Skip to main content

Miskin dan Polos, Namun Jangan Bodoh

Sumber gambar : http://souljournaler.blogspot.com
Memperhatikan orang-orang miskin, dengan kepolosan dan kesederhanaan mereka, saya mengagumi ketaatan mereka kepada ajaran yang “mengarahkan” mereka kepada Tuhan. Namun, dari sudut pandang lain, saya juga terkadang merasa kasihan karena kepolosan mereka hanya membuat mereka berlaku seolah yang penting "taat", tanpa mau benar-benar mengerti dan memahami ajaran yang mengarahkan kepada Tuhan, sehingga tanpa sadar mereka sering terjebak hanya pada "ikut-ikutan" merasa beriman saja dan pada akhirnya tinggal dalam kebodohan.


Bagaimanapun dalam diri saya timbul pertanyaan, haruskah saya berpikir begitu polosnya untuk taat kepada Tuhan, ataukah saya harus juga berusaha mengerti dan memahami ajaran Alkitab yang pada akhirnya membuat saya menjadi tidak polos lagi dan penuh dengan pertanyaan yang terkadang meragukan banyaknya ajaran disekeliling saya?


Seorang pendeta mengatakan, meragukan atau mempertanyakan kebenaran sebagai kebenaran bukanlah dosa. Saya sendiripun tidak merasa berdosa dengan banyaknya pertanyaan dan keraguan saya dalam sebuah pengajaran, hanya saja orang-orang disekitar saya yang tidak mengerti, dan yang umumnya tetap tinggal dalam kebodohan saat sudah mengenal Tuhan, lebih banyak mencap saya sebagai seorang yang tidak beriman, sesat dan suka menghakimi.


Ada yang sangat berkesan dalam diri saya dari perkataan Yesus yang menginginkan segala bangsa menjadi muridnya. Itu berarti bahwa Yesus sangat ingin mengajar kita tentang kebenaran, Yesus ingin kita keluar dari kebodohan. Kemiskinan dan kebodohan merupakan hal yang seringkali berkaitan. Orang miskin tanpa sadar sering merasa layak untuk menjadi bodoh. Dalam kemiskinan mereka memiliki ketaatan yang tinggi kepada Tuhan dalam kepolosan, namun seringkali mereka tetap melekatkan dirinya pada kebodohan, sehingga semakin mengikut Yesus dan semakin taat tidak pernah benar-benar membuat mereka mengenal kebenaran apalagi mengenal Yesus. Yesus hanya dicirikan adalah Tuhan yang akan menolong kemiskinan dan kebodohan mereka, tanpa pernah mereka tahu dan mau diajar oleh Yesus. Secara halus mereka menolak Yesus untuk menjadikan mereka murid.


Mereka polos, sebuah kepolosan yang sangat menggugah hati saya. Kepolosan yang sangat mengesankan hati saya karena melihat ketaatan mereka kepada Tuhan.


Timbul pertanyaan dalam diri saya, haruskah saya mengatakan mereka bodoh karena mereka tidak mau belajar sebagai murid? Saya teringat bagaimana polosnya saya dahulu ketika baru mengenal Tuhan. Saya memiliki ketaatan yang begitu tinggi, berdoa dan membaca Alkitab setiap hari tidak hanya bagi diri saya tapi juga bagi orang-orang di sekitar saya, bagi kota tempat saya tinggal, negara, bahkan seluruh dunia. Saya mampu berdoa antara 30 menit hingga lebih dari satu jam dalam posisi berlutut hingga kaki saya kesemutan. Saat itu saya merasa begitu dekat sekali dengan Tuhan, tanpa banyak pertanyaan, tanpa banyak keraguan akan ajaran gereja yang saya terima.


