Skip to main content

Lelah Kuikut Tuhan

Seandainya aku tidak merindukan Kebenaran-Mu, seandainya aku tidak memohon kepada-Mu untuk mengajarkan Kebenaran kepadaku, seandainya aku cukup hanya dengan sukacita dari-Mu tanpa tahu pengorbanan-Mu, seandainya aku cukup hanya memuji nama-Mu tanpa tahu yang Kau kehendaki dariku, seandainya didikan-Mu tidak sampai sedalam dan sejauh ini. Tentunya hidupku akan lebih tenang dan bahagia,” Begitu kata pikiranku.

Siapakah aku yang ketika berlutut dengan bercucuran airmata dihadapan-Mu, yang tertunduk memohon belas kasihan-Mu, yang berharap aku bisa menjadi murid-Mu, yang sungguh-sungguh ingin menemukan Kebenaran-Mu, lalu Engkau-pun mendengarkan dan menjawab Aku.

Ketika Engkau membongkar kesalahanku, ketika Engkau mendobrak kekerasan hatiku, ketika Engkau tetap tersenyum penuh Kasih padaku di saat aku memandang sinis kepada-Mu. Oh Tuhan..., mengapa Engkau mengasihi aku?

Lalu, apakah yang harus kubanggakan dari diriku, sehingga aku menyombongkan diri? Apakah kehebatanku sehingga aku harus menyatakan kebenaran-Mu di hadapan mereka? Lututku gemetar ketika bibirku harus berkata-kata tentang Firman-Mu. Dan aku menangis ketika kututup mulut ini hanya karena takutku.

Lalu mengapa, tidak Kau biarkan aku dalam damaiku, tidak Kau biarkan aku dalam tenangku? Mengapa justru Kau biarkan aku terus mencari-Mu, mencari setiap titik Kebenaran-Mu dalam kerinduanku.

Tetapi mengapa? Ketika semakin kukenal Engkau, aku menjadi terasing, semakin kurindukan Engkau, Kau tempatkan aku di dalam lembah. Dunia menghimpitku, memaksaku menerima yang bukan diri-Mu, membangkitkan amarah dalam diriku. Lalu mereka memfitnahku dengan senyumannya.

Bukankah mereka juga menyebut Engkau Tuhan? Bukankah mereka juga memuji nama-Mu? Bukankah mereka juga taat kepada-Mu? Tapi mengapa hatiku menolak mereka! Oh Tuhan, godaan untuk memuji dan menyebut nama-Mu begitu besar. Seolah damai itu mereka tawarkan, seolah sukacita itu mereka hadirkan. Sementara, aku mengeraskan hatiku.

Mereka tidak membenciku, tapi terus menggodaku. Tuhan, kalau mereka memuji-Mu, kalau mereka mengagungkan nama-Mu, kalau mereka begitu taat kepada-Mu, Mengapa hatiku harus menolak mereka? Lalu mereka menerkam sebagian dari tubuhku, mencabik-cabik dengan rasa damai surgawi. Aku kesakitan, namun menenangkan tubuhku yang penuh luka.

Oh Tuhan, seandainya saja aku tidak perlu melangkah sejauh ini, seandainya saja aku tidak harus tenggelam sedalam ini, mungkin aku akan terus bersukacita, mungkin aku akan terus merasa damai sejahtera. Lelah aku mengikut-Mu Tuhan. Karena ketika aku ingin memberontak terhadap Engkau, hatiku terus berada dalam genggaman-Mu. Oh Tuhan, jangan lepaskan aku!

Mereka menawarkan kedamaian, haruskah aku tunduk pada mereka? Bukankah nama-Mu juga yang mereka bawa? Agar tenang hatiku dan hilang gelisahku, Tuhan, haruskah aku membiarkan diriku di damaikan dan ditenangkan mereka?

Tuhan, lelah aku mengikut-Mu, karena aku telah kehilangan segalanya. Hanya Engkau yang kumiliki. Jangan Engkau-pun menarik diri-Mu dan meninggalkan aku, karena aku akan binasa. Tuhan, tolonglah aku tetap mengikutmu dan hapuskanlah airmataku. Biarlah tetap aku sadar, Yesus, Engkaulah Tuhan dan Rajaku.

Comments

Tua dipinggiran said…
Hmmm................. Rona 12:12
Judy Husin said…
@Mbah jonoto, hallo mbah, maaf lama ga bales. Bingung mbah baca tulisan saya yang satu ini hehehehe..., tapi ini memang ungkapan dari dalam hati.