu untuk mendapatkan kebenaran, dan anda sungguh-sungguh mencari kebenaran, maka anda akan dipuaskan oleh kebenaran. Tapi jika itu untuk kepuasan diri anda sendiri, merasakan kenyamanan, maka anda akan mudah disesatkan oleh para pengajar palsu itu.


Tulisan ini disarikan dari Reformed Christian Studies yang dibawakan oleh Pdt. Thomy Matakupan di GRII Buaran dengan tema The Balaam Syndrome (Guru Palsu di dalam Gereja) tanggal 28 Juli 2017.

Comments

Unknown said…
Aseli keren nih pemikiran2nya Om judyhusin!!
Bener2 bikin kita jadi lebih cerdas dan jeli!!
Salam kenal om judy
Judy Husin said…
@brader Jocky
Thanks bro, tapi tulisan ini bukan pemikiran saya, saya hanya merangkumnya dari kegiatan Pendalaman Alkitab di Gereja saya.