Kepolosan dan ketaatan saya, membuat saya begitu rindunya untuk mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Saya sangat senang mendengarkan kotbah dan sering mengambil tempat duduk dibagian depan agar bisa lebih jelas mendengar kotbah dan tidak pernah sedikitpun saya mengantuk. Saat itu saya mengenal Yesus sebagai sosok yang memberi kekuatan, menghibur, mengasihi, lemah lembut, tanpa pernah berpikir ada hal-hal yang tampak negatif dalam diri Yesus..


Ketaatan dan kerinduan mengenal Tuhan telah membawa saya keluar dari kepolosan saya. Semakin membaca Alkitab, membuat saya mengerti dan memahami bahwa Yesus bukanlah sosok yang selalu memberi kekuatan, menghibur, mengasihi, lemah lembut dan hal-hal baik lainnya, namun Ia juga seorang yang berani menegur dengan keras, mengeluarkan perkataan yang oleh banyak orang akan dinilai kasar, bahkan bertindak seperti orang gila saat mengamuk di bait suci demi membersihkan rumah BapaNya. Hal-hal yang terkesan negatif ini tidak membuat saya membenci dan meragukan Yesus, tapi semakin membuat saya percaya bahwa Ia memang memiliki kasih yang luar biasa.


Hal ini pada akhirnya juga mempengaruhi saya dalam melihat orang-orang yang mengaku diri beriman, namun tidak pernah mengenal siapa Yesus. Mereka hanya melihat Yesus dalam hal-hal yang baik dan manis saja. Mereka tidak mau menerima bahwa Yesus-pun yang mereka percaya sebagai Tuhan, pernah marah, pernah kecewa dan pernah mengamuk seperti orang gila. Mereka mengakui ini, namun mereka akan mengabaikan hal-hal yang tampak negatif dalam diri Yesus.


Itu sebabnya tidak mengherankan ketika saya mengatakan bahwa saya berhak marah-marah demi kebenaran karena Yesus-pun melakukan hal demikian, banyak yang mencemooh saya bahwa saya tidak memiliki kasih, tidak mengenal kebenaran, dan kurang ajar karena berani menyebut Yesus pernah marah-marah. Bahkan ketika saya mengatakan bahwa Yesus pernah mengamuk seperti orang gila, mereka akan menghina saya sebagai seorang yang sesat dan berani menghujat Tuhan. Namun mereka tidak tahu bahwa saya sangat mengasihi Yesus.


Istri saya suatu kali mengatakan kepada saya bahwa ada temannya yang menegur dia karena berkata terlalu keras di facebook-nya. Seorang temannya mengatakan bahwa tulisannya di facebook terlalu kasar, itu tidak menunjukkan kasih Yesus dan bisa membuat orang yang ingin percaya Yesus dan baru percaya Yesus bisa menjauh. Tapi saya mengatakan kepada istri saya, itu adalah tanda bahwa firman Tuhan kamu sampaikan sudah menusuk kedalam diri temanmu. Berkata tegas dan terkesan kasar tidak berarti tidak memiliki kasih. Berkata tegas dan keras sepanjang itu adalah kebenaran, itu berarti anda sedang menebarkan KASIH. Yesus mengasihi, itu sebabnya Ia berkata dengan tegas dan keras, bahkan dijamannya banyak yang mengakui kalau perkataan Yesus terlalu keras sehingga membuat banyak pengikutnya meninggalkan Dia. Yesus sampai harus mengamuk seperti orang gila di bait suci karena Ia sangat mengasihi BapaNya dan orang-orang yang mau percaya kepada Tuhan agar tidak dikotori oleh para pedagang yang hanya mengeruk keuntungan.


Kalau ada yang mengatakan bahwa sebagai orang kristen harus berkata yang manis-manis dan enak di dengar saja, percayalah, orang itu pasti tidak mengerti apa-apa tentang firman Tuhan. Tahukah anda dan maukah mengakui bahwa anda yang sering berkata dengan MANIS, menunjukkan kalau anda pasti seorang yang tidak jujur dan munafik. Jika “YA” katakan “YA”, jika “TIDAK” katakan “TIDAK”, ada hal yang manis harus dikatakan, namun ada hal yang pahit yang juga harus dikatakan, itulah KEJUJURAN. Kalau ada orang yang menjauh dari Tuhan dan menjadi tidak percaya lagi kepada Yesus ketika mendengar perkataan yang keras, biarkan saja mereka, Yesus-pun membiarkan mereka yang tidak bisa menerima perkataanNya.


