Skip to main content

Coblos Siapa Ya?

Sumber Gambar : http://www.pemilu.com
Hari ini 7 April 2014, dua hari lagi tepatnya tanggal 9 April 2014 merupakan waktunya pencoblosan calon anggota legislatif. Meskipun tanggal 9 April nanti merupakan pemilihan caleg, tapi tampaknya dan memang sejak dimulainya pemilihan secara langsung, yang sibuk adalah calon-calon presiden dari masing-masing partai. Ini yang aneh menurut saya, karena seharusnya yang diperkenalkan oleh masing-masing partai adalah calon-calon anggota legislatif-nya, bukan calon presidennya. Akibatnya, bahkan sampai saya menuliskan artikel ini, saya tidak tahu satupun calon anggota legislatif dari masing-masing partai termasuk kinerjanya. Meskipun saya bisa melihat CV dari masing-masing anggota caleg di website KPU, namun saya belum tertarik untuk melihatnya.

Namun demikian, seru juga pada saat saya membaca dan menonton berita persaingan, kampanye, sindiran, janji-janji para calon presiden. Meskipun ada 12 partai nasional dan 3 partai lokal yang ikut pemilu, saya tidak memperhatikan semuanya. Saya lebih suka melirik yang lebih populer saat ini yaitu partai Gerindra, Hanura, dan PDIP.

Gerindra adalah fenomena yang paling menarik. Kekecewaan Prabowo Subianto karena Megawati dianggap melanggar kesepakatan Batu Tulis, khususnya poin ke 7, merupakan berita yang mungkin paling sering muncul. Kritikan Prabowo lewat puisi atau pantun memang jelas ditujukan kepada calon presiden dari PDIP yaitu Jokowi, meskipun Prabowo maupun Gerindra tidak mengakuinya dengan terus terang.

Jauh sebelum dimulainya kampanye partai, saya cukup tertarik untuk memilih Prabowo sebagai Presiden, dan saat itu mungkin merupakan satu-satunya calon yang menurut saya layak memimpin Indonesia, jika dibandingkan dengan calon-calon Presiden dari partai lain.

Prabowo, karena kecewa dengan perjanjian batu tulis, dia sibuk menyindir Jokowi dan Megawati. Sayangnya ini justru hal paling utama yang mengubah pikiran saya untuk memilih Prabowo. Hanya karena terlalu menuntut Megawati untuk menjalankan perjanjian Batu Tulis pada poin ke 7 yaitu “Megawati mendukung pencalonan Prabowo sebagai presiden pada pemilu 2014”, Prabowo lupa menunjukkan dirinya dan kemampuannya sebagai pemimpin dan ini menurunkan penilaian saya terhadap Prabowo.

Saya menjadi tidak tertarik lagi. Mengapa sebagai seorang calon Presiden, seolah Prabowo begitu ketakutan tidak akan terpilih menjadi presiden jika tidak didukung seorang Megawati? Apa hebatnya Megawati? Sibuk menuntut dan melupakan kemampuan dirinya sendiri, hanya menunjukkan Prabowo bukanlah seorang pemimpin yang baik. Saya tidak percaya Prabowo dapat memimpin bangsa Indonesia ini dengan baik. Sindirannya terhadap Jokowi melalui puisi, tapi tidak diakuinya juga menunjukkan sikap pengecutnya Prabowo. Ketika saya menonton di televisi wawancara anggota Gerindra, PDIP, dan pengamat politik (saya lupa nama orang-orangnya). Anggota Gerindra mengatakan bahwa puisi yang dibuat itu bersifat “normatif”, yang berarti bisa berlaku untuk siapa saja. Mohon maaf, menggunakan kata-kata politik (normatif) yang tidak dimengerti banyak orang dan menganggap bisa berlaku untuk siapa saja, menunjukkan partai Gerindra lebih suka “lempar batu sembunyi tangan” alias tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Kalau Prabowo memiliki sifat seperti ini, apa jadinya negara ini?

Megawati, awalnya saya mengira dia akan mencalonkan diri sebagai Presiden dari partai PDIP. Cukup mengejutkan juga buat saya ternyata Jokowi yang dicalonkan. Banyak orang yang memuji tindakan Megawati seperti ini.

Jika Megawati mencalonkan diri sebagai presiden, bisa dipastikan saya kemungkinan akan memilih Prabowo (ini sebelum Prabowo sibuk menyindir Megawati). Tapi untungnya Megawati juga sadar diri, bahwa rakyat tidak menginginkan dirinya menjadi presiden, itu sebabnya dia meng-amanat-kan kepada Jokowi. Ada yang mengatakan tindakan ini adalah karena Megawati mengerti kehendak rakyat Indonesia, dan rela dituduh oleh Prabowo melanggar perjanjian demi melaksanakan kehendak rakyat.

Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran Megawati, tapi saya tidak begitu yakin bahwa alasan di atas benar-benar pemikirannya Megawati. Ketika Gusdur menjadi Presiden dan Megawati menjadi Wakil Presiden, saya cukup kagum dengan sosok Megawati. Tapi sayangnya hal ini rontok seketika ketika saya melihat di televisi Megawati menduduki kursi Presiden (kalau tidak salah di gedung MPR) pada saat Gusdur lengser, padahal saat itu Megawati belum diberikan amanat menggantikan Gusdur sebagai Presiden. Megawati adalah seorang pemimpin yang sombong, yang terlalu angkuh ingin memiliki kekuasaan. Meskipun saat itu banyak yang memujanya, namun saya sangat kecewa melihatnya.

Selanjutnya, ketika Megawati kalah dalam persaingan dengan SBY pada pemilu Presiden, Megawati tidak berbesar hati menerima kemenangan SBY, bahkan tidak hadir pada saat peralihan pimpinan dari Megawati ke SBY. Saya tahu mereka ada konflik sebelumnya, tapi jadilah seorang kesatria dengan menerima kekalahan dan mengucapkan selamat kepada pemenang. Megawati tidak memiliki sifat kesatria, itu sebabnya saya tidak akan mencoblos Megawati jika dia mencalonkan diri.

Jokowi, kepempinannya sebagai Gubernur DKI, membuat kagum banyak pihak, bahkan seluruh Indonesia seolah begitu terpesona dengan gaya kepemimpinan Jokowi, seorang yang jujur dan sederhana serta semangatnya turun langsung ke warga DKI untuk mengatasi masalah membuat Jokowi menjadi begitu cepat populer. Itu sebabnya tidak salah memang jika Jokowi dicalonkan sebagai Presiden, kemungkinannya untuk menang sangat besar.

Tapi tunggu dulu, saya mengagumi Jokowi, namun tidak memujanya. Sekalipun Jokowi adalah seorang pemimpin yang baik, tapi ia adalah seorang yang sangat taat pada pimpinan partai yang mengusungnya, yaitu Megawati. Perkataan Prabowo tentang pemimpin boneka menurut saya ada benarnya dan sangat cocok ditujukan kepada Jokowi. Entah mengapa, meskipun saya melihat Jokowi adalah pemimpin yang baik, namun ketaatannya pada Megawati membuat saya sedikit kuatir akan kepemimpinannya sebagai Presiden jika ia terpilih nanti.

Megawati mencalonkan Jokowi adalah karena ingin menaikkan kembali pamor PDIP. Megawati ingin menduduki kembali pemerintahan di Indonesia. Itu sebabnya ketika ia tahu rakyat menghendaki Jokowi sebagai Presiden, Megawati seolah menjalankan amanat rakyat, padahal mungkin saja ada maksud terselubung dibalik itu. Ini penilaian saya pribadi, karena saya tidak tahu apa yang ada di pikiran Megawati.

Jokowi bisa dikontrol olehnya, itu sebabnya ketika Jokowi terpilih menjadi Presiden, kekuatiran terbesar saya adalah Megawati akan ikut campur secara diam-diam, meskipun ini tidak akan diakuinya. Saya hanya berharap Megawati benar-benar tidak mencampuri kepemimpinan Jokowi dan Jokowi benar-benar menyadari posisinya adalah untuk rakyat, bukan Megawati.

Wiranto, Jendral yang memimpin partai Hanura merupakan calon Presiden dari partai ini bersama dengan Hary Tanoesoedibjo. Partai ini cukup terkenal karena iklan-iklannya yang banyak berkeliaran di stasiun-stasiun televisi pimpinan Hary Tanoesoedibjo. Hanura dikenal sebagai partai paling jujur, belum ada kasus korupsi yang berasal dari partai ini. Saya cukup salut, namun demikian, saya juga berpikir, mungkin ini karena kursi Hanura masih sedikit alias belum terlalu banyak anggota Hanura yang menduduki kursi pemerintahannya, tapi semoga saja dugaan saya salah.

Wiranto adalah pemimpin yang kelihatan kalem-kalem saja, meskipun kasus kerusuhan Mei 98 sempat membawa namanya, namun gaya kepemimpinannya tidak terlalu kelihatan. Saya justru cenderung menilainya sebagai seorang pemimpin yang lemah. Saya tidak tahu dengan pasti apakah Wiranto akan mampu memimpin Indonesia jika ia terpilih. Semoga partainya yang terkenal sebagai partai bebas korupsi benar-benar terbukti.

Untuk partai-partai lainnya, saya belum mau menuliskannya, karena menurut saya calon-calon dari partai-partai tersebut sangat jauh dari pantas untuk menjadi Presiden dan tidak ada yang terlalu menarik perhatian saya.

Ini hanya sekedar ungkapan unek-unek di kepala saya tanpa ada maksud apapun. Apapun dan siapapun itu tetaplah memilih dan jangan Golput. Jika anda tidak bisa memilih yang terbaik, setidaknya anda bisa mencegah agar orang-orang yang lebih tidak layak, tidak memimpin negara ini.

Orang-orang yang Golput merasa diri lebih baik karena tidak memilih calon yang “rusak”, padahal dengan mereka tidak memilih, mereka akan memberikan kesempatan kepada calon-calon perusak bangsa untuk lebih merajalela. Orang-orang Golput justru orang-orang yang mendukung penghancuran negara ini.

Comments