Kesalahan seseorang dapat diampuni oleh Tuhan, tetapi kadang begitu sulit bagi seorang manusia untuk memaafkan.
Sebuah kisah dari sebuah negara, seorang pemuda bernama Albert berbuat kesalahan pada kekasihnya yang bernama Martha, yang menyebabkan kekasihnya marah sangat marah. Sesungguhnya Albert sangat mencintai Martha, namun karena kesalahan ini akhirnya mereka putus. Albert sudah meminta maaf, tetapi tidak mendapat tanggapan apapun dari kekasihnya, bahkan Martha tidak mau lagi berjumpa dengan dia. Berkali-kali Albert mencoba untuk menghubungi dia namun tidak mendapat balasan apapun. Perasaan bersalah tetap menghantui Albert, ia tahu bahwa ia tidak dapat kembali lagi pada wanita yang dicintainya, meskipun ia masih sangat mencintainya, tetapi kini yang diharapkannya adalah sebuah kata maaf dari kekasihnya.
Waktu berlalu, masih dengan berharap maaf dari kekasihnya Albert hanya bisa memohon pengampunan dari Tuhan. Kemudian Albert mendengar bahwa kekasihnya telah memilih pasangan baru. Albert merasa sedih namun terus mendoakan kebahagiaan Martha. Suatu hari ia mendengar kabar bahwa Martha mengalami kecelakaan yang menyebabkan kedua matanya buta. Albert begitu sedih apalagi ia tahu kekasih baru dari Martha akan memutuskan dia karena keluarga kekasih barunya tidak dapat menerima matanya yang buta.
Diam-diam Albert menyumbangkan sebelah matanya agar Martha dapat melihat kembali dan dapat bahagia bersama orang yang dicintainya. Martha akhirnya dapat melihat kembali meskipun dengan sebelah mata dan hubungan dengan orang yang dicintainya dapat terus berjalan. Albert tetap mencari cara untuk mendapatkan kata maaf dari Martha yang selalu gagal. Sementara Martha mencoba mencari informasi tentang orang yang menyumbangkan matanya untuk dia, tetapi tidak pernah berhasil.
Waktu terus berlalu, Albert kembali mendapat kabar yang mengejutkan, Martha ternyata terkena kanker yang sangat berbahaya. Hidupnya tidak akan lama lagi. Albert kembali sedih dan tidak tahu berbuat apa. Tidak ada yang dapat dilakukannya untuk kesembuhan Martha. Akhirnya ia hanya dapat berdoa dan dalam doanya ia berkata:
"Tuhan.., Engkau Allah yang maha kasih, Engkau tahu kesalahan yang aku perbuat pada kekasihku, aku mendapatkan maaf darimu tetapi belum mendapatkan maaf dari dia. Rasa bersalah pada diriku begitu menggangguku. Aku telah menyerahkan sebelah mataku untuk menolongnya, tetapi kini ia terkena kanker. Tuhan aku tidak tahu apa yang dapat aku serahkan lagi untuk menolongnya. Jika Engkau menghendaki biarlah tubuhnya menjadi pengganti penyakit yang diderita, biarlah aku yang menanggung sakitnya."
Sebuah batu nisan bertuliskan "Aku mengerti mengapa Engkau menyerahkan nyawaMu untuk orang berdosa seperti aku" berdiri diatas sebuah kuburan. Albert telah tiada, dan Martha masih hidup hingga masa tuanya. Martha bersyukur untuk mata dan sakit kankernya yang telah disembuhkan oleh Tuhan dan kadang masih mencari siapa yang telah menyumbangkan matanya. Sebuah catatan di buku harian Albert tertulis:
"Tuhan.. sekian lama aku merasa mengerti mengapa Engkau menyerahkan nyawamu untuk orang berdosa, tetapi itu hanya sebatas kisah di gereja yang aku dengar sejak kecil. Tetapi saat Kau hadirkan kesedihan dihatiku dan rasa cinta yang begitu besar pada orang yang aku cintai, kini aku telah mengerti mengapa Engkau menyerahkan nyawaMu untuk manusia berdosa. Apa yang aku berikan pada orang yang aku cintai masih terlalu kecil dibandingkan kasihMu pada manusia. Dan penolakan dari manusia yang Kau terima dapat aku rasakan melalui penantianku untuk sebuah kata maaf yang tidak pernah kudengar. Yang kualami bukanlah hal berarti namun yang Kau alami adalah kasih yang sungguh indah, pengorbanan di kayu salib yang Kau lakukan karena kasihMu yang begitu besar pada manusia berdosa. Terima kasih Tuhan, Kau berikan aku kesempatan untuk mengenal kasihMu dan merasakannya dalam hidupku. Ampuni aku yang masih membawa rasa bersalah di akhir hidupku"
Cerita ini tampak tidak mengarah ke sebuah kata "maaf", tetapi lebih memperlihatkan kasih Tuhan Yesus kepada dunia ini, bagaimana pengorbanan yang sesungguhnya dilakukan, bukan hanya sekedar keharusan untuk menggenapi kehendak Bapa tetapi karena kasihnya yang begitu besar kepada manusia berdosa. Tetapi untuk kali ini cobalah lihat pada penantian Albert untuk sebuah kata maaf. Berapa lama lagi kita harus menyimpan kata maaf untuk orang yang pernah berbuat kesalahan pada kita. Meskipun kita merasa sudah memaafkan, tetapi begitu sulitkah untuk mengatakannya ??????????????
Comments
Post a Comment