Semakin saya mengerti dan memahami Alkitab, semakin saya bisa melihat betapa banyaknya kebobrokan di dalam kekristenan. Orang-orang yang mengaku diri kristen, yang mengaku diri beriman kepada Tuhan, sebenarnya hanya ingn menikmati kenyamanan yang diberikan oleh Gereja. Mereka hanya ingin dilayani oleh Tuhan, dan Tuhan hanya menjadi pemuas nafsu mereka.


Saya tidak lagi polos dan menerima begitu saja setiap ajaran Gereja yang saya dengar, baca dan lihat. Saya memang tetap mendengarkan dengan baik, membaca suatu ajaran dengan baik dan melihat dengan serius setiap pengajaran, namun jikalau saya tahu ada yang bertentangan dengan apa yang saya baca di Alkitab, saya cenderung meragukan ajaran tersebut.


Dahulu ketika saya masih polos, saya sangat percaya bahwa ketika saya mendapatkan pengajaran yang tidak saya mengerti, saya harus mencari seorang hamba Tuhan/pendeta/penginjil yang pasti lebih bisa memahami ajaran tersebut. Mereka adalah orang-orang yang telah berpengalaman, telah banyak berkotbah dan telah belajar selama bertahun-tahun di sekolah-sekolah Teologi, bahkan gelar teologinyapun begitu banyak. Melalui orang-orang seperti inilah saya akan mengerti kebenaran.


Tapi, setelah kepolosan saya diisi oleh Alkitab, saya menyadari bahwa ketidakmengertian bisa saya mengerti bukan dari seorang hamba Tuhan/pendeta/penginjil, tetapi hanya bisa saya mengerti dari Alkitab. Ada yang tidak bisa menerima hal ini. Menurut mereka, kita yang hanya orang awam tidak mungkin bisa mengerti firman Tuhan hanya melalui Alkitab, para pakar teologi saja seringkali sangat sulit untuk mengerti dan memahami Alkitab, apalagi kita yang hanya orang awam. Ada ayat yang mebuat saya percaya bahwa setiap manusia bisa mengerti dan memahami kebenaran hanya melalui Alkitab.


Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Matius 5:6.


Masalah mendapatkan kebenaran, bukan persoalan siapa orang yang mengajar anda, bukan seberapa hebat pengalaman orang tersebut, bukan seberapa banyak gelar teologi yang dimilikinya, tetapi masalah mendapatkan kebenaran adalah seberapa lapar dan hausnya anda pada kebenaran. Orang-orang seperti inilah yang akan dipuaskan oleh Tuhan dan Alkitab adalah yang saya percaya sebagai standar kebenaran. Itu sebabnya ketika saya lapar dan haus akan kebenaran, ketika saya begitu rindu ingin mengenal kebenaran, saya hanya bisa dipuaskan melalui Alkitab, bukan melalui pengajaran.


Alkitab dan Tuhanlah yang mengubah saya. Saya banyak menolak ajaran-ajaran yang di terima banyak orang sebagai kebenaran hanya dengan alasan ajaran tersebut berbeda bahkan bertentangan dengan ajaran Alkitab. Saya tidak lagi polos dan bodoh.


