Seekor lalat hijau terbang dengan riangnya. Di dalam sebuah rumah yang tampak sepi dari luar. Karena di dalamnya hanya tinggal seorang anak. Ia terbang kesana kemari dengan riang. Tanpa peduli dengan waktu dan sekitarnya. Ia sampai di sebuah cermin. Dan melihat bayangannya sendiri. Ia bertanya, hai siapa kau. Aku bertanya siapa kau, jangan mengikuti aku. Bayangannya tetap terdiam. Dan ia pun berpikir, ah mungkin ia bisu dan tuli. Sebaiknya kutinggalkan saja dia. Ia terbang kembali kesana kemari. Dan mengganggu anak itu. Sehingga anak itu menjadi kesal. Dan mengambil pemukul lalat. Ia terkejut dan berusaha kabur. Ah, tapi sayang ia terlambat. Ia terjatuh di lantai dan berusaha berdiri kembali. Oh, tubuhku terasa sakit sekali. Kuat sekali ia memukulku. Celaka, ia mendekatiku. Tapi sayapku sakit sekali. Apakah aku masih mampu terbang. Oh, bagaimana ini. Tapi aku tidak boleh menyerah. Aku akan terbang dan bersembunyi. Dengan sisa-sisa tenagaku yang ada.
Dan ia pun terbang kembali
Karena masih ada harapan
Ia terbang menjauhi anak itu
Dan tidak akan kembali lagi
Agar anak itu tidak memukulnya lagi
Akhirnya ia terbang ke alam luas
Bersama angin yang bersahabat
Memandang hari-hari yang cerah
Dan tak pernah lagi membuang waktu
Menikmati keindahan alam
Karena ia pernah di ancam kematian
Untuk apa ia menyerah
Ia bukanlah pengecut
Ia hanya mencari damai
Di dalam dunia ini
Hingga hancur tubuhnya
Comments
Post a Comment