Membayangkan seorang Raja Semesta Alam,
yang punya rencana ribuan tahun hanya untuk suatu hari turun ke bumi,
menjadi mahluk yang begitu kecil bagaikan setitik debu dibandingkan
dengan Semesta yang disebut dengan nama manusia. Mengapa Ia yang
dalam kemuliaanNya sampai bisa berpikir sejauh itu? Apakah tidak
berlebihan untuk hadir disini? Sebesar apakah rasa cinta-Nya sehingga
rela mengorbankan tahta yang Agung itu untuk hadir menjadi debu.
Anggap saja tidak apa-apa-lah Dia turun
ke bumi menjadi manusia demi untuk mengajarkan Kasih dan
memperkenalkan Kerajaan-Nya yang kekal, serta membawa manusia yang Ia
pilih sendiri untuk tinggal bersamaNya dalam kekekalan. Tapi,
bukankah akan jauh lebih mudah jika Ia pun hadir dalam sebuah
kerajaan di bumi ini? Tidak sulit dan tidak repot untuk mengajak
banyak orang percaya kepada-Nya karena Ia punya kekuasaan.
Tapi ini kok aneh??? Dia malah datang
di tempat yang sangat tidak pantas untuk diri-Nya. Ia lebih memilih
palungan, padahal Dia sangat bisa untuk hadir di kerajaan yang megah.
Palungan, kata orang itu tempat makan ternak. Biasanya berada di
kandang binatang. Kandang domba tepatnya, tempat ia pertama kali
mengirup udara bumi sebagai bayi kecil yang tidak berdaya. Kandangnya
juga pasti tidak harum bunga, melainkan harum keringat domba.
Palungan gitu loh...! Kenapa palungan?
Kalau tidak mau di kerajaan, ya setidaknya di tempat yang lebih layak
dikitlah, di rumah saudagar kaya atau pejabat, setidaknya masih lebih
mendingan. Tapi ini, Palungan..??? Ada gitu ya, Raja yang dalam
bayangan kita begitu Agungnya, biasa dengan segala keindahan dan
kemewahan, yang sekali bicara semua kata-katanya akan terlaksana,
tiba-tiba, jreng..!! nyemplung ke tempat yang sama sekali Dia menjadi
tidak berdaya. Pusing kepala ane mikirinnya.
Apa Dia punya Kasih yang sudah terlalu
berlebihan, sampai-sampai Dia berpikir “Gue mau tunjukkin nih, Gue
itu sayang banget sama manusia, bener-bener cinte, makenye Gue mau
datang ke dalam palungan, biar manusia pada sadar, kalo Gue ini
bener-bener rela, supaya mereka juga bisa terima Gue..”
Gak segitunya kaleee... Sombong sekali
Dia kalau begitu... Dari perjalanan hidup-Nya yang gue tau, Dia tidak
sombong dan sangat rendah hati. Dia menerima keberadaanNya sebagai
manusia, jadi, ngga mungkin Dia berpikir seperti itu. Tapi masih
tetap ada pertanyaan di hati, kenapa Raja itu mau hadir dalam
palungan?
Ketika Ia bisa tetap menyisipkan
kemuliaanNya dengan hadir dalam kerajaan di bumi, ketika ia tetap
bisa menyisipkan kekayaanNya dengan hadir dalam keluarga saudagar
atau pejabat, mengapa Ia lebih keluarga seorang tukang kayu dan
akhirnya hanya bisa lahir di palungan?
Palungan, Sebab Ia Peduli
Sudah sering kita dengar cerita-cerita
Natal tentang Yesus yang lahir di palungan. Cerita kelahiran Yesus
sudah bukan cerita baru lagi. Setiap Natal tiba, kita terbiasa
melihat gambar-gambar bayi mungil Yesus terbaring di palungan, Maria
dan Yusuf di sampingnya, serta hewan-hewan ternak di sekitarnya. Ada
juga gambar tiga orang Majus dan para gembala. Bukan hanya gambar,
bahkan mimbar-mimbar Gereja sering di hias dengan bentuk-bentuk yang
menggambarkan kelahiran Yesus di palungan.
Kita sudah terlalu terbiasa, sehingga
tidak lagi merasa luar biasa tentang kehadiran Yesus di bumi ini.
Kita bosan mendengar kotbah-kotbah Natal yang hanya itu-itu saja
isinya. Bahkan ada yang mengatakan sudah 10 tahun berturut-turut
mendengar kotbah Natal yang sama, sudah bosan. “Yesus lahir di kota
Betlehem di kandang domba. Ia datang untuk menyelamatkan umatnya.
Berita kelahiranNya sudah di nubuatkan ribuan tahun, para gembala
yang pertama mendengar kabar sukacita, 3 orang Majus datang
mengujunginya, Ia akan mati di kayu salib demi menebus dosa manusia
dan bangkit. Puji Tuhan!, kita memiliki Tuhan yang hidup.” Cerita
Natal kurang lebih intinya seperti itu bukan. Apakah anda termasuk
orang yang bosan mendengar kisah kelahiran Yesus?
Pernahkah anda sejenak merenung,
memikirkan kelahiran-Nya? Mengapa Ia sampai rela lahir di palungan?
Raja yang begitu besar, rela hadir melalui palungan.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)
Kasih-kah yang membuat Yesus rela lahir
di palungan? Kasih-kah yang membuatnya memilih keluarga tukang kayu?
Kasih-kah yang membuatnya rela hadir di tempat yang begitu hina?
Kasih yang besar kepada manusia
membuatnya rela turun ke dalam dunia. Tapi kepeduliannya dan betapa
berharganya manusia di mata-Nya, yang membuat Ia rela hadir di
palungan.
Saya sulit memahami ketika memikirkan
peristiwa kelahiran Yesus ke dalam dunia. Saya selalu melihat ada hal
yang sangat berharga dari peristiwa kelahiran Yesus. Hal yang tidak
mudah untuk saya pahami, tapi selalu memberikan kekaguman akan
keagungan kehadiran-Nya di bumi ini.
Jika anda bosan mendengar cerita
kelahiran Yesus, mungkin itu karena anda mulai meremehkan
kehadiran-Nya. Kalau anda bosan, mungkin itu karena anda berharap
kehadiran-Nya memuaskan keinginan anda, membuat anda merasa bahagia,
gembira, tersenyum dan tertawa.
Kehadiran Yesus bukan sekedar tentang
Kasih-Nya, tapi kepedulian-Nya dan betapa berharganya kita
dimata-Nya. Itu sebabnya Ia tidak hadir di kerajaan yang megah, Ia
tidak hadir di keluarga kaya dan pejabat. Kerajaan, kedudukan,
kekayaan, tidak akan memberikan kebebasan kepada-Nya untuk
menunjukkan kepedulian-Nya, meskipun Ia bisa melakukannya.
Ia hadir dalam palungan, karena manusia
yang dianggap paling hina oleh sesamanya adalah berharga dimata-Nya.
Ia peduli dengan manusia yang direndahkan, yang di buang oleh
orang-orang di sekitarnya. Ia peduli, itu sebabnya Ia hadir di
palungan, karena palunganlah yang menunjukkan kepedulian-Nya yang
terbesar kepada manusia. Ia hadir di palungan agar kita sadar, bahwa
Ia ada di dekat kita dan Ia tidak pernah meninggalkan apalagi
melupakan kita. Palungan adalah tempat dimana Ia mau turut merasakan
penderitaan manusia. Meskipun dunia ini menganggap kita hina, namun
Yesus selalu melihat kita berharga dimata-Nya. Raja Semesta Alam itu
memang harus hadir di Palungan.
Comments
Post a Comment