Menyadari ketidakpolosan saya, saya bisa melihat bagaimana orang-orang kristen yang mengaku diri taat dan beiman itu mencari Tuhan hanya demi kenyamanan dirinya sendiri. Bertanyalah pada seorang kristen, mengapa ia rajin pergi ke Gerejanya dan tidak ke Gereja lainnya, dan tanyakan darimana ia tahu ajaran yang diterimanya adalah ajaran yang benar? Inilah beberapa jawaban yang umumnya mereka berikan :


  1. Saya merasa iman saya bertumbuh di gereja ini.
  2. Saya merasa dikuatkan di gereja ini.
  3. Saya merasa dihiburkan di gereja ini.
  4. Saya merasa cocok berada di gereja ini.
  5. Saya percaya ajaran gereja saya benar, karena Tuhan memakai Gembala kami dengan penuh kuasa.
  6. Saya percaya ajaran gereja saya benar, karena Tuhan memakai pendeta saya dengan luar biasa.
  7. Saya percaya pendeta saya benar, karena Tuhan mengurapi dia.
  8. Saya percaya gereja saya benar, karena gereja saya semakin besar, bila tidak Tuhan pasti akan menghancurkannya.
  9. Saya percaya ajaran pendeta saya benar, karena kalau tidak Tuhan pasti sudah menegurnya, karena Tuhan tidak suka dengan ajaran sesat.
  10. Saya percaya gereja saya benar, karena gereja saya penuh dengan Roh Kudus.
Itulah ukuran yang dipakai oleh orang-orang kristen yang bodoh untuk menyatakan dirinya sangat beriman dan sudah mendapatkan kebenaran yang sejati. Tetapi saya yang sudah tidak polos dan bodoh lagi, saya tidak lagi bergantung pada yang namanya Gereja, pendeta, ajaran gereja, kuasa pendeta, besarnya gedung gereja, gelar pendeta dan yang terakhir perasaan saya sendiri seperti yang saya tuliskan pada poin nomor 1 hingga 4 di atas. Saya hanya percaya ajaran gereja/pendeta itu benar, hanya jika saya dapatkan ajaran tersebut memang sesuai dengan Alkitab. Sombong sekali ya saya....??? Anda jangan salah paham, saya pun masih suka mendengarkan ajaran dan kotbah-kotbah di Gereja dan masih banyak menerima ajaran tersebut, tapi ketika saya temukan ajaran tersebut ternyata bertentangan dengan Alkitab, maka yang bertentangan itulah yang saya singkirkan, sekalipun seluruh dunia menerimanya.


Kerinduan saya akan Tuhan telah mengubah cara pandang saya. Saya bisa mengetahui suatu ajaran sesuai atau bertentangan dengan Alkitab atau tidak dengan lebih cepat. Bahkan kadang dalam satu kali mendengar saja saya bisa langsung mengatakan ajaran tersebut bertentangan dengan Alkitab.


Lalu bagaimana dengan orang-orang miskin yang polos dan sederhana seperti yang saya ceritakan diawal? Saya sangat mengagumi ketaatan dalam kepolosan mereka. Mereka tidak berpikir macam-macam dan seolah melakukan saja dengan begitu taat apa yang diajarkan dan di minta oleh pendetanya. Tanpa pengertian, bagi mereka yang penting taat saja, karena nanti Tuhan pasti akan memberikan kebenaran itu ketika kita taat. Sedangkan saya, kini lebih banyak tidak mau taat pada ajaran pendeta/hamba Tuhan yang saya anggap bertentangan dengan Alkitab.


Salahkah saya? Salahkah saya tidak mau mengikuti ajaran seorang hamba Tuhan yang saya tahu mencocokkan Alkitab dengan ajarannya, sementara pengikutnya yang polos ini begitu taatnya. Terus terang saja terkadang saya ingin sekali begitu taat dengan polos seperti mereka kepada pemimpin mereka, namun berkali-kali juga hati saya menolak melakukan ini.


