Seandainya aku tidak merindukan
Kebenaran-Mu, seandainya aku tidak memohon kepada-Mu untuk
mengajarkan Kebenaran kepadaku, seandainya aku cukup hanya dengan
sukacita dari-Mu tanpa tahu pengorbanan-Mu, seandainya aku cukup
hanya memuji nama-Mu tanpa tahu yang Kau kehendaki dariku, seandainya
didikan-Mu tidak sampai sedalam dan sejauh ini. Tentunya hidupku akan
lebih tenang dan bahagia,” Begitu kata pikiranku.
Siapakah aku yang ketika berlutut
dengan bercucuran airmata dihadapan-Mu, yang tertunduk memohon belas
kasihan-Mu, yang berharap aku bisa menjadi murid-Mu, yang
sungguh-sungguh ingin menemukan Kebenaran-Mu, lalu Engkau-pun
mendengarkan dan menjawab Aku.
Ketika Engkau membongkar kesalahanku,
ketika Engkau mendobrak kekerasan hatiku, ketika Engkau tetap
tersenyum penuh Kasih padaku di saat aku memandang sinis kepada-Mu.
Oh Tuhan..., mengapa Engkau mengasihi aku?
Lalu, apakah yang harus kubanggakan
dari diriku, sehingga aku menyombongkan diri? Apakah kehebatanku
sehingga aku harus menyatakan kebenaran-Mu di hadapan mereka? Lututku
gemetar ketika bibirku harus berkata-kata tentang Firman-Mu. Dan aku
menangis ketika kututup mulut ini hanya karena takutku.
Lalu mengapa, tidak Kau biarkan aku
dalam damaiku, tidak Kau biarkan aku dalam tenangku? Mengapa justru
Kau biarkan aku terus mencari-Mu, mencari setiap titik Kebenaran-Mu
dalam kerinduanku.
Tetapi mengapa? Ketika semakin kukenal
Engkau, aku menjadi terasing, semakin kurindukan Engkau, Kau
tempatkan aku di dalam lembah. Dunia menghimpitku, memaksaku menerima
yang bukan diri-Mu, membangkitkan amarah dalam diriku. Lalu mereka
memfitnahku dengan senyumannya.
Bukankah mereka juga menyebut Engkau
Tuhan? Bukankah mereka juga memuji nama-Mu? Bukankah mereka juga taat
kepada-Mu? Tapi mengapa hatiku menolak mereka! Oh Tuhan, godaan untuk
memuji dan menyebut nama-Mu begitu besar. Seolah damai itu mereka
tawarkan, seolah sukacita itu mereka hadirkan. Sementara, aku
mengeraskan hatiku.
Mereka tidak membenciku, tapi terus
menggodaku. Tuhan, kalau mereka memuji-Mu, kalau mereka mengagungkan
nama-Mu, kalau mereka begitu taat kepada-Mu, Mengapa hatiku harus
menolak mereka? Lalu mereka menerkam sebagian dari tubuhku,
mencabik-cabik dengan rasa damai surgawi. Aku kesakitan, namun
menenangkan tubuhku yang penuh luka.
Oh Tuhan, seandainya saja aku tidak
perlu melangkah sejauh ini, seandainya saja aku tidak harus tenggelam
sedalam ini, mungkin aku akan terus bersukacita, mungkin aku akan
terus merasa damai sejahtera. Lelah aku mengikut-Mu Tuhan. Karena
ketika aku ingin memberontak terhadap Engkau, hatiku terus berada
dalam genggaman-Mu. Oh Tuhan, jangan lepaskan aku!
Mereka menawarkan kedamaian, haruskah
aku tunduk pada mereka? Bukankah nama-Mu juga yang mereka bawa? Agar
tenang hatiku dan hilang gelisahku, Tuhan, haruskah aku membiarkan
diriku di damaikan dan ditenangkan mereka?
Tuhan, lelah aku mengikut-Mu, karena
aku telah kehilangan segalanya. Hanya Engkau yang kumiliki. Jangan
Engkau-pun menarik diri-Mu dan meninggalkan aku, karena aku akan
binasa. Tuhan, tolonglah aku tetap mengikutmu dan hapuskanlah
airmataku. Biarlah tetap aku sadar, Yesus, Engkaulah Tuhan dan
Rajaku.
Comments
Post a Comment