Skip to main content

Renungan Natal 2017

Membayangkan seorang Raja Semesta Alam, yang punya rencana ribuan tahun hanya untuk suatu hari turun ke bumi, menjadi mahluk yang begitu kecil bagaikan setitik debu dibandingkan dengan Semesta yang disebut dengan nama manusia. Mengapa Ia yang dalam kemuliaanNya sampai bisa berpikir sejauh itu? Apakah tidak berlebihan untuk hadir disini? Sebesar apakah rasa cinta-Nya sehingga rela mengorbankan tahta yang Agung itu untuk hadir menjadi debu.

Anggap saja tidak apa-apa-lah Dia turun ke bumi menjadi manusia demi untuk mengajarkan Kasih dan memperkenalkan Kerajaan-Nya yang kekal, serta membawa manusia yang Ia pilih sendiri untuk tinggal bersamaNya dalam kekekalan. Tapi, bukankah akan jauh lebih mudah jika Ia pun hadir dalam sebuah kerajaan di bumi ini? Tidak sulit dan tidak repot untuk mengajak banyak orang percaya kepada-Nya karena Ia punya kekuasaan.

Tapi ini kok aneh??? Dia malah datang di tempat yang sangat tidak pantas untuk diri-Nya. Ia lebih memilih palungan, padahal Dia sangat bisa untuk hadir di kerajaan yang megah. Palungan, kata orang itu tempat makan ternak. Biasanya berada di kandang binatang. Kandang domba tepatnya, tempat ia pertama kali mengirup udara bumi sebagai bayi kecil yang tidak berdaya. Kandangnya juga pasti tidak harum bunga, melainkan harum keringat domba.

Palungan gitu loh...! Kenapa palungan? Kalau tidak mau di kerajaan, ya setidaknya di tempat yang lebih layak dikitlah, di rumah saudagar kaya atau pejabat, setidaknya masih lebih mendingan. Tapi ini, Palungan..??? Ada gitu ya, Raja yang dalam bayangan kita begitu Agungnya, biasa dengan segala keindahan dan kemewahan, yang sekali bicara semua kata-katanya akan terlaksana, tiba-tiba, jreng..!! nyemplung ke tempat yang sama sekali Dia menjadi tidak berdaya. Pusing kepala ane mikirinnya.

Apa Dia punya Kasih yang sudah terlalu berlebihan, sampai-sampai Dia berpikir “Gue mau tunjukkin nih, Gue itu sayang banget sama manusia, bener-bener cinte, makenye Gue mau datang ke dalam palungan, biar manusia pada sadar, kalo Gue ini bener-bener rela, supaya mereka juga bisa terima Gue..”

Gak segitunya kaleee... Sombong sekali Dia kalau begitu... Dari perjalanan hidup-Nya yang gue tau, Dia tidak sombong dan sangat rendah hati. Dia menerima keberadaanNya sebagai manusia, jadi, ngga mungkin Dia berpikir seperti itu. Tapi masih tetap ada pertanyaan di hati, kenapa Raja itu mau hadir dalam palungan?

Ketika Ia bisa tetap menyisipkan kemuliaanNya dengan hadir dalam kerajaan di bumi, ketika ia tetap bisa menyisipkan kekayaanNya dengan hadir dalam keluarga saudagar atau pejabat, mengapa Ia lebih keluarga seorang tukang kayu dan akhirnya hanya bisa lahir di palungan?

Palungan, Sebab Ia Peduli


Sudah sering kita dengar cerita-cerita Natal tentang Yesus yang lahir di palungan. Cerita kelahiran Yesus sudah bukan cerita baru lagi. Setiap Natal tiba, kita terbiasa melihat gambar-gambar bayi mungil Yesus terbaring di palungan, Maria dan Yusuf di sampingnya, serta hewan-hewan ternak di sekitarnya. Ada juga gambar tiga orang Majus dan para gembala. Bukan hanya gambar, bahkan mimbar-mimbar Gereja sering di hias dengan bentuk-bentuk yang menggambarkan kelahiran Yesus di palungan.