Pemahaman mereka untuk taat dahulu baru nanti Tuhan akan ajarkan kebenaran karena ketaatan mereka, terkadang menggugah hati saya. Namun mengetahui bahwa mereka tidak mengerti apa yang mereka taati membuat saya kecewa, saya kasihan melihat mereka yang terjebak dalam pemahaman “taat saja dulu, kalau salah Tuhan pasti akan memberitahu”


Benarkah Tuhan akan memberitahu mereka jikalau mereka salah? Saya masih percaya Tuhan bisa memberitahu dan mengingatkan mereka jika mereka salah dengan caranya Tuhan. Tapi jika cara Tuhan itu tidak berkenan dengan hati mereka, mereka cenderung akan menolaknya dan menganggap pemberitahuan dan peringatan Tuhan adalah hambatan untuk mereka taat kepada Tuhan. Ironis sekali. Orang-orang seperti ini memilih tetap tinggal dalam kebodohan mereka. Anda tidak percaya? Pernahkah ada orang yang mengingatkan anda bahwa ajaran yang anda terima itu bertentangan dengan Alkitab? Apa jawaban anda? Orang tersebut sesat, orang tersebut tidak mengerti firman Tuhan, orang tersebut tidak bisa melihat berkat Tuhan atas iman anda, orang tersebut hidupnya tidak lebih baik dari anda, orang tersebut dipakai iblis untuk membelokkan iman anda? Saya peringatkan kepada anda, Tuhan bisa memakai seorang penjahat yang paling kejam sekalipun untuk menyatakan kebenaranNya! Miskin dekat dengan kepolosan dan kebodohan. Orang miskin yang ingin percaya Tuhan cenderung akan sangat taat, tapi tetap tinggal dalam kebodohan mereka.


Apakah semua orang miskin itu bodoh? Anda pasti akan menjawab tidak semua orang miskin itu bodoh. Saya percaya ini. Anda miskin secara materi, tetapi janganlah membuat diri anda miskin dalam kebenaran. Taatlah kepada Tuhan, tapi ketahuilah kebenaranNya, carilah kebenaranNya. Dengan kepolosan dan kesederhanaan anda sebagai orang miskin, anda juga masih bisa berhikmat. Jika anda miskin, anda masih bisa berhikmat, jangan tinggal dalam kebodohan, berhikmatlah dan nyatakanlah hikmat anda, meskipun banyak yang akan menghina anda.


Sekilas dengan Orang Kaya


Bagaimana dengan orang kaya? Apakah orang kaya itu polos? Umumnya orang kaya itu tidak polos, tidak bodoh dan umumnya mereka terpelajar. Bagaimana dengan orang Kristen yang kaya. Dari sepanjang kehidupan saya sampai ketika saya menuliskan hal ini, lebih banyak saya mendapatkan pelajaran berharga dari orang miskin daripada orang kaya. Orang kaya rajin ke Gereja, rajin melayani di Gereja, rajin memberi persembahan yang besar nilainya, namun orang kaya yang berhikmat, jauh lebih sedikit daripada orang miskin yang berhikmat.


Jika sebelumnya saya menuliskan orang miskin banyak yang tinggal dalam kebodohan, namun lebih banyak orang miskin berhikmat dibandingkan dengan orang kaya. Anda tahu apa artinya? Lebih banyak orang kaya yang bodoh dibandingkan orang miskin. Sayangnya, orang kaya yang bodoh selalu dianggap lebih berhikmat dibandingkan orang miskin yang tampak bodoh namun berhikmat. Sama seperti kebanyakan anda lebih mendengarkan “teriakan” yang dikatakan oleh orang kaya daripada hikmat yang dikatakan oleh orang miskin. Itu sebabnya Alkitab menuliskan ayat ini.


Kataku:”Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak di dengar orang.” Perkataan orang berhikmat yang di dengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh. Pengkhotbah 9:16-17.


Ketika orang miskin taat dalam kebodohan dan kepolosan mereka, orang kaya taat dalam kenyamanan mereka. Orang kaya taat bukan karena ketaatan kepada Tuhan, tapi karena mencari kenyamanan bagi dirinya sendiri. Tidak usah heran kalau banyak orang kaya yang suka memberi persembahan yang begitu besar ke Gereja, namun tidak pernah memberi sedikitpun secara langsung ke tangan orang miskin. Banyak orang kaya suka menyumbang ke panti asuhan melalui yayasan atau Gereja-gereja, namun ketika harus datang sendiri tanpa label nama yayasan, perusahaan atau gereja, mereka cenderung tidak mau.


