Skip to main content

Bayi Titipan Tuhan (Sebuah Renungan)

Pagi hari, saat baru tiba di kantor dan belum memulai aktivitas, saya mengecek email. Ada sebuah email dari seorang rekan dengan subject : “Bayi di tanam hidup-hidup tapi masih hidup”. Sesaat saya kira email ini isinya becanda, karena teman saya memang sering mengirimkan email-email yang lucu.

Tapi begitu saya buka isinya, ternyata ini sungguhan. Sebuah ulasan singkat diberitahukan dan dilengkapi dengan gambar-gambar penemuan bayi yang terkubur dalam tanah dan hanya sedikit bagian rambutnya saja yang terlihat pada lubang seperti bekas galian.

Luar biasa memang, bayi tersebut dinyatakan sudah terkubur selama 24 jam namun masih hidup dan akhirnya diselamatkan oleh regu penyelamat. Setelah dibersihkan terlihat hanya ada sedikit luka di tubuh bayi itu.

Saya kagum dengan pemeliharaan Tuhan atas bayi tersebut. Tetapi yang menjadi pemikiran saya adalah, teganya seorang ibu menguburkan bayinya sendiri tanpa rasa belas kasihan. Entah apa yang ada di dalam pikiran ibu yang melahirkannya. Akhir-akhir ini kita memang sering menyaksikan di televisi tentang bayi-bayi yang dibuang/dibunuh oleh orangtua kandungnya sendiri. Bermacam memang alasannya, meskipun sebagian besar kembali ke masalah ekonomi.

Kesulitan ekonomi memang telah membuka banyak peluang terjadinya bermacam tindak kejahatan. Tetapi mengorbankan seorang bayi yang tidak bersalah sungguh ironis sekali. Bayi-bayi yang dilahirkan ke dunia ini merupakan suatu anugerah Tuhan yang seharusnya kita pelihara dan kita jaga sampai bayi tersebut tumbuh dewasa dan sanggup untuk hidup mandiri. Tidak ada alasan yang tepat untuk memperlakukan bayi dengan cara-cara yang tidak manusiawi.

Saya akan lebih setuju jikalau memang tidak mampu untuk merawat bayi tersebut, serahkan saja ke orang-orang yang sekiranya mampu merawat dan mendidik atau ke panti asuhan. Jangan memperlakukan bayi yang belum mampu berbuat kesalahan dengan menghukumnya secara tidak manusiawi. Tuhan pasti memiliki rencana yang indah ketika Ia menghadirkan seorang bayi dalam sebuah keluarga, terlepas dari apapun permasalahannya.

Di sisi lain, masih banyak pasangan suami istri yang terus mengharapkan kehadiran seorang anak, namun hingga kini belum diberikan oleh Tuhan. Ini sebuah ironi lagi. Orang-orang/keluarga yang belum/tidak mengharapkan kehadiran anak dalam kehidupannya diberikan oleh Tuhan, tetapi mereka yang terus berharap, Tuhan masih menunda untuk memberikannya.

Sesaat jika saya pikir, apakah ini tidak salah? Apakah Tuhan tidak bisa melihat kerinduan sebuah keluarga yang ingin memiliki anak, tetapi justru yang diberikan keluarga yang tidak/belum menginginkan anak, yang akibatnya bayi-bayi yang beru dilahirkan ditelantarkan begitu saja.

Tetapi itulah keagungan Tuhan yang tidak dapat kita mengerti sepenuhnya. Saya percaya Tuhan punya rencana yang indah bagi setiap keluarga, baik yang diberikan anak ataupun tidak atau yang masih di tunda oleh Tuhan hingga saat ini. Pada waktu yang tepat Tuhan akan memberikan anak-anak dan menyerahkan tanggung jawab kepada kita sebagai sebuah keluarga untuk memeliharanya.

Anak yang telah Tuhan berikan, janganlah disakiti, karena mungkin suatu saat ia akan menjadi penerus yang akan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Rawat dan didiklah dengan baik sebagai orang tua dan teruslah berharap kepadaNya. Tuhan yang memberikan, Tuhanpun tidak akan lepas tangan begitu saja atas apa yang sudah dikerjakanNya. Jangan takut menghadapi masa depan bersama anak-anak yang Tuhan titipkan, karena Yesus Kristus telah memberikan damai sejahtera bagi kita.

Comments