Kita sudah terlalu terbiasa, sehingga tidak lagi merasa luar biasa tentang kehadiran Yesus di bumi ini. Kita bosan mendengar kotbah-kotbah Natal yang hanya itu-itu saja isinya. Bahkan ada yang mengatakan sudah 10 tahun berturut-turut mendengar kotbah Natal yang sama, sudah bosan. “Yesus lahir di kota Betlehem di kandang domba. Ia datang untuk menyelamatkan umatnya. Berita kelahiranNya sudah di nubuatkan ribuan tahun, para gembala yang pertama mendengar kabar sukacita, 3 orang Majus datang mengujunginya, Ia akan mati di kayu salib demi menebus dosa manusia dan bangkit. Puji Tuhan!, kita memiliki Tuhan yang hidup.” Cerita Natal kurang lebih intinya seperti itu bukan. Apakah anda termasuk orang yang bosan mendengar kisah kelahiran Yesus?

Pernahkah anda sejenak merenung, memikirkan kelahiran-Nya? Mengapa Ia sampai rela lahir di palungan? Raja yang begitu besar, rela hadir melalui palungan.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)

Kasih-kah yang membuat Yesus rela lahir di palungan? Kasih-kah yang membuatnya memilih keluarga tukang kayu? Kasih-kah yang membuatnya rela hadir di tempat yang begitu hina?

Kasih yang besar kepada manusia membuatnya rela turun ke dalam dunia. Tapi kepeduliannya dan betapa berharganya manusia di mata-Nya, yang membuat Ia rela hadir di palungan.

Saya sulit memahami ketika memikirkan peristiwa kelahiran Yesus ke dalam dunia. Saya selalu melihat ada hal yang sangat berharga dari peristiwa kelahiran Yesus. Hal yang tidak mudah untuk saya pahami, tapi selalu memberikan kekaguman akan keagungan kehadiran-Nya di bumi ini.

Jika anda bosan mendengar cerita kelahiran Yesus, mungkin itu karena anda mulai meremehkan kehadiran-Nya. Kalau anda bosan, mungkin itu karena anda berharap kehadiran-Nya memuaskan keinginan anda, membuat anda merasa bahagia, gembira, tersenyum dan tertawa.

Kehadiran Yesus bukan sekedar tentang Kasih-Nya, tapi kepedulian-Nya dan betapa berharganya kita dimata-Nya. Itu sebabnya Ia tidak hadir di kerajaan yang megah, Ia tidak hadir di keluarga kaya dan pejabat. Kerajaan, kedudukan, kekayaan, tidak akan memberikan kebebasan kepada-Nya untuk menunjukkan kepedulian-Nya, meskipun Ia bisa melakukannya.

Ia hadir dalam palungan, karena manusia yang dianggap paling hina oleh sesamanya adalah berharga dimata-Nya. Ia peduli dengan manusia yang direndahkan, yang di buang oleh orang-orang di sekitarnya. Ia peduli, itu sebabnya Ia hadir di palungan, karena palunganlah yang menunjukkan kepedulian-Nya yang terbesar kepada manusia. Ia hadir di palungan agar kita sadar, bahwa Ia ada di dekat kita dan Ia tidak pernah meninggalkan apalagi melupakan kita. Palungan adalah tempat dimana Ia mau turut merasakan penderitaan manusia. Meskipun dunia ini menganggap kita hina, namun Yesus selalu melihat kita berharga dimata-Nya. Raja Semesta Alam itu memang harus hadir di Palungan.

Selamat Natal, Janganlah merasa bosan mendengar kisah Natal, karena Natal adalah bukti betapa berharganya anda dimata-Nya. Mari kita hadir dalam ibadah Natal dengan sukacita, karena Ia tidak pernah meninggalkan apalagi melupakan kita.

Comments