Perhatikan di Gereja anda, lebih banyak orang kaya atau orang miskin yang melayani di gereja? Ya, lebih banyak orang kaya yang melayani di Gereja. Jika anda bertanya kepada mereka mengapa mereka masih menyempatkan diri melayani di Gereja, jawaban apa yang akan anda dapatkan? Mereka merasa terpanggil? Mereka ingin bersyukur kepada Tuhan atas berkat Tuhan melalui pelayanan mereka? Perhatikanlah, umumnya yang menjadi pengerja/pengurus di Gereja adalah orang-orang kaya. Mengapa demikian? Tanyakan pada Gereja anda sendiri.


Jika orang miskin taat dalam kepolosan dan kebodohan mereka, orang kaya taat dalam kenyamanan diri mereka. Siapakah menurut anda yang lebih menarik hati Tuhan diantara keduanya?


Tidak mengherankan kalau di dalam pengajarannya Yesus mengatakan “Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Tuhan, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”Matius 5:3. Dan mengatakan tentang orang kaya yang sulit sekali masuk Kerajaan Sorga (Matius 10:17-27) serta orang kaya yang bodoh (Lukas 12:13-21)


Bukankah orang miskin dekat dengan kebodohan dan orang kaya dekat dengan kepintaran? Mengapa Yesus bercerita tentang orang kaya yang bodoh? Orang yang yang bodoh adalah orang kaya yang pintar mengumpulkan harta dibumi namun tidak mengumpulkan harta di Sorga. Tapi, bagaimana dengan orang kaya yang melayani di Gereja? Bukankah itu memperlihatkan bahwa mereka juga mengumpulkan harta di Sorga? Mengumpulkan harta di Sorga bukanlah tentang melayani di Gereja. Tidak usah heran kalau kebanyakan orang kaya yang melayani di Gereja adalah mereka yang hanya ini menikmati kenyamanan mereka, mereka hanya ingin menunjukkan diri kalau mereka diberkati. Terlalu sedikit sekali orang kaya yang memang sungguh-sungguh melayani di Gereja untuk Tuhan dan amat sangat sedikit sekali orang kaya yang melayani diluar Gereja untuk Tuhan. Jika anda orang kaya dan melayani di Gereja, silakan jawab sendiri apakah anda sungguh-sungguh melayani untuk Tuhan atau hanya sekedar merasa melayani untuk Tuhan.


Orang miskin seringkali merasa tidak layak melayani di dalam Gereja, tapi saya lebih suka melihat orang-orang miskin yang taat dalam kepolosan dan kebodohan mereka, dan ketaatan mereka dilakukan dari jauh, bukan dalam gedung-gedung Gereja, dibandingkan dengan orang-orang kaya yang taat didalam Gereja dalam kenyamanan mereka, namun tidak pernah keluar dari bangunan tersebut.

Comments

Anonymous said…
baru baca... langsung agree... awal jadi org kristen belasan gereja sy masuki..belum ada yg sempurna 100 % ajarannya....sy nyaman di semua gereja.. krn sy merasakan kehadiran Tuhan disana. Hanya saja memang sebagian besar gereja mengatakan ajaran mereka paling benar... padahal yg paling benar adalah alkitab. Ini sama saja ilustrasi mengenai seperti apa kebenaran itu: 10 org buta memegang seekor sapi, yg satu menggambarkan sapi itu kecil dan panjang krn ternyata dia pegang ekornya, yg lain mengatakan besa krn pegang perut & yg lainnya bilang lonjong krn pegang moncong... mana yg benar? semua benar..tapi belumlah tepat 100 %
Prince Daud said…
Yes setuju pak. Buka mata dan buka tenlinga untuk mencari kebenaran. Siapa yang beriman adalah orang yang mencari kebenaran Kerajaan Allah.