MONOLOG NATAL 2016
Judul | : | Getir Berpita Emas |
Ide Cerita | : | Warga Teater GII (Warteg) Semanggi |
Penulis Naskah | : | Sehat Dinati Simamora, Nella Siregar, Rianti Setiadi |
Pembimbing | : | Hengky Sulaiman |
Dibawakan Oleh | : | Nella Siregar (Warga Teater GII (Warteg) Semanggi) |
Lama waktu | : | 3 - 5 menit |
Musik | : | Dika Nugrahanto |
A/V | : | Winstem Siregar |
Properti | : | Rilly Christian Hutabarat |
Konsumsi | : | Desy Gita Oftalin Siagian |
Dimainkan pada Acara Natal GII Hok Im
Tong Semanggi tanggal 10 Desember 2016
GETIR BERPITA EMAS
Malam ini adalah
malam Natal dan aku mencoba merenungkan apa sebenarnya peranan Natal
dalam hidup ini? (berpikir)
Kupikir, hidup ini
adalah panggung sandiwara, dimana semua
pemainnya mengenakan topeng
Di atas panggung itu
tawa diobral, sepertinya hidup itu tidak pernah ada airmata
Di atas panggung itu
semua terlihat bahagia, sepertinya tidak ada yang tampak sedang
menderita
Setiap orang
mengenakan topeng yang membungkus rapi kegetiran dengan pita emas
Kulihat dia,
…. Dia menari dengan memakai topeng dan jubah
kesempurnaan
Kelihatannya dia
mempunyai semuanya. Harta dia punya, kuasa dia punya, nama dia punya
dan dia…. seakan
boleh selalu tertawa
Tapi saat dia
melepas topeng itu……… ah tidak!!!!
Aku melihat jiwa
yang kosong dan terluka di sana
Jiwa yang menjerit
di atas harta, nama dan kuasa yang ia punya
Hidupnya adalah
kehampaan tanpa makna
Oh...atau coba lihat dia ,
lihat sumringah senyumnya,
Sepertinya
dia tidak mempunyai setitikpun lara,
Kepada siapapun dia
selalu terlihat ramah dengan senyumannya yang menawan
Seolah hidupnya
penuh kebahagiaan
Benarkah demikian?
…… tidak…..
Aku melihat airmata
mengalir dari hatinya yang sesak oleh problema
Ya…. aku
melihatnya ..........
Hidup memang adalah
panggung sandiwara
Ada juga dia yang
terlihat taat dan setia,
Di panggung itu dia
selalu tampak sebagai orang yang beriman dan berserah
Di panggung itu dia
tampil bak seorang yang saleh dan selalu berharap kepada Tuhan
Dia sering berlutut,
menaikkan doa hampir sepanjang waktu
Tapi saat tari
topeng itu harus berakhir ……
Gerutuan mulai
menampakkan wajah aslinya:
“Tuhan,
bukan pekerjaan ini
yang aku minta”
“Tuhan, bukan ini
belahan hati seperti ini yang kudamba”
Lalu dimana iman,
penyerahan, ketaatan dan kesetiaan yang tampak di panggung itu?
Tidak ada. Semua
hanyalah topeng sandiwara
Oh ……., masih
ada lagi ……..
Itu ……
dia yang begitu rajin dalam pelayanan,
Hari-harinya selalu
ada di gereja
Seakan tanpa
lelah berjuang untuk menyenangkan hati
Tuhan
Tak pernah ia tidak
berkunjung ke sesama yang menderita
Dimana ada yang
membutuhkan sesuatu,….. di situ dia selalu ada
Hm……….
sempurna!!!
Tapi, apa yang
kulihat saat sandiwara itu harus berakhir ???
Kudengar doanya yang
penuh amarah
“Tuhan,
mengapa Engkau tidak mengabulkan doa-doaku, sementara aku sudah
begitu giat melayanimu? Mengapa Engkau tidak memberikan apa yang aku
rindukan. Mengapa Tuhan? Mengapa?”
Lalu aku? Aku
terperangah dengan apa yang kulihat itu. Aku bingung. Aku bimbang
Lalu aku
bertanya………
Apa aku harus terus berprasangka baik
kepadaMu, Tuhan?
Untuk semua yang terjadi dalam hidupku,
dalam hidup dia, dia dan dia...
???
Apakah Tuhan
itu ada? Iya!!!
Apakah Tuhan
Maha Kuasa? Iya!!!
Apakah Tuhan
Maha Tahu, iya!!!!
Lalu mengapa semua
itu harus terjadi padaku, pada dia, pada dia………
Apakah benar Tuhan
peduli???
Di mana Tuhan? Di mana?
Di mana makna Natal
itu? Dimana?
Comments
Post a Comment