Ketika saya berdoa kepada Tuhan meminta
pertolongan-Nya untuk masalah berat yang sedang saya hadapi, tidak
lama kemudian datang seorang teman yang menceritakan masalahnya
kepada saya, dan ia membutuhkan bantuan saya. Masalahnya mirip dengan
yang sedang saya hadapi. Teman saya ini bukan seorang yang percaya
Tuhan. Selama beberapa bulan saya mencoba membantunya lewat nasehat
dan mencarikan solusi. Cukup rumit, karena bukan masalah mudah dan
teman saya juga seorang yang keras kepala, sulit untuk di ubah
mindset-nya. Saya sudah hampir menyerah, dan terakhir saya bicara
agak keras dan kesal. Saya katakan,”saya capek kasih nasehat ke
kamu tapi tidak kamu dengar, sekarang silakan lakukan yang kamu
suka.” Beberapa hari kemudian saya bertemu dia lagi, dan dia
mengatakan masalahnya sudah selesai. Bukan hanya itu saja, ada hal
yang di luar dugaan Tuhan lakukan untuk dia.
Oke, masalah teman saya selesai.
Bagaimana dengan masalah saya? Masalah kami mirip, saya bisa
memberikan nasehat kepada teman saya untuk menyelesaikan masalahnya,
meskipun saya percaya Tuhan-lah yang pada akhirnya menyelesaikan
masalah dia. Masalahnya adalah masalah yang saya hadapi belum
selesai, bahkan semakin berat.
Terkadang begitu mudah untuk kita
memberikan nasehat kepada orang lain tentang masalah yang sedang
dihadapinya, tapi ketika kita sendiri menghadapi masalah yang sama,
mampukah nasehat yang sama yang kita berikan kepada orang lain, kita
terapkan juga untuk diri sendiri? Tidak mudah.
Beberapa kali setiap kali saya berdoa
kepada Tuhan memohon pertolongan-Nya, datang seseorang yang
membutuhkan pertolongan saya untuk masalah yang “mirip”. Itu
sebabnya saya tidak terkejut lagi ketika tiba-tiba teman saya datang
menghampiri saya dan curhat untuk masalah yang “mirip” dengan
masalah saya. Hanya saja, masalah teman saya ini adalah masalah yang
paling besar yang pernah Tuhan ijinkan saya untuk membantunya.
Kadang saya berpikir, tidak adil
rasanya ketika seseorang yang Tuhan ijinkan saya membantunya,
masalahnya selesai, sedangkan masalah saya sendiri tidak selesai.
Tuhan seolah peduli dengan orang ayng saya tolong, tapi tidak peduli
dengan saya yang membutuhkan pertolongan-Nya. Tuhan seolah mau pamer
ke saya bahwa dia bisa menyelesaikan masalah orang lain yang mirip
dengan saya, tapi menunda menyelsaikan masalah saya.
Teman saya, seorang yang tidak percaya
Tuhan, saya mengajaknya ke Gereja saja sulit sekali, tapi Tuhan
menolong dia. Saya seorang yang percaya Tuhan, sampai saya menuliskan
ini seolah Tuhan hanya diam. Diamkah Dia? Saya menangis untuk masalah
yang sedang saya hadapi. Ada rasa kesal, ada rasa marah, ada rasa
kecewa.
Ketika mengingat bagaimana Tuhan
menolong teman saya, tapi saya sendiri seolah dibiarkan, dan Ia hanya
diam untukku, berhak-kah saya untuk iri dan mempertanyakannya kepada
Tuhan?
Tuhan melakukan seturut kehendak-Nya,
Dia berdaulat penuh melakukan kehendak-Nya. Selalu ada pengajaran
Tuhan di balik setiap masalah yang kita hadapi. Tuhan suka mendidik
orang-orang yang percaya kepada-Nya dan yang sungguh-sungguh mau
mengikut Dia.
Tuhan sedang mengajar saya. Tuhan
memperlihatkan bagaimana seorang yang tidak percaya Tuhan, Tuhan
tetap menolong menyelesaikan masalahnya. Lalu apakah Dia mengabaikan
saya. Saya termenung seolah mendengar Tuhan berkata,”Tidakkah kau
lihat, dia yang tidak percaya kepada-Ku tetap Kukasihi, apalagi
Engkau. Aku lebih cepat menolongnya karena ia tidak percaya kepada-Ku
dan Aku menunjukkan Kasih-Ku kepadanya, agar pada waktunya ia akan
datang pada-Ku. Sedangkan engkau, engkau yang mengasihiku, mengapa
engkau kurang percaya kepada-Ku bahwa Aku akan menolongmu pada
waktu-Ku. Aku suka mengajar engkau untuk lebih mengenal siapa Aku”
Dalam airmataku aku berkata,”Tuhan,
Ampunilah aku yang berdosa ini”
Kemuliaan hanya bagi Yesus Kristus,
Tuhan dan Rajaku. Amin
Comments
Bpk berdoa krn Bpk percaya Tuhan kan.
Jangan liat ke lain Pak..
Masalah teman Bpk sekalipun mirip bukanlah alasan Tuhan u/ memberikan solusi.
Bapak ke Tuhan kan minta tolongnya..jadi tetap liat ke Tuhan Pak
Post a Comment